[Persaingan ilegal]
Gadis berusia 25 tahun itu sedang membuang sampah dengan memisahkan sampah kering dan basah. Rambut yang ia kuncir kuda dengan kaos oblong berwarna merah jambu dipadukan dengan celana pendek sepaha, membuat kulit putihnya semakin bersinar.
Rosè beberapa kali menyapa kepada penghuni-penghuni yang satu gedung dengannya. Setelah sekian lama ia menyibukkan diri, atau lebih tepatnya memang sedang sibuk, akhirny ia mempunyai waktu luang.
"Pagi Eonni!" Sapanya kepada seseorang.
"Hai, Rosè. Lama tidak melihatmu." Sapanya kembali.
"Benar, aku sesibuk itu ternyata. Kau sendiri bagaimana? Apa yang sedang kau lakukan? Seulgi Eonni?"
Kang Seulgi, seorang pebisnis dengan memiliki beberapa cabang toko pakaian yang tersebar luas di Korea. Pakaian yang terkenal dengan bahan yang premium, berkualitas, mempunyai berbagai macam model yang unik dan tentunya berciri khas.
Membayangkannya saja kalian akan tahu dia setajir apa. Namun, kenapa memilih tempat tinggal dengan ukuran kecil dan di tempat yang terpencil?
Kalian pernah berpikir? Menjadi orang yang penampilannya biasa saja, hidupnya sederhana, namun saldo ratusan juta? Iya, itu Kang Seulgi.
"Aku akan launching produk baru. Kau bisa datang dan melihatnya nanti, akan aku beri gratis."
"Kau menjadikanku sponsor?"
"Namun aku tak membayarmu."
"Hei! Aku mampu membeli produkmu dengan gajiku 2 bulan di kantor," mereka tertawa bersama, "aku akan datang untuk merayakan saja. Kalau untuk membeli, tunggu aku menjadi bos sepertimu ya?!"
"Kau ini!" Seulgi menepuk pelan pundak kiri Rosè, "tidak bekerja?" Tanya nya kemudian.
"Aku mengambil libur, sedikit tidak enak badan."
"Namun kau terlihat baik," Seulgi memperhatikan wajah Rosè dengan menepuk pipi dan kening Rosè perlahan.
"Kurasa kau tahu," Seulgi tertawa kecil mendengarnya, ia tahu izin itu hanya sekedar bualan. Rosè hanya ingin berada di rumah hari ini. Entah, hanya sedikit malas.
"Kalau begitu, aku ke dalam dulu. Kau bisa ke kamarku ku untuk makan ramyeon. Aku tunggu."
"Ya Eonni, sampai jumpa."
Rosè melepas sarung tangannya, tersenyum kecil karena pekerjaan sepele pada pagi hari ini sudah selesai.
Ia pun ingin segera kembali ke kostnya karena ingin membuat sebuah hidangan untuk sarapan paginya. Tentunya dengan menyiapkan beberapa bahan masakan karena sang kekasih akan singgah setelah pulang kerja.
"Hai Nak, bukankah durhaka jika kau tak menghidupiku?"
Suara itu, membuat Rosè memberhentikan langkahnya. Ia berdiri mematung, membelakangi seseorang yang sangat ia kenali suaranya.