Joana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya.
Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Attention plisss: DESIRE PLAYLIST FINALLY UP!!! Check sekarang juga!!! Next aku bakalan nambahin lagu, but ini udah cukup bgt buat gambarin vibes Si Kaigan sialann hahaha
———
Desember 2014 Los Angeles
Beatrice mengizinkanku pulang lebih awal. Tahu bahwa aku tidak setahan dirinya dalam pesta riuh semacam ini. Anehnya Kaigan mengikuti. Mulanya aku berpikir ia hendak keluar dari ruangan tersebut. Namun aku ragu bahwa itu tujuannya, karena sekarang ia bahkan mengikuti keluar dari kediamannya sendiri.
Sengaja aku mempercepat langkah. Sibuk mengetik pesan pada Jean untuk menjemputku. Sialnya aku terlalu ceroboh. Kakiku tahu-tahu terjatuh. Ponselku terlempar beberapa meter dan masih menyala. Demi Tuhan, ini memalukan.
Kaigan berdiri dan menghalangi cahaya di depanku. Dengan cahaya minim wajahnya tampak seperti pahatan kasar yang mengerikan dengan senyum ganjil.
"Terima kasih." Aku enggan menyambut uluran tangannya.
"Kau seperti dikejar-kejar hantu."
Kau hantunya!
"Pesta padahal belum selesai."
"Besok aku harus bangun awal."
"Alasan macam apa itu, Asian? Katakan saja jika kau menghindariku."
"Aku hanya ingin pulang."
Kaigan memungut ponselku sebelum aku meraihnya.
"Kau pikir aku akan mengizinkan wanita cantik sepertimu lolos begitu saja dari kediamanku?"
"Bukankah kau bilang aku menjijikkan?" Mengejeknya seperti ini adalah cara terbaik untuk melawannya. Meski begitu sejujurnya aku takut. Di halaman ini hanya ada kami berdua. Kaigan dapat melakukan apapun yang dia inginkan dan aku terlalu lemah untuk menang.
"Mengapa kau banyak bicara sekali? Apa kau pikir, karena kau cantik, aku tidak akan memukulmu, Richard?"
"Berikan ponselku."
Kaigan menyipit pada ponselku yang menyala. "Oh, kau meminta Mendez sialan itu menjemputmu."
"Itu bukan urusanmu sama sekali."
"Kasihan sekali. Sepertinya dia harus menunggu lama. Aku rasa dia bahkan tidak peduli."
"Apa maksudmu—KAIGAN!" Aku meneriakinya yang menarik tanganku menuju garasi. Dibukanya pintu mobil, lalu didorongnya aku masuk. Aku mengguncang pintu, tetapi Kaigan terlanjur berada di sisiku.
"Apa yang kau lakukan?" Aku membentaknya. Sebuah keberanian yang didesak oleh kengerian.
"Kau benar-benar cantik, Richard." Kaigan meletakkanku di pahanya, kemudian menyentak tubuhku kepadanya selagi tangannya meraba pahaku. Aku mencium aroma alkohol bercampur nikotin dan parfum maskulin. Aromanya unik dan merangsang tubuhku.