"chapter 7"

23 5 0
                                    

"tuhan... Terima kasih, telah mengenalkan ku pada seseorang yang akan mengenalkan aku  pada dirimu, dan memperliatkan aku pada cahaya dari sisimu.."

-arshaka Wildan Aqwalna Sanjaya.

Happy reading.

صَدَقَاللهُ اْلعَظِيْمُ.        

صَدَقَا للهُ اْلعَظِيْمُ        

"Wah, kamu cepet banget mengertinya widan!!" Puji anara.

Mereka masih ada di taman dengan anara yang mengajarkan membaca Al Qur'an kepada Wildan.

Kring
Kring

"Kalau gitu. aku pergi dulu yah, udah bunyi tuh bel. kamu juga, assalamu'alaikum. " Ucap anara sembari beranjak dari tempat duduknya

"Waalaikummussalam. Nar, makasih.." ucap Wildan pelan namun masih di dengar oleh anara.

"Makasih, untuk apa?"tanya anara bingung.

"Makasih. karena Lo mau ngajarin gue ngaji, karena Lo juga, gue juga tau dimana cahaya yang sedari dulu gue cari, dan sekarang. gue lagi berjuang mengejar cinta Tuhan."
Ucap Wildan penuh rasa terima kasih.

"Sama sama. Wildan udah tugas aku, karena sebaik baik ilmu, adalah mengajarkannya kepada orang lain, karena ilmu, sama dengan nasi yang disimpan lama akan menjadi basi" balas anara dengan senyum lembut.

"Iyah kalau gitu Lo cepat pergi gih, nanti di Hukum lagi ..."

"Oiyah assalamu'alaikum."ucap anara yang langsung lari kecil meninggalkan Wildan yang sedang melihat kearahnya.

"Waalaikummussalam." Bala Wildan.

Wildan dari tadi memang biasa berkontak mata tapi sepihak. Karena anara yang selalu membungkuk atau bahkan menolehkan kepalanya ke kanan atau ke kiri.

Wildan tersenyum memandang Al Qur'an pemberian anara, Wildan kira waktu pertama melihat anara, Anara beragama sama dengannya yaitu Kristen karena memang Wildan tak pernah pergi sembahyang atau hal agama lainnya.

"لا إله إلا الله."

"(Tiada tuhan selain Allah)"

"Kaulah satu satunya tuhan. Maka permohonan ku meminta belaskasihan, ada di tanganmu, ya Allah tu-tuhan ku..."

Setelahnya, Wildan langsung beranjak dari tempat duduknya. Di kedua tangannya masih memegang Al Qur'an milik anara.

Wildan mengambil handphone miliknya lalu memasukkannya kedalam saku celananya.

Wildan mendatarkan wajahnya kembali berjalan meninggalkan taman faforitnya. Di perjalanan Wildan selalu mendapatkan sapaan pekikan dari kaum hawa Adek kelas bahkan kakak kelas.

Astaga... Kak Wildan cuy

Calon suami gue tuh

Mimpi Lo ketinggian neng

Tambah ganteng ajah kak pengen tak karungin ajah bawa ke emak.

Kak aku sedia lahir dan batin di bawa ke KUA.

Kak wil-

"HEh. UDAH DIAM DIAM KLIAN INI, INGET TEMPAT, TAMBAH CATATAN KALIAN CEPAT !! IBU TUNGGU DI KANTOR." Teriak ibu Siti marah.

Wildan hanya abai karena menurutnya ini sudah biasa bukan sombong yah tapi kenyataannya.

Sesampainya di kelas. Wildan langsung masuk tanpa ketuk, salam, dll guru yang mengajar pun hanya diam. Karena berurusan dengan Wildan bisa terancam pekerjaannya..

Sedangkan anara yang tak sadar keadaannya, karena sedang memindahkan cacatan.

Wildan terus melihat ke anara lalu berjalan ke belakang anara, mandudukkan bokong nya ke kursinya.

Anara yang fokus, dengan pekerjaannya malah terganggu dengan tinta pulpennya yang sedang sekarat.

"Sets sets bi.. bia, kamu bawa pulpen berapa?" Tanya anara sambil menarik narik ujung kain bia.

"Cuman satu na. Coba kita tanyak sama si lilin"balas bia dengan tangan menunjuk ke pulpen.

Wildan yang menguping sejak tadi, secepat kilat mengambil pulpen temannya Rion, lalu berdiri melangkah ke depan satu langkah lalu menyodorkan pulpennya pada anara.

"Nih, ambil nar.." ucap Wildan

"Eh.. gak usah Wildan.." balas anara tak enak.

"Ambil aja, gue punya dua kok." Dusta Wildan lagi, langsung meletakkan pulpen itu ke meja anara.

"Y-yaudah deh, Syukron yah Wildan. "
Ucap anara lagi dengan senyuman terhalang kain.

Di balas anggukan oleh Wildan, kejadian itu membuat mereka yang ada di kelas Mati Matian menahan tawa, dan penasaran melihat kuping Wildan yang merah saat menyerahkan pulpennya pada anara.

Di bangku lain, seorang gadis yang melihat kejadian itu mengepalkan tangannya. marah, lantaran cemburu melihat sang pujaan hati perhatian ke gadis lain.

Sedangkan di bangku Wildan, si pemilik pulpen itu menatap tak percaya pada bos sekaligus sahabat nya itu.

"Nanti gue ganti." bisik Wildan pada Rion yang sekarang tersenyum cerah. yah, itung-itung berhemat buat pinang si Lisa pink pinkky kesayangannya hoho, Siapa tahu bisakan?.

   ******

Kring
Kring

"Baik anak anak. sampai disini, pelajaran matematika nya, kalau ada yang mau di pertanyakan bisa kalian Chet di grup atau pribadi ke saya yah..selamat tinggal." Ucap pak Harto guru berkacamata, guru matematika.

Anara membereskan buku-bukunya dengan cepat. setelah selesai anara berdiri tegak lalu memberikan kembali pulpen milik Wildan.

"Maksih sekali lagi, assalamu'alaikum" ucap anara langsung meletakkan pulpennya ke atas meja Wildan lalu berlari pergi keluar kelas tergesa gesa

"Waalaikummussalam gak-" ucapan Wildan Terpotong menyadari anara sudah pergi.

"Usah" sambungnya pelan.

   ******

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu

Di bab selanjutnya kita akan lihat inshafnya seorang Wildan hehe...

Jangan lupa tinggalin jejak yah🫂

Kalau banyak yang bintangnya bakal cepet update nya hehe🐼

Lope yuu buat yang baca and vote🖤

Ajari Aku. Mencintai Kamu Dalam IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang