Perkenalkan! #10

14 7 3
                                        

Berjalan melalui hutan yang sangat lebat dan asing. Pengembara itu tampak terlebih dahulu memperkenalkan dirinya kepada Lucia, "perkenalkan, aku Julian, asalku dari sebuah negeri kecil bernama Naira di Benua Tenggara."

"Benua Tenggara?!" sahut Lucia, terlihat sedikit terkejut mendengar hal tersebut. Yang ia ketahui, Benua Tenggara adalah tempat yang sangat jauh, bahkan untuk ke sana saja harus menggunakan sebuah kapal.

Julian mengangguk, "ya, aku sampai di benua ini sudah dari satu bulan yang lalu," ucapnya.

"Sudah ke mana saja kamu pergi?" tanya Lucia, terlihat sedikit antusias dan penasaran.

"Banyak tempat," jawab singkat Julian, tersenyum kecil.

Pengembara laki-laki bernama Julian itu sudah memperkenalkan dirinya, dan sekarang giliran Lucia. Perempuan itu terlihat bingung sejenak, memikirkan seperti apa ia harus memperkenalkan diri kepada laki-laki bernama Julian tersebut.

"Namaku Lucia, asalku ...," dengan pandangan yang lagi-lagi cenderung ke bawah, tampak cukup murung--teringat tentang tanah kelahirannya. Lucia tidak melanjutkan kata-katanya, namun itu tidak masalah bagi Julian yang langsung berbicara, "namamu sungguh cantik, jarang ada orang yang memiliki nama sepertimu."

Pujian tersebut berhasil membuat Lucia sedikit tersenyum, sekaligus membuatnya merasa tenang karena Julian terlihat tidak tahu-menahu soal dirinya dan namanya, "terima kasih," ucapnya.

Mereka berdua terus menyusuri tengah hutan yang memiliki banyak sekali pohon besar dan menjulang. Lucia merasa beruntung bisa bertemu dengan sosok seperti Julian, karena bersama laki-laki tersebut dirinya tidak tersesat lagi. Tidak lama setelah berjalan beberapa menit, mereka berdua sampai di sebuah desa yang cukup besar dan luas, lebih luas daripada desa pertama yang didatangi oleh Lucia semalam.

Julian berjalan lebih dahulu, dengan sangat santai ketika memasuki desa tersebut, diikuti oleh Lucia yang sedikit tertinggal satu langkah darinya. Gadis itu langsung memakai tudung yang ada pada jubah hitam yang ia pakai, menutupi rambutnya yang tampak cukup mencolok dengan warna perak itu.

"Kita mampir ke toko itu terlebih dahulu, ya ...!" ujar Julian, menunjuk ke sebuah toko baju kecil yang ada di ujung persimpangan desa.

Tidak berkomentar banyak, Lucia mengangguk, mengikuti kemanapun langkah dari Julian. Perempuan itu tampak membawa serta benar-benar menjaga barang bawaan milik Julian dengan menggendong tas cokelat tersebut di pundak.

Julian masuk ke dalam toko pakaian, dan langsung menemui seorang wanita paruh baya yang menjaga toko. Lucia dibuat sedikit bingung, karena toko yang disambangi oleh Julian bukanlah toko pakaian untuk laki-laki, melainkan untuk perempuan. Semua pakaian yang dipajang di semua etalase toko adalah gaun-gaun cantik, dan baju-baju perempuan dari anak-anak hingga dewasa.

"Saya sedang mencari satu set baju dan celana sederhana dengan bahan yang kuat namun nyaman untuk dipakai, tidak mudah basah, juga tidak mudah terbakar. Apakah semua yang saya cari ada di sini?" ucap Julian, bertanya kepada sang penjaga toko tersebut.

Wanita paruh baya berpakaian sederhana berwarna merah muda itu tersenyum menyambut calon pelanggannya, "tentu saja saya memiliki apa yang anda butuhkan, Tuan. Mari ikuti saya ...!" ucapnya.

