Keduanya tampak terdiam, menatap jalanan yang mulai senggang. Kejadian tadi siang membuat keduanya sama-sama canggung.
Arkan yang begitu cepat menyelesaikan pekerjaannya, lalu segera menjemput Maira.
Suatu rasa yang aneh telah membuat diri Arkan menjadi seseorang yang berbeda. Tidak biasanya ia ingin cepat-cepat pulang seperti saat ini.
Apalagi hanya untuk sekedar menjemput seorang gadis. Rasanya itu tidak pernah ada di dalam pikiran Arkan sama sekali.
Karena semua itu juga yang membuat Andre terheran-heran melihat sikap Arkan kali ini.
Andre pernah melihat bosnya seperti ini, namun itu dulu.
Dulu.. dan sangat lama, kala itu dia melakukan hal yang sama seperti ini hanya pada satu wanita.
Jasmine, wanita itulah yang telah mendapatkan hak special dari Arkan.
Namun sayang, wanita itu justru menyakiti hatinya hingga kini. Sampai membuat pria itu tak mau lagi mengenal wanita lain.
Trauma di sakiti, di khianati dan sampai membuat dirinya menjadi pria yang cacat serta dihina orang. Semua itu masih terasa menyakitkan dan membekas di jauh lubuk hatinya.
Andre juga turut merasakan pahit getirnya kehidupan Arkan kala itu, sebab ia juga orang yang menjadi saksi bisu pengkhianatan Jasmine pada Arkan.
Sekian tahun, akhirnya ada seseorang yang mau menerima pria lumpuh itu. Tak hanya menerima kondisinya, tapi gadis itu juga bisa meluluhkan hati Arkan yang sudah tertutup.
Semoga saja, kali ini Arkan bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Serta Arkan bisa merasakan lagi benih-benih cinta mulai tumbuh dan menggetarkan hatinya?
Maira bukanlah gadis yang istimewa, dikatakan dia cantik? Tidak. Dia bahkan tidak pernah merawat dirinya sendiri. Dia pribadi orang yang cuek dengan penampilannya.
Bagaimana ia akan merawat tubuhnya? Bisa makan saja itu sudah cukup baginya, kali ini kebahagiaannya cenderung mengarah ke adik-adiknya.
Tampangnya yang terlihat kucel, hitam dan dekil. Itu pendapat orang-orang, apalagi untuk kalangan seperti Arkan.
Mereka hanya bisa menghina Humaira yang berpenampilan seperti itu. Namun berbeda saat ia sudah menutupi segala kekurangannya dengan berbagai alat make up.
Maka orang-orang yang sempat menghinanya akan terhipnotis, dan terbuai dengan kecantikan dirinya.
Andre tak habis pikir dengan jalan pemikiran bosnya kali ini, yang memiliki pandangan lain tentang Humaira.
Arkan seolah tersihir akan wajah Maira yang tampil apa adanya. Tanpa terpoles make up sedikit pun.
“Kau tak memiliki kelebihan apapun, Maira. Tapi mengapa..?” batin Arkan melamunkan gadis itu, sambil menatap ke jalanan menuju restoran Maira.
Setibanya di depan restoran itu, disana sudah terlihat seorang gadis duduk manis di pinggir trotoar, di area parkir.
Ia tampak asik memainkan ponselnya disana. Sepasang mata menatap dirinya tanpa berkedip. Apapun yang ia lakukan tak luput dari perhatian seseorang di balik kaca mobil itu.
Arkan menatap sejenak gadis itu, melihat dengan jelas apa yang dilakukan gadisnya kala itu. Bibirnya pun tanpa sadar mengucapkan sesuatu, “manis.”
Andre yang duduk di depan tercengang mendengar bosnya yang bergumam.
“Manis? Darimana manisnya? Aduh bos!! Cinta memang buta kali ya?” batin Andre yang geleng-geleng kepala melihat bosnya dari spion mobil.
“Bos, kita kesana? Atau..” belum sempat Andre melanjutkan perkataannya, Arkan segera menyahutnya.
“Kita kesana, kasihan dia pasti sudah menunggu lama.” Balasnya, lalu menatap lagi ke arah Humaira yang kini senyum-senyum sendiri melihat benda pipih di tangannya.
Melihat gadis itu tersenyum manis, ia pun mengurungkan niatnya. Ia ingin melihat lebih lama lagi wajah polos nan cantik di depannya.
“Tunggu Andre,” cegah Arkan.
Andre yang mulai mengemudikan mobilnya kembali berhenti. Ia bingung dengan tingkah bosnya.
Dear Arkan,
Aku tunggu di parkiran.
Arkan mendapatkan notifikasi pesan di ponselnya, dari Humaira.
“Andre kita jemput dirinya, dia sudah kirim pesan padaku.”
“Lha tadi kan saya udah jalan bos, tapi si bos minta berhenti.” Omel Andre yang mulai kesal.
Tapi si bos ini tampak tersenyum menanggapi omelan Andre yang kesal padanya.
Saat mobil mulai mendekat ke arah Maira, “masuklah!!”
“Andre bukakan pintu untuknya!” Titah Arkan yang segera dituruti asistennya ini.
“Tidak usah pak Andre, saya bisa buka sendiri.” Sahut Maira yang merasa tidak enak pada asisten Arkan.
“Tidak apa-apa nona, sudah tugas saya,” balas Andre lembut.
Setelah masuk ke mobil, kecanggungan antara keduanya mulai ada. Terutama bagi Humaira yang tadi siang membuat ulah.
Arkan mulai mencairkan suasana saat itu, ia mencoba memulai percakapan. “Maaf Mai, aku terlambat.”
Ia mencoba mengalihkan rasa canggungnya. Gadis itu hanya tersenyum menanggapi Arkan.
“Kenapa hanya tersenyum saja? Aku trus ngomong apalagi?” batin Arkan yang bingung mau berkata apa lagi.
“Sudah lama menunggu aku, Mai?”
“Maaf tadi pekerjaanku masih belum selesai, jadi..”
Arkan yang bingung memulai pembicaraannya hanya bisa mengungkapkan rasa bersalahnya.
“Arkan, aku belum lama menunggu dirimu.”
“Dan terima kasih.” Jawab Maira lembut, ia mencoba menutupi rasa malunya.
Kejadian siang tadi masih mengusik pikirannya. Kenapa ia seberani itu pada Arkan, dan pria ini menanggapinya dengan santai saja.
“Mungkin Arkan sudah terbiasa dengan sikapku tadi, dia tampan, pasti banyak para wanita yang bergelayut manja dengannya.”
Bisik hati kecil Maira yang duduk disebelah Arkan sambil memainkan kedua jari telunjuknya.
“Kau berterima kasih padaku?” tanya Arkan yang bingung dengan sikap Maira kali ini. Ia berbeda dengan yang siang tadi.
“Kau sudah membuat diriku tenang.” jawab Maira tenang, ia mencoba untuk tidak terlalu berharap pada pria itu.
“Aku tak melakukan apapun untukmu, Mai.”
“Tidak Arkan, kau tadi sudah menenangkan aku.”
Setelah mengatakan semua keduanya tampak terdiam lama. Tak ada lagi yang membuka percakapan.
Arkan yang bingung dengan sikap Maira yang telah berubah. Padahal siang tadi ia bersikap agresif, sampai Arkan sendiri mengira jika Maira mau menerima dirinya.
Kini seolah terpatahkan dengan sikap Maira yang mendadak cuek lagi padanya.
“Mungkin aku yang terlalu berharap padamu, Mai. Mana mungkin kau mau bersama dengan orang cacat sepertiku.”
Batinnya mulai runtuh, perkiraan yang sempat membuatnya menggebu-gebu hancur seketika.
Lain dengan pemikiran Humaira sendiri, ia mengira Arkan tak akan mau bersamanya. Ia wanita dekil, miskin lagi.
“Hah, aku tidak pantas untukmu Arkan.”
Batin Maira, sambil melirik ke arah Arkan yang sama melirik padanya. Tatapan keduanya pun tak terhindarkan lagi. Namun dengan segera Maira memalingkan wajahnya.
Hingga Arkan pun mengira jika dirinya memang tidak pantas untuk Maira. Karena kecacatan yang dimiliki olehnya.
“Arkan kita kemana?” Maira tersadar, arah yang mereka tuju bukanlah arah jalan ke rumahnya. Lalu kemana?
“Andre, antarkan Maira kembali ke rumah.” perintah Arkan dingin, hatinya mulai hancur dengan sikap Humaira padanya.
“Bukankah kita..”
“Tidak usah, kita kembali saja.”
Arkan sempat menyewa tempat untuk mengajak Humaira, tapi setelah sikap gadis itu berubah ia jadi ragu.
Tempat apa yang disewa Arkan untuk Humaira?
“Arkan kamu kenapa? Apa kau marah denganku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Duda Lumpuh
Random"Maukah kau menikah denganku," ujar Arkanza Putra Atmaja. "Menikah dengan pria lumpuh sepertimu akan menjadikan aib bagiku," ucap seorang perempuan yang berdiri didepannya dengan raut wajah yang marah. Arkanza seorang CEO dengan wajah yang rupawan...