who?

39 8 0
                                    


Seorang gadis sedang berada di sebuah warung gerobak kecil yang merupakan gerobak bubur ayam.

Dirinya terpaksa harus makan di luar, karena bahan makanan di kost-an nya telah habis.

Bubur ayam yang tinggal setengah itu hanya diaduk aduk oleh sang gadis. Bukan karena tidak selera atau tidak enak, namun di karenakan kejadian yang di alami olehnya pagi tadi.

Drrt...Drrt...Drrt

Suara getaran ponsel menghancurkan lamunannya. Dengan segera, dirinya merogoh ponsel yang berada di kantong celana nya.

Terlihat ada beberapa pesan yang tampaknya belum terbaca, dengan sengaja maupun tidak sengaja.

Membuka aplikasi kirim pesan berwarna hijau itu, Dita mengernyit heran karena ada nomor asing yang mengirimkan beberapa pesan.

From: 085xxxxxxxxx

Hai gadis cantik.
Bagaimana kabarmu?
Menyadari diikuti seseorang?
Tunggu kedatanganku

Begitulah kira kira isi dari beberapa pesan dari nomor yang tak diketahui olehnya itu.

Keringat dingin mulai membasahi keningnya, dirinya semakin tidak nafsu untuk menghabiskan bubur ayam yang menjadi favoritnya itu.

Setelah membayar, dengan segera gadis itu berjalan kembali ke kost-an nya, untuk segera berangkat ke tempat kerjanya. Setidaknya di sana akan banyak orang yang akan membantu dirinya jika memang ada masalah.



Seorang pria lengkap dengan kemeja putih dan jas berwarna hitam miliknya tengah berada di dalam ruangan bernuansa abu putih itu.

Jari jarinya dengan lihainya menari nari dia tas keyboard mengetikkan sesuatu. Pria itu sedang sibuk hari ini, entahlah banyak sekali investor yang ingin menanam saham di perusahaan miliknya itu.

Tak heran, karena perusahaannya memang merupakan salah satu perusahaan terbesar di kota nya.

Sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba tiba ponsel pintar seharga mobil miliknya bergetar, tanda ada panggilan masuk.

Pria itu melirik sebentar, setelahnya meraih ponsel nya kala melihat salah satu bawahannya lah yang tengah menelepon dirinya.

"Katakan" ujar daniel, walau sedang melakukan panggilan telepon, jari jarinya masih saja terus menari nari di atas keyboard komputer.

"Ada orang lain yang mengikuti gadis itu" suara dari seberang sana terdengar.

Jarinya berhenti mengetikkan sesuatu di keyboard, tangannya beralih terkepal kuat.

Salah satu tangannya meraih ponsel seharga mobil itu.

" Jaga dia, jangan sampai gadis itu terluka, kalau tidak, dapat saya pastikan kepala mu akan terpisah dengan tubuh mu" ujar daniel dingin namun tegas.

Sedangkan seseorang yang tengah melakukan panggilan telepon dengan Daniel hanya menelan ludah dengan susah payah.

Sebab dirinya tahu, bahwa atasannya itu tidak pernah main main dengan ucapannya.
Sekali pria itu berkata, maka itulah yang akan di lakukan olehnya.

Tidak ada kata plin-plan di dalam kamus seorang Daniel Radcliffe. Pria itu sudah mengetahui konsep disiplin yang sebenarnya sejak dirinya masih berusia balita sekalipun.

Orang tuanya yang dengan tegas dan disiplin dalam mendidik dan membesarkan dirinya, telah membangkitkan jiwa disiplin dan tegas dalam diri Daniel secara alami.

Kedua tangan pria itu terkepal kuat. Wajahnya memerah menahan amarah yang tiba tiba muncul ke permukaan.

BRAKK

meja mahal itu di gebrak kuat oleh pria itu. Untungnya meja itu adalah meja mahal, jadi tidak mudah untuk di rusak kan.

Mata pria itu menutup, mencoba untuk menahan amarahnya yang siap untuk meledak kapan saja.

Suasana pagi yang seharusnya tenang malah menjadi rumit seperti ini. Entahlah, rasanya pria itu sangat ingin melindungi gadis yang notabenenya baru kenal kemarin sore.

Tangan kanannya meraih ponsel yang tadi telah di letakkan olehnya di atas meja. Mengabaikan tumpukan berkas yang berada di hadapannya, pria itu memilih untuk menelepon seseorang.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu, dalam sekali telepon saja seseorang di seberang sana telah mengangkat telepon dari Daniel.

" Cari orang yang berani mengirimkan mata mata untuk gadis bernama Anindita Anggita, tinggal di kost-an mawar. Cari sampai dapat, bawa ke hadapanku dengan keadaan hidup..."

"... Dan jangan lupakan untuk mencari orang yang mengirim orang itu, jika kau gagal, maka bersiaplah."

Setelah mengatakan rentetan kalimat pada seseorang di seberang sana, tanpa menunggu persetujuan atau respon dari lawan bicaranya, pria itu menutup telponnya sepihak.

Helaan nafas berat terdengar keluar dari bibir tipis Daniel. Punggungnya ia sandarkan dengan kelopak mata yang kembali tertutup.

Entahlah, perasaannya menjadi tidak enak saat ini, padahal dirinya sudah memerintahkan orang untuk mengawasi dan menjaga gadis yang di temuinya di restoran dadi jauh.



Sedangkan di lain tempat, seorang gadis telah sampai di restoran tempatnya bekerja. Setidaknya dirinya merasa sedikit aman di restoran tempatnya bekerja.

Setelah memasuki restoran, dengan cepat dirinya pergi ke toilet untuk berganti pakaian menjadi seragam kerjanya.

"Pagi dit, udah sampe aja Lo" Sapa seorang gadis yang merupakan salah satu karyawan di restoran itu.

Dita menolehkan kepalanya, lalu tersenyum pada gadis itu, " hehe iya nihh ra, lagi rajin rajinnya gue" jawab Dita pada gadis yang di panggil nya 'ra' itu.

Sebenarnya gadis itu bernama lengkap Nadira erysha, gadis cantik berkulit putih bersih dengan rambut yang di cat degan warna coklat muda.

Gadis itu adalah teman satu sekolah Dita yang dulu selalu menemani dan melindungi Dita saat hampir di bully oleh teman satu angkatan mereka.

Mereka pertama bertemu pada saat kegiatan orientasi sekolah, dan mereka berada dalam satu regu.

Itulah yang menyebabkan mereka menjadi sangat dekat seperti saat ini.

" Btw dit, gue tadi liat Lo pas turun dari bus, muka Lo tadi pucet plus kayak orang panik gitu, kalo boleh tau, Lo kenapa?" Tanya Nadira pada Dita.

Dita diam seperti tak ingin untuk menjawab pertanyaan yang Nadira lontarkan. Seakan paham, Nadira menampilkan senyum tipis dan menepuk lembut pundak Dita,

" Ngga apa apa kalo lo ngga mau jawab kok, dit. Gue juga ngga bakal maksa Lo buat jawab pertanyaan gue, tapi pesan gue cuma satu, Lo kalo ada apa apa jangan sungkan sungkan bilang ke gue ya?, Ini gunanya Lo punya gue sebagai sahabat Lo,dit." Ujar nadira panjang lebar.

Seketika wajah muram dita sebelumnya langsung tergantikan oleh senyum manis di bibir tebal merah mudanya.

Seketika dita merasa sangat beruntung karena memiliki sahabat seperti Nadira yang selalu berada di sampingnya.

Tanpa aba aba, dita langsung memeluk tubuh sang sahabat yang sedikit lebih tinggi dari dirinya.
Sungguh dirinya merasa beruntung sekarang.

sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang