VII. Hujan Kemarin

3 1 0
                                    

Hari itu sangat cerah, masyarakat kota Timur sedang bersiap untuk memandikan anak mereka di sungai sebelum beraktivitas seperti biasa. Seorang gadis cantik mengenakan pakaian kerajaan lewat bersama beberapa pengawalnya. Dia menyapa siapa saja yang melewatinya dengan ramah.

"Paman, hari ini pasar buka?" tanya gadis itu.

"Iya, yang Mulia."

"Paman, jangan bilang ke Raja kalau Alene hari ini beli peralatan gambar, ya?"

"Baiklah, yang Mulia."

Alene tersenyum senang. Bahagia sekali rasanya menginjakkan kaki di pasar untuk membeli barang-barang yang dia sukai. Raja bukannya pelit, hanya saja alat gambar Alene sudah sangat banyak di istana, semuanya juga masih bagus dan masih bisa digunakan. Hanya saja, Alene gampang tergiur jika melihat ada warna baru atau barang baru.

Alene belanja sepuasnya, tak peduli berapa uang yang harus dia keluarkan. Namun, fokusnya terpecah begitu melihat seorang pemuda yang juga sedang melihat-lihat alat gambar. Padahal, di desanya sangat jarang ada yang suka menggambar selain Alene.

"Paman, siapa dia? Aku tak pernah melihatnya?" tanya Alene kepada pengawalnya.

"Beliau Pangeran dari desa seberang, yang Mulia."

Gadis itu mengangguk paham. Dia kemudian melanjutkan langkah dan melihat barang yang dipegang pemuda itu sangat menarik, spontan ia menghampirinya.

"Hei, bolehkah aku memiliki itu?" sahut Alene dengan senyum manisnya.

Pemuda itu menoleh, melirik sebentar kemudian mengembalikan barang yang dia pegang ke penjualnya.

"Silakan."

Dia sangat dingin, senyuman Alene seketika pudar dan sirna.

"Apakah kau Putri dari Raja kerajaan ini?" tanya Pangeran dan Alene mengangguk.

"Perkenalkan, aku Alan Madipati. Aku hendak menemui sang Raja sebab ada hal yang harus kusampaikan dari kerajaan Utara."

"Raja sedang berada di istana. Apakah kau mau kuantar?" Alene bertanya.

"Jika kau berkehendak," jawab Alan.

Mereka pun beranjak menuju istana. Alene beberapa kali melirik Alan, apakah pemuda itu hendak melamarnya seperti beberapa pangeran yang pernah dia tolak? Alene jadi penasaran.

Mereka sampai di istana, Alan menghadap kepada Raja dan Alene menguping pembicaraan mereka. Ternyata Alan datang untuk menyampaikan undangan makan malam sebagai acara sebelum dirinya diangkat menjadi raja. Alan sengaja datang menemui Raja Timur secara langsung untuk memperkenalkan dirinya sebagai Raja Utara yang baru.

Alene cukup kecewa, dia sudah siap menolak lamaran Alan tapi ternyata tidak sesuai dengan dugaannya.

Keluarga Alene pun datang sesuai dengan undangan kerajaan Utara. Mereka menghabiskan waktu semalaman di sana untuk berbincang dan Alan diminta untuk membawa Alene jalan-jalan.

"Apakah kau memiliki binatang buas di sini?" Alene iseng bertanya.

Langkah Alan tidak berhenti, tatapannya pun tak berpaling melihat jalan.

"Tidak. Kami menghindarinya agar masyarakat kota ini tidak merasa terancam."

Alene mengangguk paham. Mereka terus berjalan tanpa bersuara. Alan benar-benar memerlihatkan seluruh seisi istananya kepada Alene.

"Alan?"

Alan menoleh. "Ya?"

"Kenapa kau belum menikah?" Alene sudah sangat penasaran. Alan sangat tampan menurutnya, berwibawa, dan sangat berkarisma tetapi Alan belum mendapat pasangan hingga sekarang.

BERPUTAR DALAM BELENGGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang