"chapter 5"

21 4 0
                                    

"jika aku sering bertemu denganmu, bolehkah aku mempertemukan sajadahmu dengan sajadahku?"

-kavana Anara Khauzia Al Hatzah

Happy reading.

sesampainya di depan pintu kelas, Wildan langsung menendang pintu tersebut

Brak

Setelah terbuka Wildan langsung masuk dan duduk di bangku miliknya, bangku ke 4 dari depan samping kiri dekat jendela .

Wildan yang tak memperdulikan semua mata yang tertuju padanya hingga datang seorang lelaki duduk di sebelahnya.

"Dan.. Lo kenapa? Gak biasanya, muka Lo kayak nahan berak." Celetuk pria tampan tersebut.

Lelaki tersebut bernama Rion zenafar Nikovar pria yang cerewet tapi memiliki sifat perhatian./ Sahabat wildan.

"Iyah Remoto, gue setuju, bisanya mukanya tuh kayak orang ada utang kagak di bayar bayar." Ujar pria di belakang bangku Wildan menanggapi.

Pria itu bernama Vero putra nailand si playboy kelas kakab yg cabang nya tersebar kemana mana hampir seluruh siswi di sekolah mereka sudah di jadikan mangsa si buaya jantan Vero./ Sahabat wildan.

Wildan hanya diam tak menggubris celetukan temannya, sebenarnya. wajahnya merah, karena mengingat kejadian tadi pagi saat bertemu ukhti bercadar bermata biru langka.

"Lo kenapa dan..?" Ucapan seorang lelaki di belakang Rion di samping Vero membuat lamunan Wildan buyar.

"Gak papa bin." balas Wildan tanpa menoleh kebelakang iya sibuk dengan ponselnya.

Lelaki yang bertanya tadi bernama bintang deonal zayid lelaki dingin sebelas dua belas dengan Wildan di balik sikap dinginnya bintang memiliki sifat yang penyayang. / Sahabat wildan

Tak ada lagi balasan, mereka sibuk dengan tugas masing masing.

******

Di perjalanan menuju kelas tepatnya di koridor sekolah, banyak lelaki buaya yang melirik lirik kearah anara. lantaran penasaran.

'kenapa bisa ada bidadari yang tersesat ke sekolah sesat ini?' Kira kira begitulah isi pikiran mereka.

Sesampainya di depan kelas, Lita menarik narik ujung baju milik anara, sambil berbisik.

"Nar.. siap siap Yee, Lo dibikin malu Ama tuh princess nya bang jali." bisik Lita dengan pelan takut si punya nama dengar.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu, princess bia datang, mana karpet, mana? " Pekik bia dengan suara cempreng andalannya sambil membuka pintu kelas.

Baru juga memperingatkan, sudah terpelihatkan kelakuan si princess bia ini.

Semua mata tertuju ke arah mereka bertiga.

Huuuu

Karpet gak ada neng hanya ada jalur kuning..

Enggak nyambung peaaa'

Di sambungin ajah kanda..

"Sudah sudah princess bia gak butuh karpet merah maunya yang sah sah."
Ujar bia dengan tak tahu malunya.

Ajari Aku. Mencintai Kamu Dalam IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang