[Ini semua kesalahan, aku tidak bisa berbohong]
"Kau tahu aku tidak bisa lepas darimu?"
Kalimat tersebut membuat seorang pemilik marga Park itu terdiam. Entah apa yang ia rasakan sekarang, namun kalimat itu terdengar begitu menyenangkan di pendengarannya.
Jimin merasakan kemenangan hanya karena pernyataan Rosè yang baru saja diucapkan gadis itu.
Rosè berdecak sebal. Sebab, ia begitu menyesal karena telah mengatakan hal tersebut. Mengapa begitu mudah terucap? Seharusnya ia tidak boleh goyah hanya karena hatinya tak bisa berpaling dari seorang Park Jimin.
Jungkook, harusnya ia sudah cukup memiliki seorang Jeon Jungkook. Ia tidak boleh tamak untuk menginginkan keduanya.
Rosèanne, ini tidak benar!
"Kenapa kau tidak bisa lepas dariku?" Tanya Jimin disertai dengan senyuman tipis.
"Aku sudah bilang berkali-kali padamu. Kau, cukup membuatku banyak berubah untuk menjalani hidup. Pertama kali kita bertemu, kau tahu kan aku sehancur apa?"
"Kau hampir bunuh diri."
"Benar. Namun, sampai detik ini aku masih hidup. Itu semua karena kau menyelamatkanku. Kau memberitahuku bahwa dunia ini memang begitu kejam. Tapi, kau menyuruhku untuk melawan sekeras apapun dunia mempermainkanku."
"Kau mengingatnya dengan sangat baik."
"Mana bisa aku lupa? Semua kalimat yang kau ucapkan ketika aku sedang tidak baik-baik saja, itu sangat mempengaruhiku. Entah, padahal jika aku pikir ulang, kalimatmu sudah banyak digunakan sebagai quotes di media sosial."
Jimin tertawa kecil, mengusap hidungnya yang tak gatal, dan salah tingkah. "Kau selalu melakukan yang terbaik hingga hari ini, Rosè."
"Aku merasa, kau selalu memiliki tempat tersendiri. Kau sangat berpengaruh, Jim. Itu sebabnya aku tidak pernah bisa lepas darimu."
"Apakah aku menyakitimu?"
"Maksudmu?"
"Aku tahu, kau pasti berpikir kenapa aku pulang pergi seenaknya, membuatmu bingung dengan sifatku. Apakah aku pernah membuatmu sakit hati?"
"Aku tidak pernah merasakan hal seperti itu, jika menyangkut dirimu."
"Kenapa kau begitu baik?"
Rosè hanya bisa tersenyum menanggapinya. Tanpa sadar, hujan yang begitu deras pun mereda. Jimin dengan segera menawarkan tumpangan dan mengantarkan Rosè pulang.
Hanya beberapa menit, mereka sampai di kost an milik Rosè. Tak mau membiarkan Rosè menyusuri lorong sempit dan sepi itu sendirian, Jimin pun menemaninya.
Tak peduli dengan mobilnya yang terparkir jauh dari jangkauannya, Jimin hanya ingin Rosè selamat sampai rumahnya.
"Seharusnya kau tak perlu mengantarku sampai kesini." Ucap Rosè kala ia sudah sampai di depan pintu kostnya. Ia pun mengembalikan jaket Jimin yang sedari tadi ia pakai, "terima kasih."