prolog

120 21 7
                                    


Daniel Radcliffe, seorang CEO muda dengan  di atas rata-rata. menjadi CEO di usia muda adalah sebuah daya tarik tersendiri untuk Daniel.

Laki laki kaya nan dewasa yang membuat para wanita terkagum kagum padanya. bahkan dari mereka yang dengan suka rela melemparkan tubuhnya untuk tuan daniel terhormat ini, namun tak ada satupun yang membuat Daniel tertarik.

Menjijikan, itulah satu kata yang Daniel pikirkan saat ada wanita yang dengan terang terangan menggodanya dengan memperlihatkan lekukan tubuhnya.



Jari jari berurat itu dengan lihainya menari nari diatas keyboard komputer. Suara ketikan terdengar cepat.

Di suatu ruangan luas ada seorang laki laki muda sedang duduk di kursi kebesarannya. Laki laki itu duduk di belakang meja dengan sebuah tulisan CEO di atasnya.

Dia adalah Daniel Radcliffe, pria muda kaya raya yang menjadi idaman bagi setiap kaum hawa.

Jarinya mengetik dengan cepat, pupil matanya bergerak kesana kemari meneliti apakah ada kesalahan di dalam ketikannya.

Kacamata yang dengan indahnya bertengger rapi di atas hidung mancungnya, kemeja putihnya ia lengkuk sampai ke siku, memperlihatkan tangan tangan berurat miliknya.

Suara ketikan yang sedari tadi terdengar memenuhi ruangan luas itu berhenti, sang pemilik menyandarkan punggung lebarnya ke sandaran kursi.

Dari raut wajahnya, tampak sekali bahwa pria itu sedang kelelahan. Sudah berjam jam lamanya pria itu duduk menghadap komputer. Mata, tangan dan juga otaknya lelah, dirinya butuh istirahat.

Pria itu memutuskan untuk pergi sejenak meninggalkan pekerjaan yang telah ia selesaikan, tak lupa memberitahu sang sekretaris untuk segera mengurusnya.

Pria itu menyambar kunci mobil yang sedari tadi tergelatak di atas meja yang sedikit berantakan, tak lupa mengambil jas hitam miliknya.

Kaki kaki panjangnya berjalan menuju lift untuk menuju ke lantai bawah, karena tidak mungkin untuk dirinya berjalan dari lantai delapan sampai ke lantai dasar kan?, Cukup melelahkan.

Ting

Suara lift berbunyi, tanda bahwa dirinya telah sampai di lantai tujuannya. Kakinya melangkah tegas, sontak para karyawan yang sedang berada di lantai dasar membungkuk hormat dan memberikan salam pada Sanga atasan.

Dengan wajah dinginnya, pria itu tetap berjalan dan hanya menganggukkan kepalanya kecil untuk menanggapi.

Mobil Ferrari miliknya melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ramai yang diisi oleh berbagai kendaraan yang berlalu lalang.

Setelah beberapa menit melaju menggunakan mobil miliknya, pria itu menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran yang letaknya sekitar 20 menit dari kantornya.

Bukan restoran bintang lima, melainkan hanya restoran bisa.

Kakinya melangkahkan masuk kedalam restoran itu, baru saja memasuki restoran, seorang pelan sudah menyambut kedatangannya dengan hangat, sopan dan ramah.

Daniel memilih duduk di kursi di pinggiran jendela, yang membuatnya dengan mudah melihat ramainya kendaraan.

'jika malah hari, pasti ini akan indah'  batin Daniel.

Tanpa di panggil, seorang gadis muda datang dengan buku kecil di tangannya.
Tak lupa dengan celemek dan juga seragam restoran itu.

"Selamat sore pak, bisa saya catat pesanan anda?" Tanya gadis itu sopan.

Daniel menoleh kearah gadis itu, matanya menatap lekat gadis itu sebentar. Entah ada apa dengannya, mengapa jantungnya berdebar kencang?.

Kulit berwarna sawo matang, mata bulatnya dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya, dan ahh, jangan lupakan lesung pipi yang berada di kedua pipinya.

Daniel terpaku sesaat,

"Maaf pak, bisa saya catat pesanan anda?" Tanya gadis itu sekali lagi, masih dengan nada yang halus nan sopan.

Daniel menggelengkan kepalanya, dirinya baru tersadar dari imajinasinya.

"Ah, maaf. Baiklah, tolong saya pesan spaghetti bolognese satu, sama strawberry juice satu, dan ah jangan satu botol air mineral" ujar daniel menyebutkan pesanannya.

Dengan cekatan, gadis muda itu menuliskan pesanan Daniel.

" Baik pak, mohon tunggu sebentar, pesanan anda akan segera siap" ujar gadis muda itu.

Setelahnya, gadis muda itu berjalan menjauh kearah dapur untuk mengambil pesanan Daniel. Daniel masih terpaku pada gadis itu, dilihatnya gadis itu sampai hilang di balik pintu.

Matanya masih belum teralihkan dari pintu dimana gadis muda itu menghilang.

Tangannya memegangi dadanya yang terasa berdebar kencang. Jujur, baru kali ini seorang tuan Daniel Radcliffe merasakan debaran aneh Seperti ini.

Tidak mungkin dirinya jatuh cinta, kan?, Apalagi ini baru pertama kalinya dirinya bertemu dengan gadis itu. Apakah ini yang di namakan 'love at the first sign'?.

Entahlah, Daniel yang merasakannya saja tidak tau, apalagi saya. Mwehehe

Daniel termenung kembali menatap ke luar jendela. Menikmati suasana sore hari yang ramai.

Restoran itu tergolong tidak terlalu ramai, banyak kursi yang masih kosong, dan itu menambah nuansa tenang dan damai pada sore itu.

Tak lama kemudian, seorang gadis berkulit sawo matang itu tadi kembali bersama nampan yang di atasnya terdapat satu piring spaghetti bolognese, satu strawberry juice dan jangan lupakan satu botol air mineral-nya.

Daniel menolehkan kepalanya menatap kembali wajah menenangkan gadis yang sedang menata makanan pesanannya di meja.

" Makanan anda telah sampai,pak. Selamat menikmati, jika ada kesalahan, jangan sungkan untuk memanggil saya kembali" ujar gadis itu sopan, dengan sedikit membungkukkan badannya.

Daniel tersenyum melihatnya, sopan sekali gadis ini, batin Daniel bersuara.

Daniel menganggukkan kepalanya singkat, dengan senyum tipis yang hangat tercetak di bibir tipisnya.

" Ada sesuatu lagi pak?" Tanya gadis itu pada Daniel.

" Tidak perlu, kamu bisa pergi" ucap Daniel halus.

Gadis muda itu mengangguk paham, kemudian pergi dan kembali kepada pekerjaannya__melayani pelanggan.

Daniel tersenyum melihat kepergian gadis cantik berkulit coklat itu. Dirinya di buat penasaran akan identitas gadis tersebut.

Setelahnya, Daniel mulai menyantap spaghetti bolognese miliknya dengan tenang tanpa ada hambatan.

Makan sorenya berjalan dengan mulus. Pria itu mengambil tissue yang telah di sediakan untuk mengelap sudut sudut bibirnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, makan sorenya selesai, namun dirinya belum ada niatan untuk beranjak pergi dan kembali ke kantornya.

Toh dia bosnya, siapa yang akan memarahi dirinya?.

Pria berjas hitam itu malah sibuk berkutat dengan ponselnya, entah apalah yang sedang di lakukan olehnya.

Tanpa terasa, matahari senja mulai menghilang di ufuk barat, malam pun tiba menyambut kegelapan.

Baru menyadari bahwa malam telah tiba, pria itu juga baru beranjak dari tempat yang sedari tadi di duduki olehnya.

Arloji yang harganya pasti mahal itu telah menunjukkan pukul 06.27, dan itu harus membuatnya segera kembali ke kantor, untuk mengambil sesuatu.

Bisa di pastikan, kantor juga sudah sepi saat ini, mengingat jam pulang memang sudah sedari tadi.

Pria itu beranjak dari tempat duduknya, menyambar kunci mobil yang tadinya tergelatak di atas meja.  Tak lupa juga membayar pesanannya di kasir, dan ahh jangan lupakan beberapa lembar uang berwarna merah yang Sengaja ia letakkan di bawah piring bekas makanannya tadi.







Hai semua, selamat datang di cerita fiksi penggemar pertama aku. Aku harap kalian suka.

See you in the next chapter.

sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang