3

2.8K 90 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Ryota membereskan alat-alat kebersihan yang awalnya ia gunakan untuk membersihkan ruang kerja Hiro karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore menandakan jika waktu kerjanya sudah usai.

" Maaf tuan, pekerjaan saya sudah selesai, "sopan Ryota sambil sedikit membungkuk karena Hiro tengah fokus pada layar laptopnya.

Hiro melirik arloji yang melingkar di lengan besarnya, akibat pekerjaan yang menumpuk membuat ia lupa dengan waktu.

" Ooh... Oke! Tapi ingat besok kau harus kemari dan kembali membersihkan ruangan ini, aku benci debu dan lantai yang kotor dan jangan lupa siapkan kopi untuk ku! "

Ryota mengangguk pelan. Meski membuat kopi bukan pekerjaannya tapi karena itu permintaan Hiro dengan terpaksa ia menyanggupi." Saya permisi tuan," pamit Ryota lalu bergegas keluar dari ruangan itu.

"Huuft...." Ryota memegangi dadanya karena selama berada di dalam ruangan itu jantungnya memompa begitu cepat hingga ia harus berusaha menekan rasa gugup, takut dan malu setiap kali Hiro memandangi dirinya.

Hampir seharian dirinya di sana Hiro selalu menatapnya meski ia juga sedang bekerja, dan yang lebih membingungkan Hiro melarangnya untuk tidak mengenakan masker penutup hidung seperti semula entah apa tujuannya.

"Dia begitu menakutkan dan aneh! " gumam Ryota lalu berjalan ke pantry karena para karyawan sebagian sudah pulang hanya beberapa yang masih bekerja karena memiliki jam lembur.

Sesampai di pantry Ryota bersiap. Dengan langkah tenang Ryota menyusuri trotoar sambil sesekali tersenyum karena hari ini adalah hari yang cukup menegangkan sekaligus lucu, ia tegang karena harus berhadapan dengan direktur baru perusahaan itu dan yang lucu adalah direktur baru mereka ternyata sedikit aneh yaitu selalu menatapnya dan memintanya jangan menggunakan masker jika sedang di dalam ruangannya.

"Hemm... Jujur aku iri dengannya, dia memiliki kekuasaan dan uang. tapi mau bagaimana lagi ini sudah takdirku,"lirih Ryota sumbang karena ia sudah berusaha bekerja keras sejak belia tapi nasib tidak membawanya ke dalam kesuksesan.

Big boss (End Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang