Chapter 9 {Terjawab}

53 7 2
                                    

Lalengka menatap adik nya dengan tatapan sendu. "Semoga aku juga bisa hidup tanpa cinta"

"Sekarang aku harus menanyakan kepada Herman apa yang terjadi sesungguhnya" batin Ayu.

______________

🕰Happy Reading🕰️
-
-
-
-
-
-

Keesokan harinya...

"Nona! Nona! Cepat bangun nona!" Kinanthi menggoyang goyangkan tubuh Ayu yang masih terlelap.

"Aa 5 menit maneh!!" Teriak Ayu yang masih memejamkan matanya.

(Maneh: lagi)

"Haduh non... Nona lupa hari ini nona membuat janji untuk bertemu dengan tuan Herman? Ini sudah jam 9 non.." ujar Kinanthi, seketika Ayu yang semula berbaring seketika terduduk.

"ASTAGA! AKU LALI!!" Ayu bergegas turun dari ranjang nya dan berlari ke arah kamar mandi.

"Siapkan pakaian ku untuk hari ini Kinanthi!!!" Teriaknya dari dalam kamar mandi.

"Baik non.."

(Lali: lupa)

***********

Ayu tergesa gesa turun dari kereta kudanya. Ia dapat melihat laki laki berjas biru tua sedang berdiri di bawah pohon rindang dengan bersedekap.

"Herman!" Lelaki itu menoleh ke sumber suara. Ia menatap Ayu dengan senyum cerianya.

"Apakah kau sudah menunggu lama? Maafkan aku jika telah membuatmu menunggu" ucap Ayu dengan nafas ngos ngosan.

"Tidak, aku juga baru datang" bohong Herman. Dia sudah datang dari 1 jam yang lalu.

Ayu tersenyum lega mendengar itu. "syukurlah"

"Memang apa yang ingin kau bicarakan dengan ku, Ayu?" Tanya Herman dengan senyum khasnya.

Raut wajah Ayu seketika berubah serius. Herman yang melihatnya pun kebingungan dalam batin.

"Aku ingin menanyakan tentang peristiwa yang terjadi di malam sebelum aku koma. Pasti kau mengetahui sesuatu, Herman.."

Pertanyaan Ayu sukses membuat Herman diam membisu.

Senyum di wajah Herman berubah menjadi masam.

"Apakah aku harus memberitahunya?" Batin Herman.

"Herman..." Panggil Ayu.

Herman menghela nafas panjang. "Aku akan menceritakan nya, tapi jangan lah kau membenci siapapun orang yang ada di cerita ini" Peringat Herman. Ayu mengangguk paham.

Flashback

Herman bergegas turun dari mobilnya, ia hendak mengambil berkas berkas penting yang tertinggal. Itulah mengapa dia pulang ke Djokdjakarta malam itu juga.

Saat membuka pintu, ia melihat rumahnya yang sudah seperti kapal pecah. Banyak barang berserakan di lantai. Lalu ia samar samar mendengar suara tangis dari arah lantai atas.

Ku Pegang Janjimu Tuan Meneer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang