H-1 🔞🔞🔞

9.8K 360 9
                                    

"Zee, lo kenapa?"

"Gue gak yakin sama rencana tadi Rev, gue takut makan korban lagi, gue gak siap kehilangan dua kali."

Reva mengelus perlahan bahu Zee yang tanpa tenaga itu, membiarkan Zee berdebat dengan pikirannya sendiri.

"Zee, gue yakin apapun yang lo putusin tadi itu udah yang terbaik. Lo bukan setahun dua tahun jadi ketua disini, lo pasti juga udah terima resiko baik sama buruknya nanti."

"Sekarang lo gak sendirian lagi, lo punya gue sama Anagata. Resiko yang lo tanggung sekarang dibagi dua sama gue. Kalo lo gak yakin sama diri lo sendiri sama aja lo gak yakin sama gue?"

"Mulai sekarang jangan pendem apapun sendirian Zee, gue siap denger semua keluh kesah lo."

Kalimat terakhir Reva membuat tangis Zee pecah, pasalnya ia tak pernah mendapat kalimat penenang seperti ini. Zee selalu memendam semua masalahnya sendiri, ia tak pernah dirangkul.

Melihat Zee terisak, Reva beranjak dari duduknya dan pindah kembali ke pangkuan Zee. Ia memeluk Zee dari depan. Kursi yang seperti kursi kantor itu mundur dengan sendirinya hingga menabrak perlahan dinding ruangan itu.

"Makasih ya Rev, gue gak pernah diginiin. Sorry kalo gue melow banget."

Zee mengeratkan pelukannya pada tubuh Reva yang sedang duduk diatasnya. Ia melabuhkan dirinya beberapa waktu, tangisannya sedikit membuat jaket yang dikenakan Reva basah.

"Bentar Zee, gue lepas jaket dulu biar gak makin banjir gara-gara ingus lo."

Zee melepas pelukannya, ia melihat Reva melepas jaket kulitnya dan melemparnya ke sembarang arah. Wajahnya kini langsung berhadapan dengan dada bidang milik Reva.

"Masih mau peluk?"

Zee mengangguk, Reva mengalungkan tangannya ke leher Zee. Sebetulnya kini bukan pelukan sayang, tapi pelukan nafsu.

"Rev, sepi."

"Jangan gila Zee, ini markas."

Zee tak peduli, ia mengangkat Reva dan menggendongnya seperti koala. Zee berjalan menuju meja besar tempatnya tadi rapat dan mendudukkan Reva disana.

Zee ikut melepas jaket kulit yang ia kenakan juga melemparnya ke sembarang arah. Sedetik kemudian ia langsung melumat kasar bibir merah muda merona milik Reva. Tangannya memegang dan mengelus pinggang gadisnya itu.

"Nghhhh... mmmmhhhhh...."

Reva menepuk bahu Zee mengisyaratkan ia kehabisan nafas, Zee menarik pagutannya dan sedikit menggigit bibir bawah Reva, menyisakan setitik darah disana.

"Aawwsshh... anjing kenapa lo gigit sih?"

Zee tersenyum nakal, ia mengusap darah di bibir Reva itu menggunakan jempolnya. Bisa dirasakan bagaimana lembutnya bibir sang empu.

"Pulang yu Rev? Gue sange."

Reva ikut tersenyum nakal, terbesit ide liciknya. Reva mengalungkan tangannya ke leher Zee, mendekatkan wajahnya.

"Kenapa gak disini aja Zee hmm?"

Wahh bjiirrr?

Nafsu birahi Zee seakan dibakar, ia menatap Reva dan mulai menarik tengkuknya. Tangan yang lain menarik bokong Reva untuk lebih intens dengannya. Ia memanas oleh godaan licik Reva.

Lumatan itu berhasil membuat Reva kelabakan, lidah mereka kini bergulat di rongga mulut Reva. Zee mengabsen deretan gigi Reva, manis rasanya. Lidahnya pun Zee kulum dan disedot tanpa ampun.

Tangan Zee mulai bermain di payudara Reva, meremas dan memilin puting Reva yang masih terhalang kaos juga sport bra nya. Zee mulai meremas dengan kasar dan membuat Reva sedikit menggeliat.

RIVAL (Zeedel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang