Suara musik DJ mengalun keras di seluruh ruangan dengan cahaya remang tersebut. Orang-orang meliukkan tubuhnya di atas dance floor mengikuti irama musik yang sedang dimainkan oleh DJ perempuan, ada juga beberapa manusia berciuman tanpa malu di tempat umum, entah dengan lawan jenis atau sesama jenis. Serta bau rokok yang membuat ruangan tersebut semakin terasa sesak. Hal tersebut sudah biasa ditemui jika masuk ke tempat seperti ini.
Heaven Night Club.
Tempat yang Dianna masuki sekarang. Matanya menatap sekitar dengan memicing, berusaha mencari seseorang yang dikenalnya. Beberapa menit setelahnya dia berhasil menemukan seorang wanita berpakaian tidak kalah seksi dari dirinya sedang dikelilingi beberapa pria berbadan kekar dan bertato. Kaki Dianna melangkah melewati orang dengan berbagai aktifitasnya. Sesekali dia harus mendumel karena seseorang entah sengaja atau tidak sengaja menyenggol bokong atau payudaranya.
Dianna memutuskan singgah ke tempat langganannya untuk menjernihkan pikirannya, setelah libur beberapa minggu. Usai wawancara tadi siang, dia langsung pulang ke apartemennya dan istirahat sejenak, lalu pukul delapan malam dia menghubungi temannya—yang saat ini sedang digerayangi pria berbadan kekar—dan segera berangkat sebelum malam.
Dia tahu betul, siapa pemilik kelab berlantai tiga ini. Dan dia juga sadar bahwa pria itu kemungkinan besar akan berada di Heaven Night Club. Tetapi dia tidak peduli jika bertemu, toh sebelum-sebelumnya Dianna sering singgah.
"Hai, Marlyn," sapa Dianna mengghentikan aktifitas ciuman Marlyn dan seorang pria bertindik. Beberapa pria kekar yang menggerayangi Marlyn juga berhenti dari kegiatan menyenangkannya, memilih pergi setelah Marlyn melambaikan tangan.
"Hai, Diannaku," balas Marlyn tersenyum lebar. Dia berdiri lantas memeluk Dianna seraya mengecup pipi dan kanan kirinya. "Seperti sudah lama sekali kamu tidak kesini."
"Ya, aku sibuk."
Mereka berdua akhirnya duduk di kursi bar lalu Marlyn melambaikan tangan memanggil bartender.
"Aku mau bir dan wine."
Usai Marlyn menyebutkan pesanannya, bartender bername-tag Jefri itu mengangguk lantas menyiapkan pesanan Marlyn.
"Ya ya ya, aku tahu kesibukanmu, nona."
Mereka berdua tertawa bersama sebelum seorang pria dewasa menghampiri mereka.
"Hai, Marlyn. Hai juga Dianna, long time no see."
"Michael?" sahut Dianna seakan tidak percaya begitu pria yang disebut Michael duduk di samping Dianna.
"Ya, ini aku." Michael melambaikan tangan pada bartender lantas menyebutkan pesanannya. "Aku baru melihatmu lagi."
Dianna menghela napas, telinganya berdengung karena musik yang kencang. "Aku sibuk. Sebentar lagi Yelena Fashion and Beauty akan mengadakan fashion week," balas Dianna setengah berteriak.
"Oh, begitu."
Pesanan mereka datang, mereka menghentikan sejenak percakapan dan fokus menyesap minuman masing-masing.
"Aku merindukanmu, Dianna." Michael berkata setelah menyimpan gelas sloki miliknya. "Sudah lama sekali kita tidak melakukan-nya."
Marlyn tertawa kencang, namun suaranya tetap tenggelam dalam lautan musik yang menggema. "Terakhir yang aku ingat, kamu melakukannya dengan Aksara, bukan? Sekitar satu bulan yang lalu."
Dianna mengangguk, lalu menggeleng. Bukan, bukan dengan Aksara. Tetapi dengan Andrew kemarin malam, ketika dia hendak kemari namun pria itu menghalanginya.
"Kenapa menggeleng? Bukan Aksara ya? Aku lupa," ujar Marlyn yang melihat Dianna menggeleng.
"Tidak. Maksudku, akupun lupa siapa." Dianna meralat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh dalam Pelukan Kakak Ipar
Romance⚠️JANGAN LUPA FOLLOW GES⚠️ *** Dianna sering melakukan One Night Stand sebagai hiburan ketika dirinya lelah bekerja, entah dengan pria lajang ataupun sudah beristri. Tetapi, tidak dengan Andrew. Tidak pernah terpikirkan oleh benaknya. Pria itu adala...