Kastel Arcana, siang hari yang tampaknya tidak cukup cerah di wilayah tersebut, wilayah yang lebih memiliki kesan mengerikan namun akan terlihat indah jika ombak di pesisir tebing pantai sedikit lebih kecil. Tidak, ombak di wilayah tersebut jarang sekali terlihat tenang dan santai. Setiap waktu, ombak tersebut hampir selalu mengganas, menabrak bebatuan karang dan tebing serta berbagai hal di daratan yang dapat ia jangkau. Lautan di daerah tersebut seolah tidak menyukai daratan, dan hendak menelan semuanya.
Namun meski begitu, di atas sebuah tebing berdiri kastel megah dengan dominasi cat berwarna putih dan emas. Pada hari ini, kastel tersebut tampaknya sedang mengatakan pertemuan antar serikat atau fraksi, yang dihadiri oleh beberapa suruhan raja dari beberapa kerajaan yang terletak cukup dekat dengan Kerajaan Istvan. Mereka tampak duduk di sebuah ruangan yang di dalam ruangan tersebut terdapat meja bunda yang cukup besar.
Calista Luna Amara menjadi orang yang memimpin pertemuan tersebut, serta menjaga agar pertemuan serta berbagai pembicaraan dalam pertemuan tersebut berlangsung lancar. Duduk di kursi yang berbeda, kursi berlapis emas dan perak, perempuan bergaun putih itu mempersilakan siapapun yang duduk di meja yang sama dengannya untuk angkat bicara.
Seorang pria berpakaian mewah layaknya menteri atau tangan kanan raja, berkepala plontos, dan memiliki kumis berwarna cokelat langsung membuka pembicaraan. Pria itu berkata, "tidak perlu dipertanyakan lagi, karena seharusnya setiap orang yang hadir di ruang ini sudah mengetahui apa yang sedang terjadi di Benua Tengah."
"Kegelapan telah mengancam Benua, tidak hanya kerajaan-kerajaan yang berada dekat dengan Tanah Istvan saja. Kita harus berbuat sesuatu, karena aku yakin sekali kegelapan akan terus merambat ke seluruh Benua jika kita hanya diam dan sibuk dengan kepentingan sendiri," ucap seorang wanita cantik berambut pirang panjang dengan gaun layaknya seorang bangsawan, mewah dan identik dengan warna mewah.
Pria berkulit cokelat berambut dalam keadaan terikat ke belakang bernama Armon bertanya, "apa pendapatmu mengenai hal ini?" kepada Luna yang duduk berhadapan dengannya.
Perhatian lima orang terhormat yang hadir di ruangan tersebut lambang tertuju kepada perempuan berambut kelabu itu, menunggu apa jawaban yang akan diberikannya mengenai pertanyaan tersebut.
"Ini adalah bencana besar yang dialami Benua, dan harus diselesaikan secara bersama. Jika tidak, kita akan kalah dari Kegelapan yang telah menguasai Tanah Istvan." Luna berbicara dengan intonasi lembutnya seperti biasa, dan menjawab pertanyaan tersebut, menatap tajam kedua iris mata hitam milik pria yang bertanya dengan iris matanya yang cantik berwarna kuning keemasan.
"Apa yang kau dan kerajaanmu lakukan saat ini, Dante? Apa tindakan yang kau ambil, karena mengingat wilayahmu berada paling dekat dengan Tanah Istvan? Di sebelah Barat kalau tidak salah, ya?" tanya wanita bergaun biru muda, berambut cokelat kemerahan bertanya kepada pria berambut plontos yang duduk di depannya.
Pria bernama Dante itu langsung menjawab, "Kerajaan Thundoria telah mengumumkan darurat nasional, dan memperketat perbatasan. Tidak ada banyak yang bisa kami lakukan, selain menunggu keputusan dari fraksi ini."
"Apakah kau tidak menerima berbagai informasi dari Kerajaan Utara?" cetus pria berkulit kuning langsat berambut hitam bernama Remy.
Dante tampak diam sejenak, sebelum kemudian menjawab, "t-tidak ada, Kerajaan Utara sangat tertutup," dengan sedikit terdengar gugup dalam beberapa katanya.
"Bagaimana denganmu dan kerajaanmu, Nova?" sahut Armon bertanya kepada wanita berambut cokelat kemerahan itu.
"Kerajaan Valerion tidak melakukan banyak hal selain melindungi diri sendiri, mengingat bahaya serta berbagai risiko tingkat tinggi yang kemungkinan besar terjadi." Wanita bernama Nova itu menjawab pertanyaan dari Armon.
"Sama seperti yang Kerajaan Astoria lakukan saat ini, karena memang kekuatan itu terlalu besar untuk kami lawan sendiri," timpal pria bernama Armon.
"Begitupula dengan Kerajaan Sylvaria," tambah Remy kemudian bersandar santai pada kursinya dengan sedikit merapikan baju hitamnya.
Tatapan Nova kemudian menoleh, menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya dan bertanya, "bagaimana dengan Kerajaan Amarin, Alina?"
Wanita bernama Alina itu terlihat tenang dan kemudian menjawab, "Kerajaan Amarin terletak di Tenggara dari Tanah Istvan, dan cukup jauh. Kami telah melayangkan beberapa surat ke kerajaan lain mengenai yang terjadi di Benua Tengah, namun belum mendapatkan balasan."
Orang-orang terhormat dari lima kerajaan tetangga Kerajaan Istvan berkumpul di ruangan tersebut, dan berbicara mengenai apa yang telah terjadi di Benua. Luna kebanyakan diam, dan hanya menyimak pembicaraan mereka yang seolah tidak ada hentinya, terus membicarakan soal Kerajaan Utara dan Pasukan Kegelapan.
Kebanyakan dari orang yang hadir di ruangan tersebut saat ini menaruh rasa curiga serta memusuhi Kerajaan Utara, serta kekuatan gelap yang mereka gunakan. Terlihat di kedua mata emas milik Luna, bahwa orang-orang yang sedang berdiskusi di ruangan itu belum mengetahui betapa mengerikan dan bahayanya kekuatan atau kegelapan yang mereka maksud.
"Apakah penyihir tidak memiliki solusi untuk permasalahan ini?" tanya Armon, menatap ke arah Luna.
Setelah kebanyakan diam selama beberapa menit, Luna akhirnya menggunakan kesempatannya untuk berbicara, menjawab pertanyaan tersebut. Perempuan berambut kelabu itu berkata, "satu kekuatan tidak akan cukup dan bisa melawan kegelapan yang telah merebut Tanah Istvan, itu sangat mustahil."
"Lalu jika seperti itu, apa yang harus dilakukan ...?!" sahut Dante, tampak gelisah dan putus asa, apalagi mengingat kerajaan serta tanah kelahirannya berada sangat dekat dengan bahaya-bahaya tersebut.
Luna tampak diam, tidak memiliki jawaban dari pertanyaan tersebut, karena dirinya sendiri juga tak tahu harus melakukan apa. Kekuatan gelap yang sangat besar dan dahysat, bukan hanya dirinya yang ketakutan ketika merasakan kemunculan kekuatan mengerikan itu di Benua untuk pertama kalinya di malam hari, namun alam pun juga ketakutan dan tampak gelisah di malam itu.
Tidak ada jawaban, dan tidak ada solusi. Kesepakatan serta hasil dari diskusi yang berlangsung siang hari ini adalah memperkuat tali persahabatan antar kerajaan, serta menjauhi dan memberikan jarak sejenak bahaya tersebut. karena untuk saat ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain kedua hal itu.
Luna sendiri juga tampak gundah gulana. Setelah pertemuan itu selesai, dan mereka telah meninggalkan kastel miliknya. Perempuan berambut kelabu itu berdiri di balkon belakang kastel yang memiliki pemandangan langsung ke arah lautan, dan mulai berharap akan ada sebuah keajaiban yang dapat melawan kekuatan jahat serta mengembalikan semuanya seperti semula.
![](https://img.wattpad.com/cover/353207606-288-k505464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Lokawigna
Fantasy-Fantasy- [⚠️] The story contains adult scenes including violence, murder, harsh words. Seorang putri raja harus mengalami kejadian yang sungguh menyakitkan, yang mengharuskan dirinya untuk bisa menjadi lebih kuat. Melarikan diri dari tanah kelahira...