Semua Wanita Sama

281 10 3
                                    


"Sekarang aku ingin meminta pembayaran hutangmu dengan bantuanmu, tolong turuti semua ucapan seseorang yang ada didalam sana. Bisakah??"

Humaira hanya bisa melotot menatap ke arah pria tampan di depannya. Matanya bahkan hampir saja melompat ke keluar mendengar permintaan Arkan.

Humaira tak menyetujui permintaan Arkan yang seolah memerintah dirinya, tapi ia sudah  berhutang kepadanya. Hingga dengan terpaksa Humaira hanya bisa menuruti perintah pria yang duduk di kursi roda itu.

"Dorong aku sampai masuk ke dalam rumah itu. Kau akan tahu segalanya setelah masuk kedalam sana," perintah Arkan yang hanya bisa dituruti oleh gadis itu.

Humaira hanya bisa menghela nafas panjang, agar ia dapat sabar menghadapi pria didepannya.

"Kau mau menjadikan ku sebagai pembantu dirumah ini? Atau kau mau menjual diriku dirumah ini?"

"Aku bisa membayar hutangku padamu, tapi jangan pernah mencoba menjual diriku. Aku punya harga diri ya!!"

Humaira berbicara tanpa jeda pada pria yang saat ini telah didorong olehnya, dirinya hanya menerka apa yang ada di pikiran pria didepannya ini yang sudah ia dorong menuju ke pintu utama.

"Kau memang pantas jadi pembantu dirumah ini," balas Arkan sambil menertawakan gadis yang mendorong dirinya.

"Hah.. jadi beneran aku bakal kamu jadikan pembantu di rumah mewah ini. Kira-kira pembantu dirumah ini ada berapa ya?"

Humaira masih saja bicara tak karuan, pikirannya hanya mengarah ke sana. Menjadikan seorang Humaira hanya untuk pelayan dirumah tersebut.

"Apa kamu bisa diam? Dasar cerewet." Tukas Arkan yang membuat gadis itu seketika diam tapi bibirnya masih ngedumel tak karuan.

Sampai mereka tiba di depan pintu utama, tampak semua pelayan rumah itu berkumpul dan berjajar rapi untuk menyambut kedatangan tuannya.

Seorang kepala pelayan nampak memberikan salam kepada seseorang yang didorong Humaira. 

"Tuan, nyonya sudah menunggu anda." Ucap kepala pelayan itu lalu membimbing arah jalan yang menuju ke ruang utama.

Para pelayan yang berjajar itu tertunduk saat langkah demi langkah Humaira melewati mereka. 

Tapi saat melihat Humaira, para pelayan itu mulai berubah. Jelas terlihat di wajah mereka itu menampakkan ketidaksukaannya pada Humaira.

Seolah ada perasaan iri pada Humaira yang gadis biasa, bisa mendorong kursi roda Arkan. Karena hanya orang-orang tertentu yang telah ditunjuk Arkan untuk bisa melayani dirinya.

Untung saja Humaira tak mempermasalahkan ketidak sukaan para pelayan-pelayan itu, ia bahkan tak menanggapinya sama sekali.

Jelas terlihat dimatanya yang hanya mengekspos ke seluruh penjuru rumah itu dengan begitu detail.

"Wah..."

"Bagus sekali rumahnya, kayak istana yang di tipi-tipi itu." Ucap Humaira berdecak kagum. 

Kekagumannya pada bangunan rumah itu serta barang-barang antik yang berharga di dalamnya.

Tangannya meraba ke dinding rumah itu yang mengkilap seperti kaca.

"Arkan lihat, aku bisa berkaca disini.." Humaira mulai berpose didepan dinding itu. 

"Aira.." teriak Arkan yang mulai emosi melihat tingkah gadis itu, yang tampak kampungan.

Para pelayan yang masih memperhatikan Humaira nampak menertawakan dirinya, seolah mengejek gadis itu. 

Sifatnya yang polos, cupu dan kampungan tentunya membuat para pelayan yang tidak menyukainya mulai merudung dirinya.

Mereka tampak berbisik-bisik dibelakang Humaira yang masih sibuk mengagumi tempat tersebut.

Terjebak Cinta Duda Lumpuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang