29: Jangan Marah, Mas Dewa

8.2K 595 13
                                    

🦋🦋🦋🦋

"Sayang, Mas Dewa pulang."

Dewa naik ke atas ranjang dan berbaring miring agar bisa memeluk tubuh sang istri dari belakang. Rasa rindu yang sudah tak terbendung akhirnya terbayarkan juga, Dewa menghujani pipi Asmara dengan ciumannya.

Asmara merasa terusik dengan perlakuan Dewa, perempuan itu perlahan membuka matanya dan mengubah posisi baringnya menjadi terlentang. Ia melepaskan genggaman pada ponselnya dan kepalanya menoleh ke samping, betapa terkejutnya Asmara saat kedua bola matanya melihat seseorang yang selama ini ia tunggu-tunggu. Dewa tersenyum padanya seraya satu tangan pria itu mengusap lembut hidung hingga pipi Asmara.

"Kamu sehat sayang?" Dewa bertanya dengan suara lembut.

Asmara merengek dengan perasaan campur aduk. Kesal, lega, senang, kini menjadi satu dalam dirinya. Dewa tertawa kecil melihat reaksi Asmara, pria itu membawa sang istri untuk masuk ke dalam dekapannya.

"Mas Dewa kemana aja sih! Aku hubungi selalu nggak ada balasan. Aku khawatir tahu Mas, apalagi baru-baru ini ada berita yang buat aku semakin khawatir sama Mas. Aku seharian nangisin Mas terus, takut kalau Mas nggak mau lagi sama aku." Ucap Asmara panjang lebar sembari kedua tangannya melingkar erat pada leher Dewa.

Dewa mengusap lembut punggung Asmara pria itu mengangguk-anggukan kepalanya mendengar ocehan Asmara.

"Maafkan Mas Dewa yang sudah bikin kamu khawatir sayang. Mas sengaja nggak hubungi kamu waktu mau pulang, niatnya mau kasih kejutan buat kamu tapi Mas dapat musibah di jalan."

"Musibah? Mas Dewa kecelakaan?" Tanya Asmara khawatir, Asmara melonggarkan pelukannya dan melihat setiap inci wajah tampan suaminya.

Dewa tersenyum pria itu memberi kecupan singkat pada bibir Asmara. "Enggak kecelakaan sayang, Mas sama Adam di rampok di jalanan sepi, mobil dan ponsel Mas di rampas semua jadi Mas tidak bisa menghubungi kamu, maaf ya." Jelas Dewa.

Dewa bisa melihat kedua bola mata Asmara yang menatapnya khawatir. "Tapi Mas Dewa sama Pak Adam nggak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa."

Asmara kembali mendekap tubuh suaminya, wajahnya menekuk kesal saat mendengar suara tawa kecil Dewa. Dengan sadis Asmara memberikan gigitan pada bahu Dewa yang masih terbalut kemeja putih. Dewa terkejut mendapat serangan tiba-tiba itu, Dewa meringis lalu pria itu kembali tertawa kecil.

"Sakit" satu tangan Dewa kini menyentuh pipi Asmara. Perlahan Dewa melonggarkan pelukannya, merasakan pelukan keduanya melonggar Asmara mendongak menatap sang suami dengan wajah cemberut.

"Mas Dewa nggak sayang aku lagi, udah nggak cinta juga." Asmara mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca.

Kening Dewa mengerut, menatap bingung pada Asmara. "Kok ngomong gitu? Siapa bilang Mas sudah nggak sayang dan cinta sama kamu."

Asmara ingin menggeser tubuhnya menjauh dari Dewa tetapi pria itu menahan pergelangan tangan Asmara lebih dulu.

"Mas Dewa nggak mau peluk aku yang lama." Wajah Dewa yang semula bingung kini berubah, pria itu tersenyum penuh arti pada Asmara.

"Mas mau mandi dulu sayang, nanti kalau mas sudah mandi kamu bisa peluk Mas sepuasnya. Mau cium juga boleh."

Dewa bangun dari baringnya, tak lama kemudian Asmara pun juga bangun dari posisi baringnya.

Dewa Asmara | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang