Julian menarik Lucia, dan bersembunyi di balik pepohonan serta semak belukar hutan yang masih tidak jauh dari desa tersebut. Laki-laki itu kemudian menatap tajam Lucia ketika berdiri di balik pepohonan tersebut, "kau ... kau seorang putri dari Kerajaan Istvan?!" cetusnya bertanya, terlihat cukup kesal namun ia tidak bisa berbicara dengan intonasi tinggi.
Lucia tampak sedikit tertunduk, tak berani menatap laki-laki yang saat ini berdiri cukup dekat di hadapannya, "maaf, aku sengaja tidak berbicara dari awal kepadamu," ucapnya dengan nada bicaranya yang cukup getir.
Perhatian Julian yang awalnya terlihat kesal dengan sosok Lucia, secara tiba-tiba langsung teralihkan oleh sekelompok prajurit berkuda dengan zirah serba hitam yang mulai keluar dari desa, dan perlahan berjalan menuju ke arah dirinya dan Lucia bersembunyi di balik hutan. Mereka sekarang lebih dari tiga kuda, terdapat lima hingga tujuh prajurit berkuda dengan tombak serta pedang tajam yang mereka bawa.
"Di mana kau melihatnya?!" tanya prajurit berkuda pertama kepada prajurit berkuda lain.
"Ke arah sini, namun aku tidak tahu lagi," prajurit berkuda tersebut menjawab pertanyaan itu.
"Berdasarkan saksi mata, gadis itu pergi bersama laki-laki berambut hitam dan baju berwarna abu-abu."
"Sialan, orang itu!!" gusar prajurit berkuda pertama, tampak sangat kesal.
Perbincangan para prajurit berkuda itu cukup keras dan jelas, hingga sampai di telinga Julian serta Lucia yang bersembunyi di balik hutan tersebut, tidak terlalu jauh dari posisi mereka.
"Kita pergi dari sini ...!" bisik Julian, kemudian mengajak Lucia kembali berjalan dan berlari, semakin masuk ke dalam lebatnya hutan yang cukup gelap meski di bawah teriknya matahari.
Jauh ke dalam hutan, Julian kembali menghentikan langkahnya ketika sudah berada jauh dari desa tersebut. Laki-laki itu menatap tajam Lucia setelah baru saja mengetahui sebuah fakta kalau ternyata gadis yang bersamanya adalah seorang putri dari Kerajaan Istvan.
Pengembara laki-laki tersebut memilih sebuah tempat yang ada di dalam hutan untuk beristirahat sejenak, di antara banyaknya pepohonan, dan terdapat beberapa semak belukar yang cukup lebat. Ia kemudian meminta tas ransel miliknya yang dibawa oleh Lucia, dan mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Ganti pakaianmu dengan ini!" ujar Julian, mengambil satu set pakaian yang baru saja ia beli, dan memberikannya kepada Lucia di hadapannya.
Lucia terlihat bingung saat menerima pakaian yang masih baru tersebut dari tangan Julian. Namun ia lebih bingung lagi bagaimana dan di mana dirinya berganti pakaian. Julian yang berdiri di hadapannya tiba-tiba saja berjalan melewatinya sembari berkata, "ikut aku ...!"
Ketika sampai di balik sebuah pohon dan semak-semak yang sangat lebat, tidak jauh dari posisi awalnya. Julian mengulurkan satu tangannya ke depan, dan secara tiba-tiba sebuah penghalang transparan terbuat dari angin muncul mengelilingi tempat tersebut, membuat Lucia tidak terlihat dari luar namun sebenarnya ada di dalam penghalang itu.
"Kau bisa berganti pakaian di sini," ucap Julian setelah itu, menoleh menatap Lucia dan lanjut berkata, "aku akan tunggu dirimu di tempat awal," sebelum kemudian pergi, keluar dari semak-semak tersebut, kembali menghampiri tas ransel miliknya yang sempat ia tinggalkan.
