Tak berselang lama, para penunggang kuda yang mengejar kini berada tepat di hadapan Julian. Mereka terlihat sangat mengerikan, kegelapan senantiasa bersama mereka. Area di sekitar Julian dan para penunggang kuda itu seketika menjadi dingin dan membeku. Hampir seluruh tumbuhan yang ada di sana diselimuti oleh butir air membeku karena saking dinginnya udara saat ini. Langit terlihat gelap, yang seharusnya saat ini adalah pagi yang cerah dengan langit biru tanpa awan.
Julian berdiri di hadapan kelima penunggang kuda yang tampak sangat amat mengerikan. Aura dan entitas magis kegelapan yang sangat pekat menyelimuti mereka berlima, tak membuat getar Julian. Kedua iris mata hitam milik laki-laki itu perlahan berubah menjadi hijau muda dan bercahaya, diiringi oleh hembusan angin lembut yang memutari tubuhnya. Tidak ada pedang, tidak ada senjata lain yang ia pegang alias hanya tangan kosong. Mau bagaimana lagi?
Tidak berbicara atau lebih tepatnya mungkin mereka tidak bisa berbicara bahasa manusia. Kelima penunggang kuda itu mengeluarkan kekuatan magis yang cukup besar, dan menyerang Julian dengan sebuah entitas gelap yang belum diketahui apa itu sebenarnya. Entitas magis yang sangat gelap itu beterbangan layaknya abu, namun melesat dengan sangat cepat ke arah Julian layaknya ribuan duri yang siap menghujani tubuhnya.
Tanpa merapalkan sebuah mantra, hembusan angin yang mengelilingi tubuhnya semakin kencang, dan menciptakan sebuah pelindung hanya dalam kedipan mata. Entitas kegelapan itu tak bisa menyentuh tubuhnya, mereka terpecah begitu saja layaknya abu yang beterbangan. Tubuh Julian juga tak terluka, terlindungi dengan baik.
Serangan dari kelima penunggang kuda itu tak hanya sekali saja. Melihat serangan magis pertama yang mereka lancarkan berhasil ditangkis oleh sebuah penghalang transparan, sepertinya cukup membuat mereka marah. Terlebih melihat ekspresi datar dan dingin Julian dengan tatapan tajamnya ia berdiri tegar tidak gemetar sedikitpun.
"Maafkan aku, ibunda. Tetapi sepertinya untuk di detik ini aku tidak akan menahan diri." Julian tiba-tiba saja berbicara dengan intonasi rendah, hanya terdengar oleh dirinya sendiri, namun masih dengan tatapan tajamnya berwarna hijau muda bercahaya.
Tubuh milik Julian diselimuti oleh entitas magis berskala besar beraura hijau muda dan angin kencang yang tak berhenti bertiup. Semak-semak hutan di sekitarnya tak kuat menahan terpaan angin yang sangat lebat, sehingga membuat tumbuhan-tumbuhan itu terangkat, dan pohon-pohon di hutan tersebut juga tak bisa diam.
Udara dingin semakin terasa karena bereaksi dengan kencangnya angin yang bertiup, dan baju abu-abu milik Julian juga tak henti-hentinya melambai sama seperti rambut hitamnya saat ini. Kuda-kuda yang ditunggangi oleh kelima prajurit kegelapan itu tampak sangat gelisah, beberapa kali mereka melengking dan tak bisa diam.
Entitas sihir kegelapan kembali muncul menyelimuti kelima penunggang kuda tersebut, namun kali ini berskala sangat besar dan pekat, begitu mengerikan. Semua kehidupan seperti semak-semak dan pepohonan yang terkena entitas tersebut langsung layu dan gugur seketika, mati tak ada yang sanggup bertahan. Entitas sihir gelap yang sangat besar itu membumbung tinggi ke langit yang juga gelap meski di pagi hari, sebelum kemudian melesat sangat kencang menjadikan Julian sebagai sasaran.
