Reva ikut tertidur setelah terus mengelus rambut Zee, mereka berdua tidur dalam satu pelukan.
Ceklek
"Ih anjing malah pelukan, WOI REVA!"
"Nghhhh... apasih Man dateng dateng berisik."
"Itu temen-temen lo ada di depan, mereka nungguin lo katanya dari tadi, bangun dulu samperin sana. Ini kenapa lo malah pelukan sama kak Zee? Sinting lo urusin dulu sana temen-temen lo."
Manda terus menarik-narik lengan Reva yang masih bertaut dengan tubuh Zee, Reva pun kaget mendengar apa yang Manda bilang. Ia menepis tangan Manda dan perlahan menarik badannya dari Zee.
"Revv... nghhhh... jangan kemana-mana, sini dulu..."
Zee kembali menarik Reva untuk dipeluknya, Manda kaget melihat interaksi mereka, apaan gak pacaran kok kaya gini?
"Di dep.... Zee? Badan lo panas? Lo sakit?"
Reva mengecek suhu tubuh Zee dengan tangannya, bisa dirasakan panas, Zee mulai menggigil dengan tubuhnya yang masih mencoba memeluk Reva.
"Man, bilang ke mereka gue 10 menit lagi turun, bilang aja lagi mandi. Lo pastiin mereka gak naik kesini ya?"
"Anjing malah mau pacaran, yaudah kunci pintunya nanti."
Manda meninggalkan kakaknya yang masih panik melihat keadaan Zee.
"Zee, gue kunci pintu dulu ya bentar."
Zee mengangguk, ia melepas pelukannya dan membiarkan Reva mengunci pintu. Setelahnya Reva mencari kompresan yang ada di P3K, P3K itu masih berserakan dibawah.
Untungnya masih ada stok kompresan, Reva menyingkap rambut Zee dan mulai menempelkan kompresan itu. Menutup tubuh Zee dengan selimut.
Reva kembali mengacak kotak P3K dan mencari obat anti demam, satu persatu obat ia baca agar tidak salah dosis. Setelah mendapat satu tablet paracetamol, Reva langsung mencari roti di rak stok makanannya. Ia tak mungkin turun ke bawah untuk mengambil nasi.
"Zee, lo makan pake roti dulu ya trus minum obat. Nanti kalo temen-temen gue udah pulang baru lo makan nasi, maafin gue ya Zee? Yuk duduk makan dulu."
Reva dengan telaten membantu Zee bangkit dari tidurnya, menyandarkan Zee di headboard kasur miliknya. Wajah Zee pucat, badannya terlihat lesu, luka yang tadi diobati Reva pun makin terlihat.
"Astaga, lu kaya orang mati Zee. Nih makan dulu." Reva menyodorkan satu bungkus roti juga obat.
"Suapin."
Reva tak bisa melawan, kembali memanjakan Zee dengan menyuapinya makan. Potongan demi potongan roti itu masuk ke mulut Zee. Sesekali Reva menyodorkan minum untuk Zee. Setelah roti habis, Zee langsung meneguk obat yang sudah disiapkan Reva.
"Gue kebawah dulu ya Zee nyamperin temen-temen, lo istirahat."
Zee mengangguk, Reva kembali membantu Zee untuk berbaring.
"Makasih ya Rev."
Reva tersenyum, ia meninggalkan Zee yang terbaring disana. Tak lupa ia mengganti bajunya menjadi baju bersih. Ia juga mengunci pintu kamarnya dari luar
___
Terlihat sudah ada Olla, Oniel dan Ara sedang asyik menonton tv di bawah. Reva berdoa agar mereka tak curiga dan bertanya yang aneh-aneh.
"Dari jam berapa kalian?" Reva ikut bergabung dengan geng nya.
"Dari jam 3, pokonya pulang sekolah kita langsung kesini." Oniel menjawab sambil bergeser dari duduknya, memberi space untuk Reva duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (ZeeDel)
Teen FictionDua ketua geng motor yang sebelumnya RIVAL kini diharuskan menjadi satu kesatuan untuk mengusut pembunuh sahabat mereka masing-masing. Namun sayang, pertumpahan darah terjadi ketika perang. Dan apakah dua gadis ini jatuh, atau cinta? CERITA FIKSI To...