Julian menunggu di tempat awalnya, bersama tas ransel miliknya. Hutan yang sangat sunyi dan senyap, laki-laki itu sempat memandang ke arah langit, dan memastikan langit biru berawan itu tidak menurunkan airnya. Tak berselang lama, Lucia kembali datang, dan telah berganti pakaian dengan yang lebih bersih serta lebih layak dipakai daripada gaunnya sebelumnya. Baju hijau tua yang ia pilih, serta sebuah celana panjang berwarna gelap, terasa nyaman dan cocok serta tidak kekecilan ketika dipakai oleh Lucia.
"Serahkan gaunmu, dan tetap pakai jubahnya ...!" pinta Julian kepada Lucia, melihat jubah hitam miliknya yang kini dilipat dan dibawa pada salah satu tangan perempuan tersebut bersama gaun putihnya.
Lucia hanya diam, melakukan apa yang diminta oleh Julian. Gadis berambut perak itu menyerahkan gaun lusuhnya, dan sang pengembara menggunakan sebuah sihir yang kemudian membuat gaun tersebut hancur bagaikan debu, lenyap begitu saja di ruang hampa.
Setelah semuanya selesai, laki-laki tersebut kembali melanjutkan perjalanan, bersama Lucia tentunya, kini tas ransel tersebut ia yang bawa sendiri tanpa bantuan Lucia. Meski masih dirundung rasa kesal dan merasa dipermainkan oleh gadis berambut perak itu. Namun Julian tetap mengajak perempuan itu pergi bersamanya, tidak meninggalkannya, apalagi mengingat dirinya juga sudah terlibat dan pasti sudah ditetapkan sebagai 'orang yang dicari' oleh para prajurit tadi.
"Aku bisa pergi dan tak mengacaukan mu lagi," ujar Lucia di tengah perjalanan, melewati banyaknya pepohonan besar di hutan tersebut.
Julian menghentikan langkahnya sejenak, menoleh kepada Lucia yang berdiri di sampingnya, menatapnya tajam dan berkata, "kau berbicara seperti itu dengan enaknya setelah membuatku juga ikut dicari oleh para prajurit berkuda itu?" kemudian lanjut berjalan.
Lucia hanya bisa terdiam, pandangannya cenderung tertunduk, dan menghela napas berat dengan suasana hati yang campur aduk. Sedih, merasa bersalah, dan gelisah. Hatinya sungguh tak menentu saat ini. Namun ketika itu, ia mengingat kembali bagaimana Julian mencoba untuk melindunginya ketika di desa tadi dan berhadapan dengan salah satu dari prajurit berkuda itu. Lucia merasa sedikit aneh, karena Julian melakukannya seolah sudah mengenal dekat dan lama dirinya, meski pada saat itu dirinya dipanggil 'budak' oleh Julian.
"Mengapa kamu melindungi serta tiba-tiba menandaiku sebagai budak di saat salah satu dari mereka menghampiri ketika kita di desa tadi?" tanya Lucia, terlihat harus mengumpulkan keberanian terlebih dahulu untuk angkat bicara setelah sepanjang jalan hanya diam-diam saja.
"Aku tidak mempermasalahkan kau menandaiku sebagai budak, namun aku penasaran mengapa kau sampai sebegitunya melakukan hal tersebut kepada orang yang baru saja kau kenal," lanjut Lucia.
Julian melirik kepada Lucia dan menjawab, "sama seperti rasa penasaran ku kepadamu, mengapa kau mau ikut bersamaku, bahkan hingga saat ini? Padahal kita baru saja bertemu," melemparkan kembali pertanyaan yang kurang lebih sama kepada Lucia.
Keduanya kemudian sama-sama diam setelah saling melempar pertanyaan yang kurang lebih sama. Julian hanya memandang ke depan, memperhatikan jalan yang akan dilaluinya, dan tetap waspada terhadap lingkungan hutan yang asing baginya. Sedangkan Lucia, sepanjang jalan pandangannya cenderung tertunduk dengan pikiran serta hati yang campur aduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Lokawigna
Fantasía-Fantasy- [⚠️] The story contains adult scenes including violence, murder, harsh words. Seorang putri raja harus mengalami kejadian yang sungguh menyakitkan, yang mengharuskan dirinya untuk bisa menjadi lebih kuat. Melarikan diri dari tanah kelahira...