Bab 07

2.8K 25 0
                                    

Cahaya terang matahari mengintip masuk lewat celah tirai yang belum dibuka, bersamaan dengan itu suara alarm menggema di seluruh penjuru kamar. Sang pemilik menggeliat pelan merasa terganggu dengan bunyi alarm. Tangannya meraba nakas mencari ponsel yang semalam dia letakan di atas sana dengan mata yang masih terpejam. Namun, setelah beberapa menit berkutat tangannya tidak kunjung mendapatkan apa yang dia cari, dengan kesal dia beranjak duduk. Selimut tebal berwarna soft pink yang menutupi tubuhnya merosot, seketika udara dingin menusuk kulitnya.

Sontak matanya membulat terkejut. Karena dia... telanjang!!!

"HEHH!!!!!" Dianna melotot terkejut. Duduk bersandar pada kepala ranjang, ekspresinya terlihat sangat syok sehingga mengabaikan suara alarm yang terus berbunyi setiap lima menit sekali. "Ba-bagaimana bisa?"

Dianna memaksa otaknya bekerja mencari memori beberapa jam kebelakang, mencari tahu apa yang terjadi padanya.

Dimulai dari dia yang menerima tamu yang ternyata Andrew, lalu meminum wine, setelah itu dia... diperkosa?

Kepala Dianna menggeleng kencang membuat dadanya yang tidak tertutupi apapun ikut bergoyang. Mana mungkin diperkosa tetapi Dianna menikmati itu semua.

Kakinya tertekuk sampai lututnya menyentuh dada, kedua tangannya melingkari kakinya lantas dahi Dianna menyentuh lutut. Pikirannya kacau, dia kesal sekaligus kecewa pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kakaknya dan melanggar prinsip tidak akan bermain dengan kekasih atau suami kakaknya, siapapun itu. Tetapi semalam dia telah melanggarnya. Dia dengan mudahnya terbuai sentuhan Andrew layaknya seorang jalang yang haus akan sentuhan pria. Tetapi tidak dapat dipungkiri sentuhan sensual pria itu memang membuat dirinya melayang, ciumannya yang kasar menuntut namun tidak menyakitinya membuat dia kehilangan akal, apalagi ketika pria itu memasukkan-

Dianna menggeleng kencang, terlalu kencang sampai membuat lehernya sakit. Kedua tangannya memegangi kepalanya lantas menekannya kuat, seakan dengan melakukannya dapat menghilangkan memori kejadian semalam.

"Apa yang kamu pikirkan, Dianna!!!" Dia mendesih kesal. Lantas berdiri dengan tubuh telanjang menghampiri ponselnya yang ternyata ada di meja rias, mematikan alarm yang terus berbunyi.

Dia membanting ponselnya ke atas meja rias-tidak kencang- dengan jengkel. Lalu tatapannya beralih pada bercak keunguan yang hampir memenuhi leher serta dadanya.

"What the hell!!!"

Bertepatan dengan itu, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari nomor asing masuk ke ponselnya.

082134526281
Pagi tetangga. Bagaimana tidurnya? Apa nyenyak? Atau pegal-pegal?

Matanya melotot membaca pesan tersebut. Dia sudah menebak siapa yang mengirimnya pesan ini. Kakinya melangkah ke ranjang seraya memanggil pengirim pesan tersebut. Bersamaan dengan Dianna yang duduk bersandar pada ranjangnya, panggilan tersebut terjawab.

"Brengsek!! Apa yang kamu lakukan?"

"Melakukan apa?" tanya Andrew dengan nada jahil.

"Kamu memperkosaku!!" sewot Dianna seraya menyelimuti tubuh polosnya.

"Tidak ada korban perkosa ingin menambah ronde, Dianna."

Kalimat yang diucapkan Andrew membuat dirinya linglung. Dia? Meminta tambah? Tidak mungkin, karena biasanya cukup satu ronde saja dan dia akan meninggalkan teman kencannya, tidak peduli pria itu puas atau tidak.

"Apakah senikmat itu sampai kamu lupa?" Andrew terkekeh di seberang sana. Terdengar suara sendok yang beradu dengan gelas, mungkin pria itu sedang membuat kopi atau teh? "Berarti kamu melupakan bahwa kamu bergerak secara brutal dan liar?"

Jatuh dalam Pelukan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang