"Anjing, REVA!!!"
Kali ini, jantung keenam gadis itu seakan berhenti kala itu juga. Bagaimana tidak? Reva dan Zee sedang berpelukan dalam satu selimut.
Dengan seluruh emosinya, Olla berlari ke arah Reva dan Zee, ia menarik Zee yang masih tidur itu dan langsung memukulinya tanpa ampun.
Bugh! Bugh! Plak! Bugh!
"Anjing, lo apain temen gue bangsat! Berani-beraninya lo cabulin temen gue!"
Bugh! Bugh!
Reva terbangun dari tidurnya, ia kaget melihat Zee yang hampir terkapar di tangan Olla.
"Goblok! Bukannya pada misahin malah diem aja! Brengsek!"
Reva langsung menarik Olla dan mendorongnya, membantu Zee untuk bangkit. Ashel dan Christy langsung mengobati luka yang Zee dapat.
"Lo apa-apaan sih La?"
"Lo yang apa-apaan Rev! Lo ngumpetin ini semua dari kita biar apa hah? Se gak percaya itu lo sama kita?" Sahut Olla dengan emosinya.
"Bukan gitu anjing, gue nunggu waktu biar enak cerita sama kalian nya. Lo pikir gue gak cape apa mendem ini sendirian?"
"Jangan apa-apa pake emosi tolol! Pake otak, jangan pake otot!"
Reva menarik tangan Olla, juga memberi isyarat agar Oniel dan Ara mengikutinya. Membiarkan Zee diobati oleh tiga temannya disana.
Reva membawa tiga temannya ke ruang tamu, ia duduk dihadapan mereka. Matanya yang masih ngantuk itu kini mulai memerah.
"Gue gak tau kalo yang mau tinggal sama gue tuh si Zee, tiga hari lalu pas gue pulang sekolah dia udah ada disini. Gue juga kaget, gue marah waktu itu. Tapi mau gimana lagi? Ini orang tua gue yang nyuruh."
Reva menghela nafas sebelum melanjutkan ceritanya. Ia mengusap dadanya dan mulai menurunkan nada bicaranya.
"Zee itu gak kaya yang kalian liat di sekolah, dia... ketua Sadipta."
Lagi-lagi, trio disana kaget, jadi selama ini mereka membully orang yang mereka segani? Wajah mereka bisa dilihat sangat ketakutan kala itu.
"Lo semua inget kasusnya Gita?"
Semuanya mengangguk, bagaimana tidak? Dulunya mereka berlima, setelah kejadian itu mereka kehilangan satu anggotanya, kejadian itu juga yang membuat Olla menjadi emosional seperti sekarang ini.
"Waktu kejadian, Gita kan bonceng sodaranya, nah sodaranya itu temennya Zee. Zee lagi usut dan cari tau siapa pembunuh itu, dia dapet info kalo pelakunya sekolah di SMA Sagata. Tapi dia belum punya informasi yang cukup buat langsung ciduk pelakunya."
"Jadi, dia berpenampilan kaya gini biar orang-orang gak curiga?" Oniel memotong pembicaraan Reva.
"Iya, dia juga minta buat gue gak cerita dulu sama kalian. Dia takut identitasnya kesebar dan pelakunya malah lari."
Oniel, Olla dan Ara merenung, mereka memikirkan nasib mereka kedepannya setelah apa yang mereka perbuat ke ketua Sadipta itu. Mati?
Tak lama, Zee dan tiga temannya turun. Zee memakai setelan cupunya karena tak tau Reva sudah membeberkan semuanya.
Zee duduk disamping Reva, tiga anggotanya berdiri. Reva mencopot kacamata dan gelungan rambut Zee, membiarkan rambut sebahu Zee tergerai.
"Gak usah pake setelan kaya gini, gue udah cerita."
"Kok lo cerita?"
"Mau gimana lagi, bahkan mereka udah ngeliat kita pelukan tadi."
Setelah pernyataan itu, Zee menegakkan badannya dan duduk bersilang kaki. Ia juga menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Menatap Olla, Oniel dan Ara dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (ZeeDel)
Teen FictionDua ketua geng motor yang sebelumnya RIVAL kini diharuskan menjadi satu kesatuan untuk mengusut pembunuh sahabat mereka masing-masing. Namun sayang, pertumpahan darah terjadi ketika perang. Dan apakah dua gadis ini jatuh, atau cinta? CERITA FIKSI To...