Selamat membaca, jangan lupa vote dan komentar nya🦋
🦋🦋🦋🦋
"Mereka tidak bertanya-tanya, tetapi mereka mengerti kenapa pengantin baru tidak keluar-keluar dari kamar."
Asmara tersenyum malu mendengarnya, satu tangannya terangkat untuk mengusap pipi Dewa yang kini sangat berdekatan dengannya. Asmara menoleh ke samping yang membuat jarak keduanya sangat berdekatan, Dewa tersenyum ia mendekatkan pipinya sehingga bibir Asmara tanpa sadar mengecup pipi Dewa.
Dewa terkekeh sembari matanya menatap wajah Asmara yang terkejut, setelahnya Dewa berjalan menuju ranjang berukuran sedang dan berbaring di sana. Ranjang ini menjadi tidak memiliki banyak ruang saat ditempati oleh dua orang, tetapi Dewa tidak mengeluh ia sangat bersyukur karena bisa leluasa memeluk serta menyentuh tubuh istrinya.
Asmara kembali menatap cermin dan melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai mencopoti semua pernak-pernik di rambutnya ia berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian, matanya melirik melihat Dewa yang sudah berbaring dengan mata terpejam.
Beberapa menit berlalu, Asmara keluar dengan pakaian tidur santainya. Dewa masih dengan posisi yang sama, hanya saja pria itu mencopot kemeja putihnya sehingga menyisakan kaos lengan pendek berwarna hitam serta celana panjang yang sama.
"Sayang... " Panggil Dewa pelan, matanya masih terpejam.
Asmara yang semula ingin berbaring pun tidak jadi, perempuan itu kini bersandar pada kepala ranjang.
"Ya, mas. Kenapa?"
Dewa membuka matanya, ia menggeser tubuhnya sehingga kini jaraknya dengan Asmara sangat berdekatan. Dewa berbaring di samping Asmara yang duduk bersandar.
"Mau sekarang atau besok?" Tanya Dewa pelan, kedua matanya menatap teduh sang istri.
Asmara mengerutkan dahinya bingung, namun sesaat kemudian ia menyadari maksud dari ucapan Dewa.
"Emm.. Mas Dewa maunya kapan?"
"Loh, mas terserah kamu saja sayang, kamu mau sekarang ayo, mau besok juga ayo." Balas Dewa, kedua tangan kekarnya memeluk erat pinggang Asmara.
Dengan wajah malu-malu Asmara menjawab. "Yaudah, sekarang aja mas." Balasnya dengan pandangan menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Sampai pagi, tidak apa-apa?"
Asmara terkejut, ia menatap Dewa yang kini kepalanya sudah berbaring di pahanya. "Sampai pagi? Yang bener aja mas."
"Loh, benar dong. Orang kadonya banyak gitu, nggak mungkin selesai cepat, pasti selesainya pagi." Balas Dewa memandang wajah cantik Asmara dari bawah.
Alis Asmara menekuk, ia masih mencerna apa yang baru saja Dewa ucapkan. Jadi, ucapan Dewa yang awal itu tidak mengarah pada hal yang Asmara pikirkan? Astaga, Asmara malu sekali, dia pikir Dewa akan mengajaknya untuk melakukan apa yang memang harus dilakukan oleh pasangan suami istri. Tetapi Asmara salah besar, Dewa mengajaknya untuk membuka kado bukan membuka yang lain.
Sadar jika tidak kunjung mendapat balasan dari sang istri, Dewa mendongak menatap Asmara yang bisa dilihat perempuan itu salah tingkah entah kenapa. Dewa tersenyum geli, ia tahu apa yang Asmara pikirkan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Asmara | Tamat
RomansaPertemuan tidak di sengaja sehingga keduanya saling mengucapkan janji kelak akan bertemu kembali. Pada tahun 2008 Raden Sadewa saat itu masih berumur 31 tahun bertugas menjadi tim SAR untuk membantu korban gempa bumi di desa yang berada di provinsi...