"chapter 3"

23 5 0
                                    

"Aku tak bisa membawa ragaku bahagia hingga aku ingin dia yg di kirim Tuhannya untuk memberikanku banyak kabahagiaan."

-arshaka Wildan Aqwalna Sanjaya

Happy reading.

Di sebuah ruangan yang di penuhi bau obat obatan, terlihat dua wanita yang saling manggemgam tangan satu sama lain.

Matahari yg belum menampakkan sinarnya. namun seorang gadis bermata biru, sudah mulai membuka matanya dengan pelan.

Anara mengedipkan matanya beberapa kali mencoba mengumpulkan nyawanya, merasa nyawanya telah terkumpul, anara melepaskan genggamannya pada sang ibu dengan pelan.

Merasa telah terlepas anara memperhatikan wajah sang ibu lalu mendekat memberikan kecupan singkat di kening lalu beranjak dari duduknya

Tubuh anara terasa pegal biasanya anara akan pulang ke rumah terlebih dahulu tapi karena lelah anara memilih tinggal dan menginap.

"Udah shubuh..?" Bisik anara sambil melirik jam dinding di depannya.

Anara bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu setelahnya anara berjalan ke arah lemari di samping kanan sang ibu untuk menyiapkan peralatan sholatnya.

******

"Assalamu'alaikum warahmatullah.."
Anara menolehkan kepalanya kesamping kanan lalu menolehkan kepalanya kesamping kiri sembari mengucap
"Assalamu'alaikum warahmatullah.."

Anara mengangkat kedua telapak tangan mengarahkannya kemukanya lalu mengusap pelan mukanya seraya mengaminkan di dalam hati 'aamiin'

Anara beranjak dari duduknya membereskan peralatan sholatnya lalu berjalan ke arah ibunya.

"Ibu.. anara pergi dulu yah, assalamu'alaikum..." Bisik anara lalu mengambil tangan sang ibu mencium punggung tangannya lama, beralih ke kening.

Anara mengambil tasnya yg tergantung lalu Melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat ibunya

Sesampainya di rumah anara bergegas menyimpan tas miliknya kemudian mengambil sapu lalu mulai bersih bersih.

Setelah bersih bersih Anara berjalan menuju kamar dan bersiap siap pergi ke sekolah barunya.

Setelah siap, anara berjalan menuju motor metik warna merah maron, bekas yg iya beli dengan uang tabungannya dulu.

******

Di sebuah ruangan yg luas berwarna abu abu, terlihat lelaki yang tampan sedang memejamkan matanya, tak lama lenguhan kecil terdengar bersamaan dengan matanya yg mulai terbuka.

Wildan mengerjapkan matanya lalu menatap sekelilingnya, mengambil tasbih di sampingnya. lalu beranjak berjalan menuju lemari, di bawah lampu kamarnya.

menyimpan tasbih putih pemberian Anara, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi, Wildan berjalan ke bathtub kamar nya dengan handuk yg melilit di pinggangnya.

Memakai seragamnya yang rapih lalu berjalan ke arah cermin.

Merasa sudah rapih, Wildan mengambil tas dan handphone miliknya lalu melang kahkan kakinya menuruni tangga dengan sedikit berlari.

Sesampainya di garasi Wildan mengeluarkan kunci motor miliknya lalu mengambil motor sport hitam kesayangan nya.

Brum
Brum

Motor sport hitam itu melaju dengan kecepatan Rata rata membelah jalanan yg masih sedikit pengendara.

Di perjalanan perut Wildan berbunyi
'sial.' rutuknya dalam hati akhirnya menepikan motornya.

Berjalan menuju restoran bakso dekat dengannya.

Di perjalanan Wildan melihat seorang anak umur sekitar 13th yg sedang menggendong adiknya yang masih kecil dan dos di tangannya

Wildan melihat di sekeliling anak itu orang orang pada berlalu lalang tanpa ada yang melirik ke anak tersebut.

Wildan mengeluarkan dompetnya mengeluarkan lima lembar uang merah lalu berjalan kearah anak anak itu.

******

Di perjalanan menuju sekolah barunya anara merasa lapar, biasanya anara akan makan di kantin sekolah tapi karena kebetulan anara membawa lebih Banyak uang jajan jadi anara akan singgah mengisi perutnya.

Kebetulan juga ada warung bakso di pinggir jalan dekat dengannya.

Menepikan motornya anara berjalan menuju warung bakso tapi di saat menoleh anara tak sengaja melihat anak kecil menggendong adiknya yang masih kecil juga serta Dos di tangannya.

Melirik di sekeliling anak itu orang orang pada berlalu lalang tanpa ada yang mau melirik kearah anak anak itu.

"Kasihan sekali, anak anak malang itu... kenapa manusia sekarang pada tak punya hati.." bisik anara lirih.

Dengan mata teduh, anara berjalan ke arah anak itu, dengan roti dan uang warna biru dua.

Sesampainya didepan sang anak, anara mengulurkan tangannya memberikan uang juga rotinya, bertepatan dengan tangan kekar seorang pria yang juga mengulurkan tangannya.

Anara mendongak, menatap siapa itu bertepatan dengan pria yang juga mendongak mereka saling tatap untuk beberapa saat.

"Kamu.."

"Lo.."

******

Mbak🐣
Hehe

Jangan lupa tinggalin jejak
Lov yuu🖤

Ajari Aku. Mencintai Kamu Dalam IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang