Aku malu bertemu Rahayu, telah ku sampaikan hatiku untuknya. Telah ku janjikan waktuku untuknya. Telah ku berikan harapan untuknya.
Namun, siapalah aku yang berani menentang Ibu. Aku bukan pemuda yang berani menjadi Malin Kundang, aku pun tak sampai hati melihat Ibu bersedih jika aku durhaka.
Malam itu, aku tetap di rumah menjaga Ibu sembari memikirkan Rahayu setiap saat. Aku yakin di sana dia sedang menungguku hingga hari semakin malam.
Aku berjalan gontai hingga tiba di rumah Datuk Amahorseja, kulihat dari jauh Rahayu sedang menyiram tanaman dengan wajah muram. Apakah aku penyebabnya? Aku tidak berani menghampiri Rahayu, tetapi Ibu memintaku untuk mengantarkan ubi.
Langkahku semakin melambat, kuharap Rahayu tidak sadar bahwa aku berjalan mendekatinya. Namun, sialnya aku Rahayu menoleh dan melihatku. Gadis itu segera menaruh wadah airnya dan melangkah meninggalkan tempat.
Aku segera menyusulnya, dengan berani kupegang tangannya.
"Rahayu, adakah kau marah denganku?" Aku bertanya.
"Lepaskan aku, Tuan."
"Maaf, Rahayu."
Rahayu tidak menjawabku, tetapi kutarik dia agar lebih menjauh dari pintu rumahnya. Aku cemas Datuk Amahorseja akan keluar dan melihatku mengganggu putrinya.
"Maafkan aku, Rahayu." Aku kembali menyampaikan maaf kepada Rahayu, tetapi sedihnya aku ketika kulihat Rahayu memalingkan wajah.
"Adakah yang bisa kuberikan kepadamu agar kau berbesar hati untuk memaafkanku, Rahayu?"
"Tak ada, Tuan."
"Lalu bagaimana agar kau bisa memaafkanku, Rahayu?" Masihlah aku terus berusaha membujuk Rahayu.
"Aku kecewa kepadamu, Tuan. Sudahkah kau dengar bahwa sakit hati tidaklah memiliki penyembuh?" Rahayu bertanya, nadanya sedikit kasar kudengar. Namun, aku dapat memahami perasaannya.
"Apakah aku tidak memiliki kesempatan kedua, Rahayu? Apakah kau sudah tidak menyukaiku lagi?"
"Aku masih menyukaimu, Tuan! Maka jangan pernah kau sampaikan bahwa aku tidaklah lagi menyukaimu!"
Aku tersenyum mendengarnya. Sekali dalam hidupku ku merasa bahagia. Rahayu sangatlah cantik, semakin besar hasratku untuk meminangnya. Sudah tiga tahun lamanya ku memandangi Rahayu dari kejauhan, saat dapat kupegang tangannya, ku merasakan halus kulitnya. Adakah pemuda seberuntung aku di bumi ini?
"Adakah keinginanmu untuk menjadi kekasihku, Rahayu?"
Rahayu menatapku lekat-lekat, kulihat dia terkejut mendengar pertanyaanku. Namun, dia kembali menunduk. Kutemukan kesedihan dari geriknya.
"Rahayu takut, Tuan. Takut Tuan mengingkari janji seperti kemarin." Rahayu mengadu, dapat ku pastikan dia sangat sedih mendapati diriku tak menepati janji.
Kuraih kedua tangan Rahayu, kuangkat hingga setinggi perutku dan kubuat dia mau kembali menatap mataku.
"Rahayu, aku ingin kau menjadi kekasihku. Kau sangatlah cantik, tak berani aku membiarkan kau dipinang pemuda lain."
"Aku ingin, Tuan. Tapi akankah engkau menepati janjimu di kemudian hari?"
Aku mengangguk dengan bersemangat.
"Tentu, Rahayu."
Wajah sedih Rahayu mulai pudar, kulihatnya tersenyum manis hingga gigi putihnya tampak jelas. Rahayu kemudian mengangguk malu-malu dan itulah saat pertama kali aku menjalin kasih dengan Rahayu.
Setiap hari kujalani bersama Rahayu, tidaklah ada rasa derita lagi dalam hidupku. Tanpa letih diriku bekerja, berharap esok tabunganku cukup untuk meminangnya.
Lima tahun telah berlalu, kuhabiskan sebagian besar dari waktuku untuk menemui Rahayu. Namun, tetaplah aku bekerja dengan Paman. Kutabung sebagian besar dari sedikitnya upahku dan sisanya kubelikan suatu barang untuk Rahayu.
Sudah banyak dari seluruh tempat di desa kudatangi bersama Rahayu. Telah kulihat banyak dari hal baru di desa bersama gadis itu.
Senyum manis dan kulit cantiknya selalu membuatku semakin jatuh cinta. Semakin jatuh dan akhirnya aku merasa tak akan pernah lagi jatuh cinta sejauh ini kepada yang lain. Hanya Rahayu, Putri Datuk Amahorseja yang mampu membuatku mabok kepayang.
Namun, suatu hari, harapanku luluh lantak ketika kudengar dari Paman bahwa Rahayu akan kawin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERPUTAR DALAM BELENGGU
Historia CortaBerupa kumpulan cerita pendek. Cerita dibuat untuk memenuhi hasrat menulis sang penulis. Adakalanya cerita-cerita dibuat secara spontan, hanya untuk menyalurkan apa saja yang ada di otak sang penulis. Selamat membaca dan semoga dinikmati. Cover by P...