DELAPAN BELAS

169 19 6
                                    

🌬️🌬️🌬️

Siang hari yang terik, memecah awan menembus setiap bumi.

Terlihat ada dua pria paruh baya tengah berbincang serius. Di sebuah kantor yang nyaman.

"Kerja bagus Rio akhirnya kamu bisa mengusir hantu tersebut dari sana, kata pekerja pembangunan tanggul itu, mereka jadi lebih nyaman karena tidak ada gangguan dari makhluk tersebut."

Rio yang tengah menyesap kopi sempat berpikir sebentar, lalu meletakan cangkir itu kembali.

"Saya juga bingung Pak kades, awalnya hantu itu mau diusir dengan cara bagaimanapun tidak akan pergi, tetapi sekarang malah pergi sendiri tanpa sebab. Jadi, ada kemungkinan cepat atau lambat dia akan kembali ke tanggul itu lagi, Pak."

Terlihat raut tidak puas datang dari Pak Surya mendengar penuturan itu. Pak Surya yang tengah bersandar di sofa empuk, jari tangannya bermain mengetuk pegangan sofa.

"Cari cara agar hantu itu tidak ke sana lagi, kesian para pekerja kalau hari sudah sore ingin cepat-cepat selesai."

Pak Rio mengangguk, dia dukun yang dipercaya kepala desa di sini untuk mengusir hantu pengganggu tersebut, awalnya hantu itu tidak ada di sana. Namun, karena kejadian nahas yang menimpa desa sebelah dia menjadi penunggu tetap di sana.

"Proyek ini harus tetap berjalan, agar warga mau memilih saya lagi hingga 3 periode." Pak Surya berbicara dengan seutas senyum kecil.

Pak Rio hanya patuh pada orang yang menggunakan jasanya, padahal dia juga marah sama kepala desa tersebut. Pak kades seakan menebalkan kuping pada waktu lalu, sekarang jika masa jabatannya segera habis dia akan mencari pencitraan pada warga sekitar, semoga saja warga Daksa tidak memilihnya kembali untuk membangun desa yang jauh lebih bagus dan kepemimpinan bertanggung jawab.

Jangan sampai kejadian 5 tahun lalu hanya sebagai kenangan menyakitkan untuk desa sebelah, bukan sebagai pelajaran untuk seluruh desa di sini. Agar keamanan seluruh desa tetap terjaga, tidak mengakibatkan banyak korban seperti di masa lalu.

Walau dia bukan korban, tetapi dia bisa melihat waktu lalu berapa keluarga korban yang terluka akibat kejadian tersebut. Sudah banyak yang menderita, tetapi pemerintah seolah-olah tutup mata, terutama Pak Surya dia seharusnya menanggung keluhan warga hingga tidak terjadi kejadian tersebut. Akan tetapi, yang para warga dapat hanya kepedihan yang mendalam tanpa rasa menyesal dari Pak kades tersebut. Kita para warga setempat hanya rakyat kecil yang suaranya pun tidak akan terdengar. Kasus itu walau sudah menyebar, tetapi penanganannya baru dikerjakan sekarang untuk kepentingan dirinya sendiri. Sungguh ironi.

Pak Rio jadi mengingat sesuatu tentang hantu aneh yang dia lihat malam itu di dekat Izam. Apa dia akan mencari tahu terlebih dahulu, karena hantu itu bentuknya aneh dan memiliki aura yang tidak biasa. Tidak baik juga dia selalu berada di samping manusia, bisa-bisa energi negatifnya terserap seseorang yang bersama dari hari ke hari.

Dia harus mencari waktu yang tepat untuk menanyakan hal tersebut sama Izam.

"Tenang saja Rio, kalau soal uang saya memiliki banyak uang, sekarang waktunya kamu hanya membereskan hantu tersebut," kata Pak Surya kembali.

"Saya akan usahakan, Pak."

Bukan karena perintah Pak kades dan uangnya, tetapi karena demi kenyamanan warga desa di sini, agar mereka hidup nyaman dan tidak terus ketakutan.

-

Hari berlalu Pak Rio terkadang melihat Izam tengah berbicara dengan hantu tersebut, bahkan Izam membawa hantu tersebut di sepedanya. Orang yang tidak melihat pasti akan mengira Izam sendirian, tetapi tidak dengan dia yang bisa melihat hantu putih itu terus berada di sekitar Izam. Apa dia akan berbicara dengan Pak Adit bahwa anaknya sedang diganggu makhluk halus.

Hantu Naci Piuu! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang