Dia Penyihir! #20

4 4 0
                                        

Waktu terus berjalan, dan perlahan semakin gelap. Lucia berjalan di antara kegelapan malam dan hutan yang sangat asing baginya, masih membawa tas ransel dan mengenakan jubah milik Julian. Langkah gadis berambut perak itu terus menuju ke arah Tenggara seperti apa yang dikatakan oleh Julian padanya sebelum berpisah.

Menyusuri gelapnya hutan, dan udara malam yang terasa lebih dingin daripada sebelumnya, ditambah kelaparan datang menghantui perutnya. Tas ransel milik Julian yang selalu menempel pada punggungnya terasa sedikit berat, seperti menyimpan sesuatu di dalamnya. Namun Lucia tidak mengharapkan itu makanan, bahkan dirinya tidak berani membuka serta melihat dalam tas tersebut, merasa itu bukanlah hak miliknya. Gadis itu terus melanjutkan perjalanan dalam kondisi perut terus menggerutu meminta untuk diisi.

Di tengah perjalanan, dan dari kejauhan di depan, kedua iris mata biru milik Lucia melihat adanya cahaya jingga kemerahan, berukuran keci dan sangat banyak. Penasaran, gadis berambut perak itu berjalan ke arah cahaya-cahaya tersebut.

Ketika didekati, cahaya-cahaya jingga kemerahan itu rupanya berasal dari obor-obor yang terpasang di setiap sudut rumah warga. Terdapat desa di sana, dengan berbagai aktivitas malam hari, masih cukup ramai. Lucia tidak mengerti dan tidak tahu apa nama dari desa tersebut, dan di mana wilayah yang sedang ia injak saat ini.

Tidak terlihat adanya pasukan panji hitam yang identik dengan Kerajaan Utara, ataupun pasukan kegelapan yang identik dengan aura gelapnya. Mereka tidak terlihat berkeliaran di desa tersebut, yang kemudian membuat Lucia memberanikan diri untuk mendatangi desa itu.

Gadis berambut perak itu mengenakan tudung yang ada pada jubah hitam yang ia pakai, menyembunyikan serta menutupi identitasnya yang paling mencolok, yaitu rambutnya yang berwarna perak. Lucia mulai berjalan mendekati desa tersebut, dan dapat dengan mudahnya memasuki desa melalui jalanan utama yang sangat ramai. Tidak terlihat adanya penjaga seperti di desa yang pernah ia sambangi sebelumnya yang selalu berdiri di gerbang desa.

"Hanya kuat tiga cangkir? Dasar pecundang!"

"Bagaimana kalau menyewa j*l*ng untuk kita ajak main? Bukankah itu tawaran yang menarik dariku!?"

"Hahahaha ..!!!"

Terdengar berbagai percakapan tidak penting dari beberapa pub yang buka malam ini, dan dipenuhi oleh banyak sekali pengunjung. Pria dan wanita, mabuk-mabukan, dan menghabiskan hasil jeri payah mereka ketika di siang hari di tempat-tempat itu. Lucia hanya berjalan melalui banyak sekali tempat hiburan malam yang ramai dan laris meski bangunannya hanya terbuat dari kayu dan tempatnya tidaklah bersih.

Terdapat perempatan yang cukup sempit di depan, dan Lucia memilih jalan berbelok ke kanan. Ketika ia berbelok, tidak sengaja tubuhnya menabrak badan kekar seorang pria yang sedang berjalan. Tudung yang ia kenakan hampir saja lepas, beruntung dirinya cepat menarik dan tetap membuatnya menutupi rambutnya.

"Maaf, saya tidak sengaja ...!" ucap Lucia, segera meminta maaf dengan menundukkan pandangannya.

Pria itu tampak menyeringai menatap gadis yang berukuran lebih kecil dan lebih pendek darinya, "apakah kau tersesat, sayang?" cetusnya.

"Sepertinya dia bukanlah orang sini," cetus suara pria lain, yang rupanya berdiri di belakang pria pertama. Mereka tampak berkelompok, berjumlah tiga orang.

Lucia sempat melirik untuk menatap wajah orang-orang itu, dan dapat melihat tatapan yang memiliki niat terselubung atau jahat dari mereka. Dirinya segera melangkah mundur, dan berbalik badan hendak cepat-cepat pergi.

Namun langkahnya terhenti, salah satu pergelangan tangannya dicengkram sangat kuat oleh tangan berotot itu, sulit untuk lepas. "Lepaskan!!!" tegas Lucia, tetapi tidak digubris oleh pria yang menarik tangannya. Ia terus memberontak dan berusaha melepaskan cengkraman kuat tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang LokawignaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang