Astoria tidak keluar kamar sejak Marquess Linbergh mempermalukannya. Hal ini dikarenakan rasa bersalah yang menghantui dirinya― lebih tepat nya rasa bersalah pada kakek nya, bukan karena ia melakukan hubungan haram tersebut bersama Lauren. "Kenapa aku tidak menyesal melakukannya bersama Lauren? Bukankah ini adalah kesalahan dan dosa besar?" Astoria bertanya pada dirinya sendiri.
Kemudian Astoria beranjak dari ranjang nya dan melepaskan gaun nya dihadapan kaca besar. Di lihat lah seluruh tubuhnya yang penuh dengan bercak-bercak merah hasil melakukan dosa. Astoria menatap miris, "Untuk orang sepertiku yang hanya bisa memendam perasaan, cinta hanya bisa memberikan sebuah penderitaan."
Suara ketukan pintu terdengar, Astoria pun segera memakai gaun nya kembali lalu membuka pintu. "Y-your Highness?" Astoria terkejut dengan kedatangan Rosaline, ia pun refleks melakukan gerakan curtsy untuk memberi hormat.
"Aku baru saja menghadiri pertemuan dengan para tentara, kemudian aku berniat untuk menemui mu― apakah boleh kita bicara sebentar?"
"Masuklah, Your Highness." Astoria mempersilahkan Rosaline masuk ke dalam kamar nya.
Rosaline masuk ke dalam kamar lalu pintu tertutup kemudian menatap Astoria yang tampak sangat murung seperti kehilangan gairah untuk hidup. "Kau baik-baik saja?" tanya Rosaline sedikit khawatir.
"Aku berbohong jika mengatakan aku baik-baik saja, Princess."
"Aku tidak berniat untuk ikut campur, namun apakah kau serius menjalin pernikahan dengan pria yang ditawarkan oleh Marquess Linbergh pada saat itu?"
Astoria mengangguk, "Aku yakin Your Highness. Lagipula aku tidak ingin berlarut-larut dalam masalah yang ku buat sendiri, andai aku pergi dan memilih Lord Lauren de Linbergh― apakah aku tetap bahagia? Marquess Linbergh tidak menyukai ku, dan kami tidak sederajat."
Rosaline menggelengkan kepala nya menandakan ia tidak setuju dengan pernyataan Astoria, "Tidak Miss Frantz. Mengapa kita tak sempurna? Karena kita hidup tuk dipasang-pasangkan agar saling melengkapi kekurangannya. Cinta itu tidak untuk menyempurnakan, namun ikhlas untuk menerima kekurangan. Bukan untuk saling melengkapi, namun saling mengisi."
"Tetapi aku tidak seberani dirimu Your Highness."
Rosaline seketika terdiam dan membeku.
"Aku tidak memiliki keberanian sepertimu Your Highness... Melepaskan bukan berarti menyerah, melainkan menerima bahwa ada hal-hal yang tidak mungkin terjadi. Mungkin aku dan dia tidak pernah dimaksudkan untuk satu sama lain, kita hanya dimaksudkan untuk menjadi pelajaran bagi satu sama lain." kedua bola mata Astoria mulai berkaca-kaca.
"Kau mencintainya?"
Astoria tergagap, "T-tidak."
"Kau yakin?" tegas Rosaline sekali lagi.
"Ya, aku tidak mencintainya― belum sejauh itu."
"Terkadang kau tak bisa memilih kepada siapa jatuh cinta, karena itu terjadi begitu saja. Meski mulut berkata tidak, hati tak bisa menolak. Percayalah, jika dia memang cinta sejati mu, mau semenyakitkan apapun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersamamu kelak, suatu saat nanti..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUMENT (END)
Romance[Sequel of "RETROVAILLES"] GIEDENSERA #2 ENOUMENT : perasaan getir yang muncul di masa sekarang. Berharap bisa kembali ke masalalu. Bagai "hitam dan putih" itu lah yang menggambarkan hubungan ini. Perjuangan cinta adalah saat kalian saling menguatka...