8

6.5K 450 25
                                    

Seorang wanita berperawakan tinggi dengan tubuh tegap terlihat sangat serius dan fokus, aura berwibawa terparcar sangat lekat diwajah cantik berpadu tegas itu.

Raigemi, wanita yang sedang dipandangi Lovan sejak tadi, bingung dengan karyawan baru yang memiliki aura seorang bos. Terlihat sangat serius dengan kerjaannya, tidak banyak bicara tapi memiliki pancaran dan raut wajah menundukan dan membuat takluk.

Lovan memilih menghampiri Rai yang tengan mengotak atik lembaran keras menjadi beberapa susunan

“hai, udah dulu kerjanya. Ayo makan siang”

Sontak yang di sapa menengok, wajah seriusnya langsung berubah, menunjukan cengiran yang terlihat khas “eh, iya mbak, nanti saya nyusul. Kebetulan saya bawa bekal ko”

Lovan mengangguk, melirik kotak makan didepan komputer, Tupperware yang nampak lucu berwarna pink dan botol ukuran kecil dengan warna senada. “rajin banget kamu bikin bekal” godanya, agak terkekeh memikirkan cocokologi dengan aura Rai dan kotak makan pinknya

“istri saya yang menyiapkan mbak”

Mendengar itu Lovan membelalakan mata sipitnya, sepertinya pendengarannya masih baik dan tidak akan salah dengar.

“istri?”

“hem, dia sedang hamil. Kalau ga dituruti nanti tantrum” pikiran Rai menerawang, membayangkan Mega tantrum membuat senyumnya mengembang, sampai memperlihatkan jajaran gigi rapihnya.

Lovan duduk dikursi depan meja Rai. Merasa terkejut bukan main, tapi dia masih mengendalikan rasa kagetnya.

“biar aku temani makan diruangan, nanti OB akan mengantar makananku jadi aku tidak akan mengganggu bekalmu”

Rai tertawa, dia tidak takut sama sekali berbagi makanan dengan Lovan, tapi tatapan Lovan yang seolah curiga Rai tidak mau berbagi makan siangnya, itu terlihat lucu.

Obrolan ringan berlangsung Lovan menanyakan kerjaan Rai yang baru dimulai hari ini, mereka mulai makan dengan tenang sampai selesai.

Masih ada waktu 20 menit, Rai menanyakan rooftop, tentu saja Lovan memberi tahunya bahkan mengantar Rai ketempat yang Rai tanyakan.

Sampai di rooftop mereka berdua disambut oleh semilir angin dan hawa panas terik matahari. Berjalan ditepian rooftop dan duduk dibawah payung besar yang dibeton, mereka duduk di meja bulat dan kursi tinggi yang di siapkan.

“ko rooftop nya nyaman banget ya mbak” ujar Rai, ia menyesapkan sebatang rokok dan menyalakan api dari korek gas dengan mengurung korek itu dengan sebelah tangannya.

“kan perokok pada kesini, disini ada jam merokok dua kali sehari. Wantunya sepuluh menit, Jam sembilan pagi sama jam tiga sore, sama jam istirahat kaya gini si sebenernya. Tapi kebanyakan anak kantor pada makan di luar pas istirahat, jadi mereka sekalian merokok diluar”

“hem, gitu. Kalo aku ambil jam rokok bisa mbak?”

“bisa dong, kan itu untuk seluruh karyawan yang merokok, tapi selain di rooftop biasanya ada yang merokok di besmend juga, buat ngehindarin panas matahari kaya gini”

“hehe, mbak kepanasan ya. Kalo mbak mau duluan masuk gapapa ko mbak”

“yaudah deh, kalo gitu aku keruangan ya, bukan aku gamau nemenin kamu disini. Tapi kerjaan aku lagi banyak”

“iya mbak gapapa, tenang aja”

Setelah ditinggalkan Lovan, Rai menatapi beberapa orang yang juga sedang merokok, lalu menatap langit yang sangat cerah.

•••••

Mega menatap langit biru tanpa awan, matahari yang hangat membuat sinar cerah langit begitu memanjakan mata, lukisan sang maha kuasa tentang langit sangat indah.

Geminions (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang