Chapter 1 {Kecelakaan}

179 13 4
                                    


✨🕰️Selamat Membaca🕰️✨
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ayu merasa ada cairan basah yang mengalir dari bagian belakang kepalanya. Dirinya juga mencium bau anyir darah yang menyeruak dari sekitarnya.

Ia mencoba memegang cairannya, dan ternyata itu adalah darah yang sudah bercampur dengan kerikil aspal jalan.

"M-maafin Ayu, mbah... Ayu nggak dengerin pesan mbah... Maaf.. Ayu n-nggak nepatin janji A-ayu buat di samping, embah.. terus" Lirih Ayu sebelum pandangannya mulai gelap.

Blue moon mulai menampakkan cahayanya. Cahaya bulan mengenai tubuh malang Ayu yang sudah terkapar tak berdaya dengan darah yang terus terus keluar dari dalam tubuhnya. Orang orang mulai mengelilingi Ayu hingga datang seorang gadis seumuran Ayu.

"AYU!! Are you okay orang gila? AYU! AYU! BANGUN!! LO JANGAN NINGGALIN GUE AYU!! KATANYA LO MAU BELIIN 10 KAMBING BUAT AQIQAHAN ANAK GUE NANTI!! Hiks.... Ayu... Ambulan bakal segera datang! Bertahanlah Ayu!! Mbah kung menunggu mu pulang..." ucap Mega, meraung - raung histeris.

Flashback

"Nduk! Buatkan mbah kung kopi hangat" Pinta kakek Ayu.

(Nduk: panggilan sayang untuk anak perempuan)
(Embah Kakung: kakek)

"Siap, mbah!!" Sahut Ayu dari dalam dapur.

5 menit kemudian

"Ini mbah kopi nya" Ucap Ayu seraya menaruh secangkir kopi di atas meja kecil yang ada di depan mbah kung.

"Maturnuwun yo nduk..."

(Maturnuwun: Terimakasih)

"Sami sami mbah.."

(Sami sami: sama sama)

Kakek menyeruput kopi buatan cucu kesayangannya itu.

"Ayu... Nanti kalau diajak teman kamu pergi keluar jangan mau ya..." Ujar mbah kung tiba tiba.

"Emang kenapa, mbah?" Tanya Ayu yang bingung.

"Pokoknya jangan keluar rumah, perasaan mbah nggak enak hari ini. Itu pesan mbah ya... Mbah takut terjadi apa apa sama kamu, apalagi kamu cucu mbah satu satunya" tutur mbah kung.

"Udah mbah tenang aja... Ayu bisa jaga diri baik baik kok. Ayu bakal terus di samping mbah seumur hidup" ucap Ayu menenangkan kakeknya.

"Iya mbah tau kamu bisa jaga diri baik baik. Tapi tetap hati hati ya, nduk.."

"Siap mbah!" Jawab Ayu sambil mengangkat tangannya seakan hormat.

"Ini baru cucu embah.. Yo wes, Mbah mau pergi ke mushola, mau sholat isya, sekalian slametan di rumah pak Harto mengenang 100 hari kematian Bu Harto" pamit mbah kung.

(Slametan/selamatan: hajatan/syukuran dengan mengundang tetangga/kerabat)

(Yo wes: Ya sudah)

Ku Pegang Janjimu Tuan Meneer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang