Five

4 3 0
                                    

Halo, lama tak sapa. Sebelum baca chapter satu ini aku mau kasih kalian warning berupa awas malah kalian yang salah tingkah!

Happy Reading
***

Selang seminggu setelah undangan pernikahan diberikan, Sri kini datang di acara itu. Acara di mana sahabatnya akan berstatus sebagai istri dari lelaki yang sangat dicintai dan mencintai sahabatnya yang satu itu.

Ada rasa haru saat Sri menghadirinya. Namun, ada juga rasa iri. Sri tidak iri dengan lelaki yang menjadi pujaan hati sahabatnya, hanya saja Sri juga ingin merasakan ada di jenjang pernikahan bersama lelaki yang dicintainya. Hubungannya dan Addan masih sebatas hubungan tanpa status. Tetapi setidaknya Sri bisa dibuat lega dengan penjelasan dari Addan kemarin.

Memikirkan Addan membuat Sri juga turut mengingat perkataan Addan kemarin. "Gue yakin lo pasti cantik banget waktu pakai gaun pernikahan." Perkataan yang terlintas itu membuat rona merah muncul pada kedua pipi Sri.

Sri memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak bertatapan dengan orang-orang karena dia sudah menyadari pipinya yang memerah. Namun, saat menoleh, Sri justru dihadapkan dengan seorang pria yang telah lama mengisi hatinya. Jika sudah begini, lantas bagaimana bisa Sri menghilangkan rona merah itu?

Addan yang baru saja tiba di acara pernikahan Edwin dan Ila duduk tepat di sebelah Sri. Addan menyadari bahwa Sri ada di sebelahnya, tetapi dia enggan menoleh demi menjaga kontak mata. Sri yang tidak tahan dengan dirinya yang terus blushing memutuskan untuk tetap fokus saja pada pernikahan itu.

Pernikahan digelar, acara ijab qabul mulai terlaksana, dan Sri adalah salah satu saksi yang ada di sana.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ila Rosita binti Nalwan Arkana dengan  maskawin logam mulia 250 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Perkataan lantang dan tegas itu keluar dari mulut Edwin.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!" Ramai yang mengucapakan kata itu, termasuk Sri yang ikut serta memberikan kata sah itu.

Detik ini juga kata sah itu terucap. Detik ini juga dua insan yang memang sudah saling mencintai itu terikat dalam hubungan pernikahan. Detik ini juga tangis penuh bahagia keluar.

Seiringan dengan kata sah yang terucap, ada kebahagiaan yang menyelimuti. Baik keluarga maupun para sahabat tak henti-hentinya menyemburkan sorakan penuh kegembiraan.

Dari jarak cukup dekat, Sri melihat Edwin dan Ila saling bertatapan penuh mesra, seolah memancarkan bahwa hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk mereka.

"Yang baru nikah memang beda, seolah dunia milik berua aja. Para tamu di sini cuman nyamuk!"

Danas. Suara teriakan itu berasal dari Danas. Salah satu tamu acara sekaligus teman mereka.

"Berisik lo! Ganggu orang lagi kasmaran aja. Biarin aja napa, sih!" Bukan Edwin yang menjawab, tapi orang yang berada di sebelah Danas, Anam.

Danas kicep.

Edwin dan Ila yang tadinya sedang bertatapan kini jadi merasa canggung sendiri dan menciptakan keheningan di antara mereka.

Sri yang melihat keheningan itu memutuskan berjalan ke arah mereka. "Ila."

Panggilan itu berhasil memecahkan keheningan.

Merasa terpanggil, Ila langsung menoleh pada sumber suara. Dilihatnya ternayata Sri sudah berdiri tepat di sampingnya dengan mata yang tidak berbeda dari Ila. Sembab dan sayu sehabis menangis karena bahagia.

For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang