Chapter 6 {Pesan Ibu}

62 7 2
                                    


"Laurence! Herman! Sejak kapan kalian datang?!"

🕰Happy Reading🕰️

-
-
-
-
-

Laurence, Herman, dan Ayu menoleh ke arah sumber suara. Yang memanggil ternyata adalah laki laki Belanda yang tadi Ayu lihat sedang bertengkar di taman, yang tidak lain adalah Kendrick.

Ayu melirik ke arah kedua lelaki di sampingnya. Dia menangkap sorot tajam dan kesal yang ditampakkan oleh Herman. Berbeda dengan Laurence yang menyambut Kendrick dengan senyum lebar dan pelukan hangat.

"Oh astaga, sudah berapa lama kita tidak bertemu, kau sudah menjadi seorang bos besar sekarang. Bagaimana dengan hubungan asmara mu? Apakah kamu sudah mendapat incaran?," tanya Laurence dengan alis terangkat.

Kendrick menggeleng pelan. "Belum ada, tapi sepertinya setelah pesta ini aku akan mendapatkan incaran," jawab Kendrick dengan sedikit mencuri pandang ke arah Ayu.

Ayu yang masih diam dan mencoba menjaga image cuek tidak menyadari Kendrick yang mencuri pandang kepadanya.

"Ku doakan semoga kau bisa mendapatkan incaran mu itu hingga maut memisahkan kalian," timpal Laurence dengan senyum mengembang.

Herman hanya diam membisu tidak ada niat untuk ikut masuk ke dalam obrolan itu. Ayu sedikit heran dengan sikap Herman yang seolah tidak menyukai Kendrick.

Lalengka yang memperhatikan Ayu yang berdialog bersama para pria sedari tadi hanya bisa diam mengamati pria berjas cream dan bertopi cream yang diam dari tadi.

Ketika Kendrick datang, Lalengka menggeleng gelengkan kepalanya. Bisa bisanya Ayu masuk ke dalam obrolan para lelaki Belanda itu.

Kembali kepada Ayu. Ayu sibuk memperhatikan wajah Laurence dan Kendrick yang tidak sama untuk karakteristik orang eropa.

Kendrick memiliki wajah yang khas Eropa, dengan mata berwarna hazel, rahang tegas, bulu mata yang lentik, tubuh tinggi dan tegap, kulit putihnya walaupun sedikit kuning langsat, dan rambut coklat nya membuat Kendrick terlihat mirip dengan orang eropa.

Berbanding terbalik dengan Laurence yang menurutnya lebih mirip orang asia dibanding Eropa. Mata berwarna hitam, kulit kuning langsat, tubuh nya yang tidak terlalu tinggi dibanding Kendrick dan Herman, mungkin sekitar 165, bentuk mata yang lumayan sipit dan rambut hitam legamnya, membuatnya terlihat seperti orang asia timur.

"Ayu" panggilan itu membuyarkan lamunan gadis tersebut. Ia menatap ke arah Laurence.

"Ada apa?" Tanya Ayu.

"Kendrick sedari tadi menanyakan dirimu tapi kamu tidak kunjung menjawab,"jawab Laurence.

Ayu segera menatap lelaki bermata hazel di depan nya.

"Namaku Ayu, aku adalah anak dari tuan Welirang" jelas Ayu. Kendrick tersenyum tipis.

"Ternyata dia memang bukan gadis biasa" batin Kendrick sembari menatap dalam perempuan di depannya.

"Ayu!" Panggil seorang gadis lain yang berjalan mendekati Ayu.

"Lalengka..." Lirih Ayu.

"Ayo pergi dari sini. Tidak baik kamu berbincang bincang dengan para pria sedangkan kamu masih gadis. Ayo!" Lalengka segera menarik tangan Ayu untuk pergi.

Ayu hanya bisa diam tidak melawan, toh jika melawan semua orang akan menatapnya kebingungan dan menjadi pusat perhatian. Dan dia akan sangat malu dengan hal itu.

Lalengka dan Ayu berhenti di halaman luar kediaman tuan Wilder. Lalengka menatap Ayu dengan tatapan tajam.

"Jangan pernah berdekatan dengan pria setengah Belanda, ingat pesan Ibu!" Tegas gadis bermata tajam bak elang tersebut.

Ayu mengangkat sebelah alisnya."pesan apa?" Tanyanya. Lalengka menepuk keningnya.

Ia mendesah pelan. "Aku lupa jika gadis bod*h ini lupa ingatan" batin Lalengka.

"Sebelum ibu meninggal setelah melahirkan mu, ibu berpesan untuk kita sebagai anak gadisnya untuk tidak berdekatan dengan pria Belanda" jelas Lalengka.

"Memang kenapa kita tidak boleh berdekatan dengan pria Belanda?" Tanya Ayu dengan polos.

Lalengka menarik nafas dalam dalam agar tidak emosi. "Ayu... Ibu kita pernah mendapat pesan dari seorang kakek kakek tua yang dibantu ibu. Pesan dari kakek itu adalah, jauhkan lah anak anak mu kelak dari pria  Belanda agar kesialan tidak menghampiri keturunan mu kelak," jelas Lalengka panjang lebar.

Ayu mengangguk angguk. "Kesialan? Kesialan apakah itu?? Hmm ... Apakah berhubungan dengan perjalanan waktuku?"

"Sudahlah, ayo kita kembali ke kediaman terlebih dahulu, biarkan ayah menikmati obrolan nya dengan para pejabat gila kekuasaan itu." Lalengka menarik kembali tangan Ayu dan mengajaknya menaiki kereta kuda untuk kembali ke rumah.

Ayu bersiap siap menaiki kereta kuda.

"Ayu!!"

Bersambung....

Maafkan author yang suka menghilang. Ini dikarenakan kesibukan author ya manteman, jujur saja kurikulum merdeka kebanyakan kerkom dan presentasi hingga author tidak punya waktu luang untuk update🙏😔 bahkan hari Sabtu dan Minggu yang seharusnya libur sekolah, author malah masuk💀

Sekali lagi maafkan author yang kurang ajar ini😭

Lovee youuu liderss❤️

Ku Pegang Janjimu Tuan Meneer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang