Di kantin, Reva hanya berdiam sambil terus mengaduk bakso yang ada dihadapannya. Ia terus memikirkan kenapa Zee sangat kebetulan dengan orang yang akan pindah ke rumahnya hari ini?
"Rev, kunaon ai maneh?" Ara membuyarkan lamunan Reva.
"Gue ngerasa ini janggal banget."
"Apanya yang janggal?" Olla heran.
"Eh enggak La, baksonya agak asin biasanya gak gini."
Ara heran, Reva seperti salah tingkah. Ia pun sebenarnya tau bahwa Reva sedang menyembunyikan sesuatu akhir-akhir ini. Tapi ia memilih diam, tunggu Reva yang bercerita sendiri.
___________
Pulang sekolah kali ini, Reva langsung pulang ke rumah. Tentunya sendirian, Manda pergi bersama Dira dan dunianya.
Sesampainya di rumah, sudah ada mobil Pajero putih terparkir di halaman rumahnya. Satpam memberi tau bahwa orang yang akan tinggal dengannya sudah ada di dalam.
Reva ikut memarkirkan mobilnya di samping Pajero putih itu. Ia dejavu kejadian beberapa hari yang lalu.
Setelah memasuki rumahnya Reva tak melihat siapapun disana, ia melirik sana-sini, kosong, seperti biasa.
"Katanya udah nyampe, kok gak ada?"
Reva tak memikirkan hal itu, ia menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya. Langkahnya terhenti saat melihat kamar yang biasanya kosong sekarang seperti berpenghuni.
Kamar itu dihimpit oleh kamar Manda dan kamar Reva, Reva melangkah masuk kamar kosong itu. Sudah bersih, rapih, wangi. Hanya saja AC nya belum bisa digunakan.
Reva mematung saat melihat siapa yang sedang membereskan koper disana, jantungnya seperti berhenti detik itu juga.
"Azizee?!"
Zee yang membelakangi Reva pun ikut terkejut setelah berbalik badan. Bagaimana bisa? Jadi Bulan yang dimaksud itu, Reva? Dan teman kecilnya itu adalah Reva?
"Jadi, lo Sunya? Lo yang mau tinggal disini?"
Zee yang masih mematung itu tak menjawab. Ia masih tak percaya bahwa ia akan satu atap dengan teman sekelasnya, yang bahkan selalu membully dia.
Reva tersadar dari posisi patungnya setelah terdengar ketukan pintu kamar itu. Menampilkan wanita paruh baya tertunduk.
"Non, maaf ini sudah jam 4, bibi izin pulang ya. Semua ruangan sudah dibersihkan, makan buat sore juga sudah ada di meja makan ya non."
Reva mengangguk, bibi itu pun pamit dan menutup pintu kamar itu. Zee ikut tersadar dari lamunannya karena bibi menutup pintu cukup keras.
Reva memperhatikan gadis didepannya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sangat berbeda sekali penampilannya ini dengan yang ia lihat setiap hari di sekolah.
Reva tersenyum smirk, ia mendekati Zee dan menatap matanya intens.
"Jadi, yang gue liat kemaren di minimarket ternyata beneran lo ya? Lo mau apa di sekolah gue sampe ngerubah penampilan lo gini hah?"
Zee memalingkan wajahnya, ia menarik kursi meja belajar disana. Duduk seperti abang-abang dan kembali melihat ke arah Reva.
"Lo udah tau? Pantes lo gak ikut bully gue di sekolah, takut ya?"
Emosi Reva langsung memuncak, ia merasa disepelekan.
"Najis, gue gak takut sekalipun lo yang punya dunia ini. Jangan tengil, lo cuma numpang disini."
"Kalo gak disuruh nyokap, gue gak mau tinggal di rumah kampungan kaya gini. Better gue beli apart."
Emosi Reva semakin memuncak, ia menarik baju Zee hingga terangkat dari duduknya. Reva melempar tas yang ia selempangkan ke sembarang arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (ZeeDel)
Teen FictionDua ketua geng motor yang sebelumnya RIVAL kini diharuskan menjadi satu kesatuan untuk mengusut pembunuh sahabat mereka masing-masing. Namun sayang, pertumpahan darah terjadi ketika perang. Dan apakah dua gadis ini jatuh, atau cinta? CERITA FIKSI To...