"Ngapain," celetuk Nay.
.
.
."Lo tuannya, masa Iyah mau di undang."
"Kenapa?" tanya Sasa lembut.
"Lewat aja, yaudah mampir," balas Iqbaal.
"Aduh, bucin bet," tukas Zalfa.
"Lo juga sama Abi," jawab Iqbaal.
"Lo yang paling overdosis sih Zal," tambah Nay.
Zalfa bercak kesal. "Ih."
"Aku bantu buat sebar undangan?"
"Undangan apa tuchh," goda Nay.
"Undangan nikah berkedok undangan ulang tahun," lanjut Zalfa.
Keduanya tertawa, tapi Sasa hanya tersenyum.
"Aduh aduh, ga sabar nih," ucap Bella.
"Doain!"
Perkataan Iqbaal barusan berhasil membaik Sasa sedikit salting. Bagaimana bisa dia memikirkan hal itu.
"Nih," Sasa memberikan sebagian undangan itu, agar Iqbaal segera pergi. Dua sufah tak tahan, rasanya mau tertawa tapi Iqbaal tidak boleh melihanya.
***
17:00
Semua sudah berdatangan melihat pesta yang sangat meriah. Sasa sedang dres peach kini berdiri di pojokan berbincang dengan beberapa temannya. Dia sungguh terlihat cantik dan anggun.
Teman-teman lainnya juga memakai baju dengan dresscode peace, meraka menyesuaikan apa yang Sasa kenakan malam ini.
Sedangkan para laki-laki meching dengan warna kemeja putih dan celana hitam serta sepatu, sungguh terlihat sangat tampan.
Disana sungguh banyak hidangan. Dan juga ada kue besar yang terpampang jelas di atas meja. Kue nya terlihat mewah dan sangat enak.
Kini waktunya untuk make a wish, semua bernyanyi lagu selamat ulang tahun, sedangkan Sasa terlihat menutup matanya meminta sesuatu. Detik berikutnya Sasa membuka matanya dan meniup lilin yang menyala di atas kue.
"Hufttt."
Semua bertepuk tangan dan memberikan selamat pada gadis itu. Semua terlihat bahagia malam ini.
"Tahun depan mau dresscode apa lagi," ucap Nay.
"Hitam," celetuk Sasa.
"Serem amat mau pake hitam," balas Zalfa.
"Kek mafia," balas Sasa.
Semua tertawa gembira.
***
"Makasih yah baal," ucap Sasa.
Iqbaal tersenyum. "Iyah."
"Aku akan selalu ingat hari ini."
"Happy birthday yah."
"Makasih."
"Kamu mau kado apa?"
Sasa bergumam melihat deretan kadonya di meja. "Ga usah, udah banyak. Cukup kamu jadi milikku aja sih," ucap Sasa tersenyum.
"Bisa aja."
"Belajar dari kamu."
"Oh gitu yah."
"Iyah."
"Tapi serius mau apa?"
"Ga usah Iqbaal!"
"Tapi aku mau."
"Terserah deh!"
"Ok, nyusul besok yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [HIATUS]
Fiksi RemajaKarena rasa ego dan gengsi mengakui perasaan, membuat mereka hanya bisa saling mengagumi dalam diam. Namun apakah mereka berakhir bersama atau tidak itu di tentukan oleh ego mereka dan rasa gengsi yang menyelimuti diri mereka.