Angin di sekitar Julian semakin kencang, berputar dan hanya mengelilingi tubuhnya. Laki-laki itu tidak tinggal diam. Ia mengulurkan satu tangannya ke arah langit seperti seolah hendak meraih entitas sihir gelap yang saat ini terbang ke arahnya, sebelum kemudian angin serta aura hijau muda di sekitarnya juga ikut melesat menyerang entitas sihir tersebut.
Tabrakan antara kedua entitas sihir dengan skala yang sangat besar tak terelakkan, hingga membuat suara dentuman yang sangat keras dan luas. Efek dari tabrakan kedua entitas sihir tersebut juga cukup parah, meratakan hampir semua vegetasi di hutan tersebut dengan diameter besar sekitar 300 meter.
***
Langkah dari Lucia tiba-tiba saja terhenti dengan napas terengah-engah karena dirinya berlari sangat jauh dan terus mengarah ke arah Tenggara, dan membawa tas ransel milik Julian di punggungnya. Kedua telinganya mendengar suara ledakan atau dentuman yang sangat keras dari arah belakangnya, dan membuat banyak sekali burung-burung beterbangan melintas tepat di atas kepalanya. Perhatian Lucia kemudian terarah ke samping kanan dan kirinya, dan mendapati banyak sekali hewan liar seperti harimau, serigala, tupai, rusa yang berlarian ke arah Tenggara. Mereka semua tampak ketakutan, berlarian panik menjauhi sumber suara dentuman yang baru saja terdengar.
Setelah hewan-hewan itu berlarian melewati dan mendahuluinya. Pandangan Lucia kemudian menoleh ke belakang, ke arah jalan yang telah ia lalui dengan tatapan cemas dan gelisah. Hatinya bimbang, ingin kembali kepada Julian, namun pemikirannya tetap memegang teguh apa yang diminta oleh Julian yaitu terus berlari ke arah Tenggara.
"Julian," gumamnya dengan intonasi gemetaran, dan tatapan berkaca-kaca ke arah belakang.
***
Sebuah istana yang besar dan megah dengan dominasi cat berwarna putih suci tampak berdiri kokoh di atas sebuah bukit yang terletak di sebuah pulau yang cukup besar. Tepat di kaki-kaki bukit tersebut terdapat perkotaan yang memuat banyak sekali pemukiman dengan kehidupan yang damai dan tentram.
Seorang Ratu yang sangat cantik berambut hitam panjang bergelombang, dress kerajaan berwarna biru muda, dan sebuah mahkota berwarna emas berkilau di atas kepalanya tampak sedang berdiri di sebuah balkon istananya. Pandangan dari seorang Ratu itu tampak memandang ke arah Timur dan Utara, memandangi pemandangan alam yang sangat indah, lautan serta banyak sekali pulau hijau yang juga dihuni oleh penduduk kerajaannya.
Di tengah Ratu itu sedang menghabiskan waktunya memandangi pemandangan yang menjadi kesukaannya itu. Seorang dayang istana tiba-tiba saja datang, berdiri tepat di belakangnya dan kemudian membawakan sebuah kabar, "Yang Mulia, pihak penyihir kerajaan mendeteksi adanya entitas magis kekuatan alam yang sangat besar, muncul di Benua Tengah, tepatnya sekitar 135 kilometer ke arah Tenggara dari perbatasan akhir wilayah yuridiksi Kerajaan Istvan."
"Apa yang kamu ketahui soal entitas sihir itu?" tanya Ratu tersebut, berbalik badan dan menatap dayang istananya.
Tatapan kedua iris mata cokelat dayang istana itu tampak cemas, memberikan jawaban, "kekuatan alam yang sangat besar dilepaskan, sihir angin, dan persis sama seperti milik putra bungsu anda, Yang Mulia."
Kedua mata indah berwarna hitam milik Yang Mulia Ratu tampak terbuka dan melebar, seolah tidak menyangka akan mendapatkan kabar tersebut. Napasnya terdengar gemetaran, menaruh rasa resah yang cukup dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Lokawigna
Fantasy-Fantasy- [⚠️] The story contains adult scenes including violence, murder, harsh words. Seorang putri raja harus mengalami kejadian yang sungguh menyakitkan, yang mengharuskan dirinya untuk bisa menjadi lebih kuat. Melarikan diri dari tanah kelahira...