Julian pun melangkah mengikuti ke mana wanita paruh baya itu pergi, semakin menuju ke dalam toko, dan naik ke lantai dua toko sederhana itu. Lucia tentu terus mengikuti ke mana langkah laki-laki itu pergi, bahkan ia tampak tidak ingin jauh-jauh dari pengembara tersebut. Tas ransel berwarna cokelat milik pengembara itu juga terlihat terus menempel di punggungnya.

"Silakan dipilih, Tuan. Semua pakaian di lantai dua toko ini berbahan nyaman dan lembut, kuat, tidak mudah basah, juga tidak mudah terbakar." Wanita paruh baya itu berbicara ketika sampai di lantai dua.

Lantai dua dari toko pakaian sederhana itu memang tidak terlalu luas, karena memang tokonya juga tidak besar-besar amat. Namun di lantai dua toko tersebut menyimpan banyak sekali pakaian sederhana yang biasanya dipakai oleh para pengembara. Meski semua pakaian yang ada hanyalah pakaian sederhana, namun kualitas dari pakaian-pakaian itu tidak perlu diragukan lagi.

"Baik, kami akan melihat-lihat terlebih dahulu koleksi yang ada di sini," ujar Julian.

Wanita paruh baya itu tampak tersenyum ramah, "kalau begitu saya kembali turun ke bawah terlebih dahulu, jika memerlukan saya tinggal datangi saya saja, Tuan," ucapnya sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

Julian kemudian berjalan di antara banyaknya pakaian yang digantung dan dipajang di sana, memeriksa satu per satu kualitas bahan dari pakaian-pakaian yang ada. Lucia hanya mengikutinya, sekaligus penasaran dengan niat laki-laki itu, "kamu sedang mencari pakaian untuk siapa?" celetuknya bertanya karena penasaran.

"Menurutmu?" sahut Julian, melirik kepada Lucia yang berdiri di sampingnya, dan memandangi dari ujung atas hingga kaki.

Lucia hanya diam, dan terlihat bingung. Julian lanjut melihat-lihat pakaian yang ada di lantai dua toko tersebut, hingga pada akhirnya terdapat sebuah etalase yang memuat pakaian-pakaian yang sempurna, sesuai dengan yang ia cari.

"Lucia, yang mana yang bagus menurutmu? Karena aku laki-laki, jadi aku tidak begitu mengerti selera perempuan," ujar Julian, mengambil dua buah baju sederhana yang mengandung lapisan bahan kevlar dan nilon, di tangan kanannya berwarna hijau tua, sedangkan di tangan kirinya berwarna cokelat muda.

"Apakah kamu memerlukan saran dariku?" tanya Lucia. Julian hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut.

Lucia pun menunjuk baju berwarna hijau tua yang ada di tangan kanan Julian, "kurasa warna hijau lebih baik, seperti alam," ujarnya.

Julian meletakkan kembali baju sederhana berwarna cokelat itu ke etalase awal, dan membawa baju berwarna hijau tersebut di tangannya, sebelum kemudian lanjut kembali mencari bagian bawah atau celana. Lucia hanya diam, mengikuti saja ke mana Julian berjalan. Perempuan berambut perak itu tahu posisinya, maka dari itu ia tidak banyak berkomentar.

"Bolehkah aku bertanya?" cetus Lucia, menemani laki-laki itu sibuk memilih beberapa pakaian. Lantai dua toko sangatlah sepi, hanya ada mereka berdua, karena memang pakaian yang dijual di lantai tersebut bukanlah pakaian modis seperti yang dipajang di lantai dasar toko.

"Tentu saja, mau tanya apa?" sahut Julian, tanpa melirik atau menatap Lucia.

"Ke mana tujuanmu saat ini?" tanya gadis berambut perak itu, tanpa membuka tudung jubah hitam yang ia kenakan.

"Sebenarnya aku berniat untuk singgah di Kerajaan Istvan," jawab Julian, tampak asyik memilih beberapa celana panjang yang digantung di hadapannya, "tetapi setelah tahu kabar tidak enak itu darimu, kurasa kembali ke Naira adalah pilihan yang tepat," lanjutnya.

Sang LokawignaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang