34. Kasmaran

98 22 0
                                    


***

Setelah menunggu Kavin Mencuci mukanya, Syafa dan Kavin kembali menuju set untuk beradu adegan lagi. Jika keduanya sudah berada di set saatnya bermain peran, keduanya seperti asing hanya ada title lawan main.

Syafa dengan ke profesionalisnya, begitupun dengan Kavin. Mungkin sesekali mereka mendekat satu sama lain hanya untuk membicarakan peran yang akan mereka perankan, selebihnya hanya ada bincangan kecil.

Kavin terlihat sedang mengamati Syafa yang tengah take itu, nanti akan ada giliran Kavin masuk di set.

"Cantik yaa" Celetuk seseorang, membuat Kavin menoleh pada sumber suara itu. Ada Panji rekan kerjanya sekaligus seseorang yang menyukai Pricilia( peran Syafa dalam series) nya.

"Siapa? Syafa?" Tanya Kavin pada Panji, Panji terkekeh tentu saja!! Siapa lagi kalau bukan Syafa.

"Iya lah, siapa lagi yang ada di set?" Kata Panji.

"Ada Dania juga tuh" Kavin menunjuk Dania yang sudah memasuki frame, tengah beradu peran dengan Syafa.

"Ya kan baru masuk, lo gak ada niatan buat deket sama Syafa kan?" Tanya Panji pada Kavin, Panji tau rumor yang beredar itu. Siapa si yang tidak mengetahui rumor diantara Syafa dan Kavin, sempat tranding dulu beberapa hari.

"Kenapa gitu? Lo mau maju?" Tanya balik Kavin, berusaha untuk tetap santai.

"Ya kalau lo gak ada hubungan apapun, dan lo gak maju ya gue majulah."

Kavin mendengus pelan, "kalau lo bisa silahkan aja?" Tantang Kavin. " Syafa tuh susah dideketin bro, jangan harap deh dianggap lebih dari teman" Kata Kavin, Iya memang Syafa tuh terlihat bisa didapatkan, tetapi tidak semudah itu kawan. Pertahanan gadis itu bukan main, dia memang terlihat lebih mudah bergaul dengan siapapun. Tetapi untuk hubungan rasanya terlalu sulit untuk Syafa.

***

Setelah menyelesaikan takenya sore ini, semua pemain sedang bercanda gurau satu sama lain, sembari mengakrabkan semuanya.

Syafa yang juga ikut bergabung disana, dengan Kavin yang selalu berada disebelah nya. Tak ada skinship, tak ada obrolan diantar keduanya. Hanya memperhatikan sesekali menimpali lawan main nya itu.

"Oh iya lupa, gue duluan yaa. Abis ini ada jadwal lagi soalnya" Dania menyela candaan, syuting hari ini sudah berakhir untuk dirinya.

"Mau diantar gak? Lagi senggang nih gue" Ajak Panji menawarkan  Dania untuk pulang.

"Gak deh, lo ada take lagi kan nanti?" Tanya Dania.

Panji hanya menganggukkan kepalanya, "gue bareng Syafa sama Kavin baliknya full hari ini" Ucapnya.

"Yaudah gue balik duluan, sampe jumpa besok lagi yaa" Kata Dania mengakhiri candaan nya.

Syafa dan Kavin hanya tersenyum, menganggukkan kepalanya.

"Nanti balik sama siapa Fa?" Tanya Panji pada Syafa.

Baru saja Syafa akan menjawab nya, "Syafa balik sama gue, ada kerjaan lagi buat berdua" Sela Kavin menjawab Panji. Syafa menatap tajam Kavin

"Iya nih, ada kerjaan lagi jadi bareng pulang nya" Jawab Syafa.

Panji melirik Kavin yang tengah tersenyum kepadanya itu, Panji berdecih pelan.

"Its oke Fa, lain kali gue ngajak lo duluan" Ujar Panji.

Syafa menganggukkan kepalanya saja, tak ingin ada keributan disana.

"Aku balik keruangan dulu ya" Ucap Syafa berpamitan dengan Kavin dan Panji itu.

Syafa memasuki ruangan nya, masih ada Jeni yang sedang membereskan barang-barang nya itu.

"Mau langsung pulang mba?" Tanya Syafa mengambil baju ganti, karena akan bersih-bersih hari sudah mulai malam. Ia akan bermalam di lokasi syuting, mau tak mau ia mandi dilokasi.

"Gak, mau bersih-bersih?" Tanya Jeni melihat Syafa yang tengah mengambil baju ganti itu.

Syafa menganggukkan kepalanya, lalu memasuki kamar mandi yang berada diruangan tersebut.

Jeni menunggu Syafa, Setelah beberapa menit Syafa sudah kembali dengan wajah segarnya, Handuk di kepalanya.

"Mau makan apa buat makan malam? Mba pesen makanan kamu, abis itu langsung balik agensi" Kata Jeni.

Syafa berjalan pelan, mengambil hair dry untuk mengeringkan rambutnya itu. "Terserah mba aja, coba tanya pak Didik. Sekalian mau makan apa?" Ujar Syafa yang tengah fokus mengeringkan rambutnya.

Tak lama Kavin datang menemui Syafa, "udah mandi?" Tanya Kavin mengambil alih pemanas rambut itu, melanjutkan pekerjaan yang belum tuntas.

"Mandi sana, Bang Tio gak kesini?" Tanya Syafa kembali mengambil alih.

"Mau makan apa ini makan malam nya?" Intrupsi Jeni.

"Terserah mba, aku apa aja makan kok" Celetuk Syafa.

"Mau pesen makan ya? Tadi aku abis pesen nasi pecel, yang waktu itu kita beli padahal mba" Jawab Kavin menengahi Jeni.

Jeni menatap Kavin, "makanan buat kamu kan?" Tanya Jeni.

Kavin menggelengkan kepalanya, "buat kita mba. Aku tadi nitip sama bang Tio buat beli nasi pecel, sekalian aku juga beliin buat pak Didik buat mba makan disini" Katanya.

Jeni sedikit terkejut, bukan main effort nya Kavin. "Oh gitu, tapi aku bentar lagi mau langsung cabut ke agensi gak makan disini" Ucap Jeni.

"Habiskan aja buat kalian, aku pergi dulu kalau gitu ya. Nanti kabari kalau ada apa-apa" Pesan Jeni pada Syafa langsung diangguki oleh Syafa, Lalu pergi meninggalkan keduanya, membuka pintu ruangan secara terbuka bagaimanapun Jeni belum sepenuhnya percaya pada laki-laki tersebut, perlakuan nya membuat Syafa tertawa pelan melihat tingkat manager nya itu.

"Kamu udah pesen makanan emang?" Tanya Syafa pada Kavin yang tengah duduk disofa, mengistirahatkan badan nya.

"Huum, pak Didik gak ikut ke agensi kan?" Tanya Kavin memastikan Road manager kekasih nya itu menemani Syafa.

"Iya, disini kok nemenin aku syuting sampe selesai" Jawab Syafa.

"Aku mau bersih-bersih bentar ya" Kavin memasuki kamar mandi, setelah nya ada pak Didik dengan Tio yang sudah ada didalam ruangan tersebut, ditemani dengan Orang wardobe yang akan membantu Syafa take nanti. Syafa jarang memakai asisten, ia selalu mengandalkan Jeni dan pak Didik perihal syuting. Mungkin ia sesekali dibantu oleh orang dari agensi nya, tetapi ia jarang memakai asisten untuk dirinya sendiri.

"Udah syutingnya Fa?" Tanya Tio memulai percakapan nya.

Syafa menggelengkan kepalanya, "belum bang abis istirahat. Lagi bagian yang lain, abis maghrib juga mulai take lagi" Jawab nya.

Tio membuka kantong kresek yang ia bawa dari luar, "makan dulu, ini gue beli pecel tadi dijalan. Pak mau ayam apa lele?" Tanya Tio pada pak Didik.

"Syafa mau apa? Saya apa aja boleh kok" Jawab pak Didik.

"Emang beda-beda pesenan nya bang?" Tanya Syafa, Tio mengangguk karena Kavin memesan dengan menu berbeda.

"Aku ayam aja deh bang" Ucap Syafa.

Tio kemudian memisahkan mana Pecel ayam dan pecel Lele nya, kemudian Kavin yang sudah segar itu keluar dari kamar mandi.

"Udah nyampe ternyata" Ucap Kavin kemudian duduk di sofa samping Tio yang sedang menyiapkan makanan nya.

Syafa yang sudah mengeringkan rambutnya, segera menyusul Kavin duduk di bawah carpet disamping Kavin.

"Mau makan pake apa?" Tanya Kavin tangan nya mengelus pelan rambut gadis itu, Syafa menyenderkan kepalanya pada lutut Kavin yang terduduk di atas sofa itu.

"Mau ayam" Jawab Syafa, Kavin memindahkan kemudian membuka kotak nasi.

"Makan yang banyak yaa, abisin" Ujar Kavin menyodorkan nasi nya pada Syafa, Syafa tersenyum simpul ketika makanan nya sudah di siapkan oleh Kavin.

Syafa menganggukkan kepalanya, lalu menyantap makanan nya dengan lahap. Tak luput dari perhatian Kavin yang gemas dengan pipi gembul Syafa ketika menyantap makanan nya itu.

My Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang