🦜🦜🦜
Burung berkicau tengah bernyanyi ria di luar kamar Izam. Ditemani panas matahari menyengat seisi bumi.
Izam baru terbangun jam 10 pagi akibat meronda, dia baru pulang subuh. Izam merenung sebentar di kasurnya mengumpulkan nyawa sebelum beranjak dari kasur. Hari minggu yang cerah Izam hanya menghabiskan bercengkerama dengan orang tuanya tidak ada kegiatan spesifik lain. Aslinya dia ingin berjalan-jalan cuma rasa malas secara tiba-tiba menyerbu menjadikan dia hanya di rumah saja.
Izam hanya menonton TV sendirian di ruang tamu. Penghuni TV tersebut juga tidak ada di sana, biasanya makhluk itu akan terus mengganggunya. Namun, sekarang tidak terlihat sama sekali, harusnya dia senangkan? Tidak diganggu kembali, tetapi serasa ada yang kurang dia bosan ponsel-nya juga tidak berfungsi.
"Apa aku ke danau saja, ya? Malas sekali mengganti kartu harus ke pasar terlebih dahulu."
Izam lantas pergi keluar rumah izin kepada ibunya yang sedang merumpi dengan tetangga.
Setelah sampai di danau perasaan buruknya masih ada, tetapi tergantikan oleh keindahan danau yang membentang di depannya.
"Cantik."
Izam memilih duduk di batu besar waktu itu. Dia mengeluarkan ponsel-nya mengarahkan ke atas udara mencari sinyal. Melihat balok di layar ponsel menjadi penuh dan suara dentingan notifikasi tidak henti membanjiri.
Izam sempat menggeleng melihat notifikasi tersebut.
"Ternyata notif undangan pernikahan teman-temanku, toh."
Agar miris teman perkuliahannya dan teman kerja berbondong-bondong menikah dalam waktu dekat. Sedangkan dia masih diam di tempat, tidak pergi atau bergeser sekalipun dalam keadaan. Izam kembali men-scroll sosmed-nya.
"Bosan," ucapnya mematikan layar ponsel tersebut. Memilih menatap danau di depan.
"Hantu itu ke mana, ya?" Izam memeluk lututnya dengan raut bosan.
Mendadak ada suara gaduh di belakangnya. Izam menoleh cepat di sana ada Adik sahabatnya.
"Mas Izam!" pekik Sinta senang lantas berlari kecil mendekat.
Izam hanya menaikan alisnya, kenapa dia sesenang itu melihatnya.
"Mas Izam ngapain di sini? Pasti lagi nyari sinyal, ya? Kata Bang Egi kartu Mas Izam ga bisa dipakai di rumah bisanya hanya di danau, betulkan?" pertanyaan tanpa jeda dari Sinta.
"Iya," jawabnya singkat.
"Ah, tempat ini banyak yang berubah, ya, Mas? Kata Bang Egi Mas Izam udah jarang pulang dari 3 tahun lalu, pasti menurut Mas Izam banyak yang berubahkan dari desa ini, dari penduduknya, tempat, dan suasananya, 'kan?"
Izam menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, kenapa Adik sahabatnya berisik sekali. Memang Izam pernah melihat Sinta waktu kecil, tetapi jarang sekali karena yang Izam tahu Sinta kecil tinggal di rumah neneknya di desa sebelah.
"Ya, banyak sekali yang berubah,"
"Sinta boleh duduk di batu itu juga gak, Mas? Masih legakan untuk tubuh Sinta yang kecil ini," ucapnya sambil tersenyum malu.
Izam sempat melihat batu di sampingnya lantas mengangguk mengizinkan Sinta duduk.
Sinta yang sudah di samping Izam menjadi canggung, karena Izam diam saja.
"Mas Izam, Sinta boleh tanya tidak?"
Tanpa menoleh Izam menjawab, "Silakan."
Senyum indah terlukis di wajah Sinta. "Di mana tempat yang paling Mas suka di desa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Naci Piuu! [END]
HororKecil, putih, terbang melesat? Apa lagi kalau bukan Naci (nasi kecil) seorang hantu yang tinggal di pohon pete bersama keluarganya. Ini kisah tentang Izam Hanifan Arslan. Pemuda yang baru saja di PHK dan balik ke kampung halaman. Niat hati ingin mem...