11

2K 72 1
                                    


Ryota begitu terkejut karena cukup lama ia meninggalkan Hiro dan kini pria itu justru masuk ke rumahnya tanpa permisi.

"Mau apa kau kemari! " pekik Ryota karena Hiro masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu padahal saat itu ia hanya mengenakan pakaian santai dengan bawahan celana dalam.

"Kau baik-baik saja kan Ryota? "khawatir Hiro tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

" Seperti yang kau lihat! Kau mau apa kemari? Lebih baik kau pergilah, ini sudah sore! "

Hiro pura-pura tidak mendengar lalu duduk di sisi tempat tempat tidur kecil milik Ryota karena rumah tersebut begitu sempit, ruangan tanpa sekak, bahkan dapur menyatu dengan kamar mandi yang tidak memiliki pintu itu.

"Apa yang kau lakukan Hiro! " gusar Ryota karena Hiro justru sibuk memperhatikan tempat tinggalnya.

"Kau hanya sendiri? " tanya Hiro tetap tidak peduli dengan pertanyaan Ryota.

"Ooh... Tuhan! Apa kau buta, hah! " omel Ryota, ia sangat lelah dan kini ingin istirahat tapi Hiro justru bergeming dan tidak kunjung pergi.

"Oke... Kau sudah lama tinggal di sini? "

Ryota benar-benar kehilangan kesabaran karena Hiro tidak memperdulikan semua ocehannya. "Aku mohon Hiro, pergilah! " usir Ryota dengan nada cukup nyaring.

Hiro menatapnya santai sambil melepaskan sepatunya. "Tidak, aku akan menginap di sini! "

Mata bulat jernih Ryota melebar. "Tuhan! Jangan bercanda Hiro! "

"Aku tidak bercanda! Aku akan menginap di sini. " tak lupa Hiro memamerkan senyumannya.

Ryota menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena sikap Hiro benar-benar membuat dirinya frustasi.

"Kau gila! Kau lihatlah tempat tidur ku! " tunjuk Ryota ke ranjangnya yang hanya lebar 120 centimeter.

"Tidak masalah, aku bisa tidur sambil memelukmu, bukankah kita sudah melakukannya sepanjang malam dan siang ini. "

Pipi Ryota rasanya terbakar mendengar penuturan Hiro karena semua benar jika mereka tidur berpelukan bahkan ia begitu nyaman tidur di posisi seperti itu.

"Aiiisssh... Terserah! " pasrah Ryota, karena percuma ia mengelak dan memberikan alasan, Hiro pasti memiliki jutaan akal dan trik agar bisa menginap di sana. "Tapi ingat! Jangan paksa aku melakukan hubungan itu lagi! Bokongku saat ini begitu sakit! " ujar Ryota mengingatkan meski ia malu untuk mengakuinya tapi dirinya tidak ingin cedera semakin parah.

"Oke oke, aku berjanji dan aku tahu itu. " Hiro merogoh saku celananya lalu memberikan salep yang sempat ia beli di apotek beberapa saat yang lalu.

"Apa itu? " Ryota menatap heran.

"Ini untuk lukamu, aku membelinya di apotek tidak jauh dari sini. "

Mendengar penjelasan Hiro, Ryota kembali teringat saat ia mengharapkan Hiro kembali karena setelah Hiro pergi dua preman itu mendatanginya.

"Ooh.... " Ryota beroh ria karena ia malu sendiri mengingat jika dirinya begitu mengharapkan Hiro kembali.

"Kemari! " Hiro dengan spontan menarik tangan Ryota hingga ia mendekat.

"Bukan kah kau sudah berjanji! " pekik Ryota ketakutan.

"Hey... Aku hanya ingin mengobati lukamu! Tidak lebih! " ujar Hiro menerangkan, Ryota gelagapan karena ia pikir Hiro kembali ingin memaksanya.

"Menungging! "titah Hiro. Ryota kikuk karena kini permintaan Hiro semakin membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih. " Ayo... Agar lecetmu segera sembuh! "tambah Hiro.

Big boss (End Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang