Tepat pukul tujuh malam lebih sepuluh menit Rose keluar kamar menggunakan maxi dress bercorak bunga berwarna putih gading yang senada dengan warna heels yang ia kenakan. Rambut model hug cut-nya dia biarkan tergerai indah. Rose terlihat cantik meski penampilannya terlihat sederhana. Dianna mengakui jika kakaknya selalu lebih unggul dalam hal apapun dari Dianna. Dia mengakui kakaknya teramat cantik melebihi Dianna. Rose terlihat seperti peri, bidadari, atau apapun perumpamaan lainnya.
"Kenapa kamu tidak menjadi model saja, kak?" Dianna menegur sang kakak yang baru saja menutup pintu kamarnya.
Dianna juga terlihat cantik menggunakan dress selutut tanpa lengan berwarna biru muda. Felco haircut-nya dia gulung ke atas sehingga menampilkan leher jenjangnya. Terdapat aksesoris berupa jepit bunga yang menghiasi rambutnya.
"Aku tidak tertarik." Rose mengendikkan bahu acuh. "Ayok kita turun."
Sang adik mengangguk, dia menggandeng lengan sang kakak lantas menuruni anak tangga sambil mengobrol. Setibanya di ruang tamu, tamu yang keluarganya nantikan sudah duduk tenang di sana seraya mengobrol mengenai bisnis untuk para pria dan fashion untuk para wanita. Mendengar ketukan heels mereka serempak menoleh ke asal suara. Rose menunduk, gugup karena semua pasang mata menatap dirinya. Untungnya Dianna yang menyadari kegugupan sang kakak berusaha menenangkannya lewat sentuhan tangan yang menggandeng lengan Rose.
"Oh yaampun. Lihat! Betapa cantiknya calon menantuku," seru seorang wanita baya refleks berdiri dengan antusias. Dia melangkah mengambil alih lengan Rose lalu membawanya duduk di samping wanita baya itu. Sedangkan Dianna duduk di sofa single berhadapan dengan pria yang memiliki bola mata hitam legam.
"Hahaha, anda juga terlihat begitu cantik, Nyonya Smith."
Smith? Alis Dianna mengkerut. Seakan tidak asing dengan nama tersebut. Untuk memastikan yang ada di kepalanya dia mendongak menatap pria di depannya, lantas beralih pada sepasang suami istri yang duduk di samping kanan kiri Rose. Bola mata Dianna membulat setelah menyadari siapa calon kakaknya itu.
Andrew William Smith. Dan kedua orang tuanya Edgar Smith dan Pamella Smith. Keluarganya pemilik perusahaan yang bergerak di bisnis properti dan real estate terkenal di negaranya, menjadikan keluarga Smith sebagai salah satu keluarga terkaya.
Dianna tidak menyangka calon suami kakanya berasal dari kalangan konglomerat, dibandingkan dengan keluarganya ya jauh sekali. Papanya hanya pengusaha biasa yang usahanya belum begitu besar.
Tetapi, mengingat nama Andrew dia juga teringat dengan berita yang berseliweran di media tentang Andrew adalah seorang player, playboy, fuckboy dan segala sebutan buruk lainnya. Dianna merasa pria itu tidak cocok bersanding dengan kakaknya yang nyaris 1000% sempurna.
"Nah, bagaimana kalau kita membahas pertunangan, Mr. dan Mrs. Watson?"
Pertanyaan dari Edgar Smith membuyarkan lamunan Dianna, semua mata tertuju pada Mr. Smith.
"Hahaha, baiklah. Mari kita tentukan tanggal pertunangan putra putri kita," jawab Mr. Watson, alias James Watson. James menatap Rose dan Andrew bergantian, tersenyum hangat melihat putri sulungnya yang tampak gugup. "Tidak perlu gugup, love."
Ditegur begitu bukannya tenang, Rose justru semakin gugup hingga seluruh wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Semua orang tertawa menyaksikannya kecuali Andrew. Pria itu lebih banyak diam, mengamati sekitar. Khusnya mengamati wanita yang duduk di depannya.
"Bagaimana kalau minggu depan?" ceplos Mrs. Watson, Lily Watson.
"Itu terlalu cepat mama," sahut Rose cepat.
"Bagaimana kalau dua minggu lagi?" Giliran Pamella memberi usul. Namun, usulan Pamella di angguki ketiga orang dewasa lainnya.
"Ya, lebih cepat lebih baik." Edgar mengangguk. Matanya melihat ke arah sang putra yang belum berkomentar. "Bagaimana menurutmu, nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh dalam Pelukan Kakak Ipar
Romantizm⚠️JANGAN LUPA FOLLOW GES⚠️ *** Dianna sering melakukan One Night Stand sebagai hiburan ketika dirinya lelah bekerja, entah dengan pria lajang ataupun sudah beristri. Tetapi, tidak dengan Andrew. Tidak pernah terpikirkan oleh benaknya. Pria itu adala...