Cahaya matahari masuk lewat kaca besar di dalam kamar hotel yang ditempati dua insan yang sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing. Waktu seakan berhenti berputar, bahkan udara di sekitar terasa menipis.
"Sebaiknya kita lupakan saja apa yang terjadi semalam."
Dianna yang duduk di atas kasur berukuran king size itu mengeluarkan suara setelah beberapa menit hening. Tangannya menarik selimut ke atas untuk menutupi dadanya yang tidak memakai sehelai kain.
"Melupakan katamu?" Andrew yang duduk di sofa sudut ruangan sedikit menggeram. Matanya menyipit karena terkena cahaya matahari yang menerobos lewat kaca besar di ruangan tersebut.
Ya, pria yang dia temui di lorong toilet adalah Andrew, calon suami kakaknya serta calon kakak iparnya. Dia begitu terkejut ketika membuka matanya dan melihat tubuhnya dalam kondisi telanjang serta pria yang duduk di sofa sudut kamar hotel Dianna seraya menatap dirinya. Itu benar-benar di luar ekspetasi Dianna. Benar-benar membuatnya terkejut.
Dianna menoleh, tatapan matanya tajam. "Lalu kamu mau apa hah?"
"Aku tidak bisa melupakan kejadian ini begitu saja, heh." Pria itu bangkit dari sofa, berjalan menghampiri Dianna. Penampilannya sudah rapi, berbanding terbalik dengan wanita itu yang masih duduk di kasur. "Daripada melupakan kejadian panas ini, kenapa kita tidak mengulanginya lagi?"
Alis Dianna menukik tajam. Tidak setuju atas ucapan pria yang sudah berdiri gagah di hadapannya. "Kamu gila?!"
"Sepertinya iya." Andrew membungkuk, lalu meraih beberapa helai rambut sang wanita lantas menghirupnya dalam-dalam.
Plakk
Tidak peduli jika selimut yang menutupi tubuh telanjangnya merosot, telapak tangan kanannya tetap mendarat indah di pipi kiri pria itu. Kencang, bahkan pria itu sedikit limbung ke samping. Cap lima jari tercetak jelas berwarna merah di pipi putih pria tersebut.
Dianna berdiri seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tatapan matanya terlihat sangat marah. Sedangkan Andrew yang ikut berdiri tegap memandang wanita di depannya bingung.
"Kena-"
"Persetan. Anggap kejadian semalam tidak pernah kita lakukan."
Lantas tubuh tinggi kurus Dianna yang tertutupi selimut berjalan menuju pintu kamar mandi. Padahal wanita itu yang memulai meskipun dengan keadaan mabuk. Mengapa sekarang dia marah, heh? Menyesal? Sepertinya sudah terlambat.
"Bukankah kamu yang memulainya terlebih dahulu? Aku hanya menerima. Sudah ku katakan kamu akan menyesal bukan? Tetapi kamu menjawab kamu tidak akan menyesal bercinta denganku," ucap Andrew menyeringai.
Dianna memutar badannya menghadap Andrew. Menatapnya tajam lantas menjawab, "Itu karena aku mabuk, bodoh."
"Berarti kamu mengakui bahwa aku memang tampan meskipun kamu dalam keadaan mabuk. Biasanya orang yang sedang mabuk tidak berbohong." Andrew melipat tangannya di depan dada, menatap jahil ke arah Dianna yang wajahnya semakin merah karena marah.
"Persetan!!"
Tubuh Dianna menghilang dari balik pintu kamar mandi. Melihat reaksi Dianna membuat otak Andrew bekerja sangat cepat menyusun sebuah ide. Lantas pria itu duduk di atas kasur dengan tawa yang pecah di kamar tersebut.
Seringai muncul di bibirnya usai ia berhenti tertawa, kilat matanya menatap tertarik pada pintu kamar mandi yang tertutup.
"Menarik."
***
"Andrew?" Pamella menghampiri putranya, menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kamu kemana saja semalam?"
![](https://img.wattpad.com/cover/363434815-288-k460994.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh dalam Pelukan Kakak Ipar
Romance⚠️JANGAN LUPA FOLLOW GES⚠️ *** Dianna sering melakukan One Night Stand sebagai hiburan ketika dirinya lelah bekerja, entah dengan pria lajang ataupun sudah beristri. Tetapi, tidak dengan Andrew. Tidak pernah terpikirkan oleh benaknya. Pria itu adala...