Selesai dari toko tersebut, Julian telah membeli satu set pakaian sederhana perempuan yang kemudian ia simpan di dalam tas ranselnya yang dibawa oleh Lucia. Laki-laki itu kemudian pergi dari toko, dan berencana untuk mencari sesuatu yang enak dan bisa dimakan. Restoran atau kedai, kedua hal yang sedang ia cari. Namun sepanjang jalan pedesaan dirinya belum menemukannya.
Melewati banyak sekali warga desa yang sibuk dengan aktivitas mereka. Lucia terus melangkah, mengikuti ke manapun langkah Julian berjalan. Namun, ketika sampai di sebuah persimpangan. Langkah Lucia terhenti secara mendadak, terkesiap dan ketakutan ketika melihat tiga prajurit berkuda dengan zirah serba hitam yang tidak asing di kedua matanya. Ketiga prajurit berkuda itu berjalan menyusuri jalanan desa di sebelah barat, dan masih cukup jauh dari posisi Lucia saat ini. Mereka manusia, namun memiliki ciri-ciri yang sama persis dengan zirah-zirah yang digunakan oleh Pasukan Pemberontak.
"Ada apa? Mengapa kau berhenti tiba-tiba?" tanya Julian, ikut menghentikan langkahnya, dan mendekatkan dirinya kepada Lucia yang tampak sangat menutupi rambut peraknya yang indah itu dengan tudung jubah hitamnya.
Tidak menjawab atau berkata-kata. Lucia tertunduk takut, dan lirik mata Lucia tidak bisa lepas memandang waspada tiga prajurit berkuda itu. Gerak-gerik ketakutan itu sontak menarik perhatian Julian yang melihat dan menyadarinya. Laki-laki itu kemudian memandang ke arah yang sama.
"Apakah di sini ada yang melihat Putri dari Kerajaan Istvan yang melarikan diri?!"
"Ciri-cirinya berpakaian gaun putih panjang, mungkin sekarang sudah lusuh, memiliki rambut berwarna perak, dan kedua iris mata berwarna biru muda."
"Jika ada yang melihat, katakan pada kami! Jangan ada yang menyembunyikannya, atau akan kami berikan hukuman berat! Serahkan kepada kami jika kalian menyembunyikan atau menemukan putri itu, dan kami akan memberikan harta yang melimpah untuk kalian yang menyerahkannya!"
Julian memandangi ketiga prajurit berkuda dengan zirah serba hitam itu, dan mendengar mereka berseru, mencari seseorang. Ketika mendengar ciri-ciri yang dideskripsikan oleh salah satu dari ketiga prajurit tersebut, perhatian Julian spontan melirik kepada Lucia. Rambut berwarna perak, kedua iris mata berwarna biru muda, gaun putih panjang yang lusuh dan sobek-sobek di balik jubah gelap itu.
Lucia terlihat ketakutan, terdiam, memandang Julian yang juga memandangnya dengan tatapan tajam. Ia menatap ketakutan pengembara laki-laki itu, melangkah mundur satu kali, dan hendak berbalik badan untuk melarikan diri. Namun langkah dari Lucia tertahan, salah satu pergelangan tangannya terasa cukup sakit, digenggam erat oleh Julian yang membuatnya tidak bisa melarikan diri.
"Julian, tolong lepaska--"
"Sstt!!" desis Julian menatap tajam kedua iris mata indah itu, "hei, kalian berdua yang di sana! Kalian tampak seperti pengembara, apakah kalian mengetahui ciri-ciri yang kami sebutkan?!" sela tiba-tiba salah satu dari ketiga prajurit berkuda itu dengan intonasi tinggi, dan perlahan semakin mendekat.
Julian langsung berdiri di depan Lucia, menjadikan tubuhnya yang tentu lebih besar dan tinggi daripada tubuh Lucia sebagai penghalang, "maaf, menurut saya ciri-ciri yang anda sebutkan cukup pasaran, saya melihat banyak di sepanjang perjalanan saya mengarungi berbagai benua dan negeri," ucap Julian.
Lucia hanya diam dengan kepala menunduk, membiarkan tudung dari jubah hitamnya melakukan perannya, menutupi wajah dan rambutnya yang berwarna perak. Tak hanya itu, beruntung jubah tersebut cukup panjang dan lebar hingga menutupi dada dan seluruh tubuhnya ke bawah, membuat gaun putihnya tidak terlalu terlihat mencolok.
Prajurit berkuda itu menatap tajam, sekaligus penuh kecurigaan terhadap Julian, apalagi beberapa kali ia sempat melirik kepada seseorang yang berdiri dan tampak bersembunyi di belakang tubuh pengembara laki-laki itu.
"Siapa yang dibelakang mu?!" tanya tegas prajurit berkuda itu.
"Dia adalah budak ku, apakah ada masalah?" sahut Julian menjawab pertanyaan tegas itu dengan sikap dan intonasi yang sungguh tenang, tidak terlihat adanya kepanikan karena sedang menyembunyikan sesuatu dari hadapan prajurit berzirah hitam dan membawa tombak panjang yang tajam.
Satu prajurit berkuda itu semakin mendekat, hendak meraih tudung yang dikenakan oleh Lucia sembari berkata, "biarkan aku melihatny--"
"Saya adalah tuannya, dan dalam peraturan perbudakan, seorang budak tidak akan pernah bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa seizin tuannya, yaitu saya. Dan saya tidak mengizinkan dia berinteraksi dengan anda, maka dari itu dia hanya berdiri di belakang saya. Apakah seorang prajurit berzirah seperti anda tidak memahami peraturan yang bahkan anak kecil saja bisa memahaminya?!" Julian menyela hal tersebut dengan intonasi datar namun tegas, menatap tajam dan tidak melepaskan kontak matanya dengan prajurit tersebut.
Seperti tahu dan terbatasi oleh sebuah peraturan mutlak, prajurit itu mengurungkan niatnya. Tatapan mata hitam milik prajurit itu terus memandangi wajah Julian, tidak melepaskannya sedikitpun, "akan ku ingat wajahmu, pengembara berambut hitam!" ucapnya dengan intonasi rendah, namun terdengar tegas dan mengancam, sebelum akhirnya ia beranjak pergi menjauhi Julian dan Lucia menggunakan kuda yang ditungganginya.
Setelah satu prajurit itu pergi, menunggangi kudanya di antara kumpulan warga yang berkumpul akibat pengumuman serta kedatangan tiba-tiba tiga prajurit berkuda itu. Julian langsung menarik tangan Lucia, berjalan cepat menjauh dari lokasi tersebut, dan cepat-cepat keluar dari desa.
Meski merasa lega, namun Lucia juga merasa bingung. Ia sempat menduga kalau Julian akan menyerahkan dirinya kepada para prajurit tersebut, namun nyatanya tidak. Laki-laki itu justru terlihat seperti melindunginya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Lucia, membiarkan Julian tetap menarik salah satu tangannya, dan mengikuti ke mana laki-laki itu akan membawa dirinya.
"Menurutmu? Apakah kau mau ikut bersama mereka?!" sahut Julian, tanpa menoleh sedikitpun, terus berlari membawa Lucia menuju hutan. Lucia hanya diam, tidak menjawab pertanyaan tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/353207606-288-k505464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Lokawigna
Fantasy-Fantasy- [⚠️] The story contains adult scenes including violence, murder, harsh words. Seorang putri raja harus mengalami kejadian yang sungguh menyakitkan, yang mengharuskan dirinya untuk bisa menjadi lebih kuat. Melarikan diri dari tanah kelahira...