Prolog

2.8K 144 0
                                    

Happy reading all~!
\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

"Bumi Batara.." Sepasang manik abu mengkilap sedang menatap bayi di dalam dekapannya. Bayi yang baru lahir satu hari yang lalu.

"Nama itu cocok untukmu, Pangeran.." tiba-tiba air matanya luruh dari manik abunya. Segala upaya ia lakukan agar menghalau air matanya turun, namun percuma. Air mata ini nakal, bahkan dirinya sudah sesegukan dibuatnya.

Ceklek

"Gal, lo nggak mau nengok Matahari? Dia nungguin lo," celetuk Raja, sahabat Galaksi yang hadir pada hari ini untuk memberikannya ucapan selamat atas kelahiran putra pertamanya, Bumi.

Raja langsung membungkam mulutnya begitu tau Galaksi sedang menangis, "l-lo kenapa?" Tanyanya seraya menepuk bahu tegap milik Galaksi.

Galaksi menggeleng, "gue titip Bumi, gue mau ke kamar Matahari dulu," katanya begitu. Langsung saja menyodorkan Bumi dan meninggalkan bayi itu dengan sahabatnya.

Raja menggeleng seperti Galaksi tadi, namun ada decakan, "ck ck ck, daddy mu cengeng.. gausah niru niru dia yah?" Ucapnya penuh ketegasan.

***

Di kamar berbau obat-obatan, Galaksi sedang bersama dengan istrinya, Matahari. Mereka berdua menunduk saat ceramahan itu memekikkan telinga mereka.

"Apa ayah bilang? Akhirnya jadi gini kan!?" Ayah Galaksi, Tobias, memarahinya habis-habisan.

Galaksi dan Matahari tak berani angkat bicara.

"Pokoknya ayah gak mau tahu! Terserah mau kalian apakan, yang penting jangan sampai anak itu ketahuan oleh pihak media manapun," final Tobias. Dirinya keluar dengan amarah yang di ubun-ubun.

"Gal.." panggil Matahari dengan nada lembut. Galaksi berusaha tersenyum, menatap wajah sayu sang istri tercinta.

"Hm?"

"Aku nggak mau, Bumi anak kita.. Bumi putra pertamaku," Matahari terisak.

Galaksi dilema kebingungan, disatu sisi dia tidak mau melawan perintah sang ayah dan di satu sisi dia tidak mau kehilangan putranya.

"Tuhan.. aku harus apa?" Sungguh, bantu Galaksi untuk menemukan jalan keluarnya..

DIARY BUMI (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang