Bab 06

2.6K 22 0
                                    

Sttt, di akhir bab ada sedikit adegan 21+
Jadi, pliss yang masih dibawah umur skip aja.

Happy reading guys🫶

***

Langit malam terlihat sepi. Tidak ada bintang ataupun bulan yang menghiasi langit. Hanya ada segumpalan awan hitam disekelilingnya. Angin berembus kencang membuat pepohonan bergoyang. Tidak lama kemudian awan hitam mengeluarkan tetesan air ke bumi, yang awalnya hanya rintik kecil menjadi besar.

Untungnya ketika hujan deras mengguyur kota, Dianna sudah sampai di gedung apartemennya. Kini dia sedang melangkah di lorong menuju unitnya. Lorong tersebut sepi, penghuninya antara sudah merebahkan diri di kasur atau belum pulang kerja. Yang pasti Dianna ingin segera sampai lalu merebahkan tubuhnya.

Setelah berhari-hari sibuk mengurus persiapan fashion week yang akan diselenggarakan tiga hari lagi, sekarang Dianna memiliki waktu luang. Rencananya setelah beristirahat minimal satu jam, dia akan pergi ke kelab malam. Dia membutuhkan hiburan.

Suara ketukan heels terdengar begitu jelas di lorong yang sepi ini. Maka jika ada suara lain akan terdengar juga. Dianna menoleh ke belakang begitu mendengar suara langkah sepatu seperti sedang terburu-buru.

Brukk.

"Argh... sakit."

Dianna terjatuh ke lantai karena tidak sempat menghindar dari seseorang yang membawa tumpukan dus hingga menutupi wajahnya yang membuat dia tidak bisa melihat bahwa ada Dianna di depan.

"Maaf, aku tidak sengaja." Setelah meletakan dus yang entas isinya apa, seseorang itu mengulurkan tangannya pada Dianna.

Dianna mendongak, hendak menggapai lengan berotot yang hendak membantunya. Namun urung begitu melihat dengan jelas siapa orang tersebut.

"Andrew?" tanya Dianna terkejut. Tidak menyangka akan bertemu dengan pria ini. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Pria itu menyeringai, lantas menarik paksa lengan Dianna agar wanita itu berdiri. "Karena sekarang aku tinggal disini, aku baru pindah apartemen beberapa jam yang lalu." Tangannya menunjuk tumpukan dus disampingnya. "Aku sedang mengangkut barang-barangku. Dan sialnya hujan sudah turun terlebih dahulu."

Dianna menatap dus dan Andrew bergantian. Kenapa bisa?

"Dari banyaknya gedung apartemen mewah, bahkan lebih mewah dari gedung ini. Kenapa kamu harus memilih disini?!" tanya Dianna sewot. Tidak suka jika harus satu lantai plus satu gedung apartemen dengan Andrew.

"Mungkin takdir masih ingin mempertemukan kita."

Jawaban Andrew membuat Dianna semakin kesal. Refleks dia melepaskan heelsnya dan melemparkan ke arah pria di depannya. Namun naas, heels itu tidak mengenai sang target karena Andrew menunduk hendak mengangkut kembali dus-dus miliknya, sehingga heels itu meluncur ke belakang Andrew.

Andrew menoleh ke belakang lantas berdecak kecewa. "Sayang sekali tidak mengenaiku. Lemparan yang buruk," ucap Andrew dengan nada jahil.

Dianna semakin kesal karena merasa diejek. Tangannya terkepal kuat, napasnya menderu kencang. Andrew menyaksikan itu tertawa, lantas melenggang meninggalkan Dianna.

"Baiklah, sampai jumpa, tetangga."

Setelah mengambil heels yang dia lempar, dia melihat Andrew membuka pintu unit apartemennya. Tunggu dulu, bukankah sebelum unit apartemen pria itu adalah unit apartemen... Dianna?

"HEHHH?"

Jadi, mereka bersebelahan? Tetangga? Bukan hanya satu lantai dan satu gedung, tetapi berdempetan? Bersisian? Dianna melotot menyadari hal tersebut.

Jatuh dalam Pelukan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang