Perasaan yang aneh

249 11 2
                                    

Di sebuah kamar yang luas, tampak seorang gadis mengeringkan rambut laki-laki didepannya dengan diam. Tak ada satu pun kata yang keluar.

Ruangan itu tampak hening, hanya  suara hair dryer yang berbunyi.

Mulut gadis itu hanya terbungkam, celotehan-celotehan yang semula sempat membuat Arkan kesal, kini tak terdengar lagi.

Pandangannya mengarah pada rambut pria didepannya yang masih basah akibat acara mandinya yang terganggu, dan tak sempat mengeringkan rambutnya.

Dengan telaten gadis itu mengeringkan rambut Arkan, ia tak mau banyak bicara lagi. Pikirannya hanya pada sebuah nama yang tampak tak asing telinganya.

'Siapa wanita itu?'

Hatinya bergetar dikala nama itu keluar dari para pelayan rumah tersebut. Perasaan apa ini?

'Tidak Humaira!'

'Pandang statusmu.'

Humaira mencoba menolak perasaannya, ia tak mau terlalu jauh melangkah. Ia seharusnya bersyukur sudah bisa selamat dari cengkraman Pak Darmo. Dan ini..

'Dia yang menyelamatkanmu Humaira..'

Ia mencoba menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Itu salah satu cara untuk mengontrol emosinya.

Lain dengan Arkan yang sejak tadi juga diam ditempatnya. Bibirnya juga terkatup tak mau menjelaskan apapun.

Bibirnya diam tak bergerak namun hatinya mulai bertanya-tanya. Ia begitu ingin tahu apa yang membuat Humaira ini berubah jadi pendiam.

'Apa yang terjadi padanya?'

'Apa yang sudah mengguncang pikirannya saat ini?'

'Apa kejadian tadi yang membuatnya menjadi diam seperti ini?'

Arkan bertanya-tanya didalam hatinya, sambil matanya menatap ke wajah cantik Humaira lewat pantulan kaca cermin yang ada didepannya.

Tak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan. Hingga secara tak sadar, Arkan mulai memperhatikan setiap detail wajah Humaira.   

'Cantik.' 

Satu kata tiba-tiba tercetus di dalam benak hati kecil Arkan yang masih tetap memandangi wajah Humaira.

Lamunannya pun tersadar saat pikirannya mulai dipenuhi kata-kata pujian untuk seorang Humaira. Gadis yang baru saja ia kenal.

'Kenapa aku tiba-tiba memujinya?' Ia menggeleng samar agar tak terlihat oleh Humaira.

Ia mencoba menghapus kalimat pujian yang sempat ia lontarkan barusan didalam benaknya.

Entah mengapa kata itu dapat keluar dengan sendirinya. Walaupun kalimat itu tak keluar dari mulutnya.

Apa yang ada di dalam pikirannya saat ini? apa dia akan  membuka hatinya? 

Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dan yang membuatnya mulai bingung adalah isi di otaknya yang tiba-tiba memikirkan dia.

'Tidak.'

'Ingat Arkan, semua wanita sama.'

'Kau pernah tertipu dengan wanita iblis yang berkedok bidadari.'

'Ingat Arkan.'

Ia mencoba mengingatkan dirinya untuk tidak lagi terjerumus ke lubang yang sama.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, agar ia tak terpesona lagi dengan kecantikan wanita di depannya ini.

'Ah.. sebaiknya aku mengajaknya bicara dan segera mengantarkan ia pulang saja,' batin Arkan.

'Lalu apa yang aku ucapkan, kenapa dia diam saja?' putus Arkan didalam hati.

Terjebak Cinta Duda Lumpuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang