"chapter 8"

21 5 4
                                    

"Aku tak sekaya kalian untuk mencintai seseorang yang berada, bahkan baju yang kalian pakai harganya jutaan sedangkan aku adalah harga kasih sayang, ibuku yang menjahitkannya untukku. "

-kavana Anara Khauzia Al Hatzah

Happy reading.

   ******

Sepulang sekolah. anara melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah, tetapi langkahnya tertahan oleh tiga gadis di depannya yang menghalangi jalan anara.

"Kalian siapa.?" Tanya anara bingung.

Ketiga gadis itu tak menyahut. mereka saling pandang satu sama lain lalu kedua diantaranya memegang dua tangan anara, dan menyeretnya secara paksa menuju gudang.

"Eh. Kalian siapa, jangan lancang yah" ujar anara lagi tapi tak di hiraukan keduanya.

Anara berontak tapi tenaganya iya simpan sedikit hanya mulutnya yang iya gunakan untuk berteriak.

"Tolong, tolong..!!"teriak anara

"Heh. diam gak Lo, berisik!! " Ucap gadis yang di belakang.

Anara melihat Wildan dan ke dua temannya yang duduk di kursi depan pintu gudang sedang memegang hp mereka masing masing.

"Wildan.. tolongin aku !!" Ucap anara sedikit keras agar Wildan mendengarnya.

Wildan yang mendengar suara yang Wildan sangat kenalpun mendongak mata Wildan membola, melihat ternyata perempuan yang ingin di bully oleh sahabatnya adalah anara.

"Anara..?" Bisik Wildan lirih.

Wildan langsung berdiri dari tempat duduknya menghempaskan tangan ke dua gadis yang memegang tangan anara.

"ira, Lo kenapa bawa anara ke sini..?!" Bentak Wildan kepada sahabatnya.

Gadis yang membentak anara tadi bernama afira vrenka nindiya, gadis dengan wajah polos dan hidung mancung.

"ildan bentak ira... Karena gadis itu.?" Ucap Fira sambil menunjuk ke arah anara.

"M-maafin gue fi, tapi kenapa Lo bawa anara ketempat ini..?"tanya Wildan.

"Dia, ganggu Ira hiks t-tadi.." Isak Fira berakting, Fira tau sahabatnya ini tidak akan membiarkannya menangis.

"I-itu bohong Wildan. Kamu jangan fitnah aku."ucap anara.

"Lo. jangan fitnah nara, fi gue gak pernah ajarin Lo bohong" ucap Wildan membela.

"T-tapi, benar ildan.. tanya aja sama sahabat aku" ucap Fira kepada dua temannya.

Wildan menolehkan kepalanya, menatap tajam pada kedua sahabat Fira

"I-ya itu benar.." ucap keduanya gugup.

"Tuhkan, katanya kamu juga mau bantuin aku ildan.." ucap Fira.

Sedangkan teman teman Wildan yang lain hanya diam kecuali vero yang memperhatikan gerak gerik pacarnya.

Salah satu dari dua sahabat Fira adalah pacar vero namanya katlina velora.

Vero heran mengapa Lina melihat anara dengan tatapan seolah kasihan.

"Mereka bohong." Ucap vero menengahi

"Lin, jujur sama gue atau kita putus..?" Lanjut vero sambil mendekati sang kekasih.

Lina mulai keringat dingin 'bagaimana ini.. haduh Fira, maaf kan aku. Vero segalanya untukku.' batin Lina berteriak

"Ak-ku g-gak t-tau, ero.." ucap Lina berusah berbohong.

Vero tersenyum manis "Lina.. Lo tau kan, gue gak mau buang buang waktu gue buat orang yang gak penting." Ucap vero manis.

Lina menelan ludahnya, lalu melirik kearah Fira. Yang menatapnya tajam seolah mengancam.

'adek Lo cinta Mati, sama gue Lina.. kalau mau Adek Lo gak tambah sakit.. bocorin aja sayang' ucap Fira melalui gerakan mulut.

"Cepat. Lina sayangg.." ucap vero dengan berbisik.

Lina sudah hilang akal. Melihat semua mata tertuju padanya, Lina menelan ludahnya kasar.

"Fira yang salah. d-dia gak salah." Ucap Lina singkat dengan kaki yang bergetar.
Sambil menunjuk kearah anara yang membungkuk dengan telinga diam diam menguping.

Semua mata kini tertuju pada Fira.sedangkan Wildan menatap tak percaya pada sahabat masa kecilnya, selama ini Fira yang Wildan kenal tak seperti ini Ira sahabatnya yang polos.

"Gue.. gak percaya sama apa yang Lo
lakuin. Salama ini, Ira sahabat gue gak kayak gini." Ucap Wildan lirih menatap tajam Fira.

"Gak.. ildan,gak percaya sama Ira yah..?"
Mencoba membalikkan pembicaraan Ira menodongkan pertanyaan kepada Wildan yang menatapnya kecewa

"Bagaimana gue mau percaya. kalau, BUKTINYA UDAH DI DEPAN MATA IRA..!!" Ucap Wildan dengan teriakan di akhir kata.

"LO SAMA AJAH KAYAK PAPA. Pem.bo.hong. " ucapnya penuh kecewa.

Wildan sangat benci dengan seorang pembohong. Wildan menganggap orang itu sama dengan ayahnya yang terus terusan membohongi bundanya dan pada akhirnya bundanya pergi.

"Kita bukan lagi sahabat..!!" Bentak Wildan.

"Ayok. Nar gue antar Lo pulang,"ucap Wildan ingin mendekat ke arah anara dan menggandeng tangannya namun, anara mundur menjauhi Wildan.

Wildan mengangkat sebelah alisnya, heran dengan kelakuan anara. Tetapi sebuah suara langsung menghentikan langkahnya.

"Berhenti. Dan, anara sedang menghindar karena takut berbuat zina, Lo juga gak merhatiin apa? Anara membungkukkan pandangannya, itu artinya dia sedang menjaga pandangan."ucap Rion karena memang iya Islam.

Wildan mengernyitkan dahinya "menjaga pandangan..?" Gumamnya pelan.

"Sama dengan menjaga hati.hatinya hanya untuk suaminya nanti."sambung Rion yang mendengar gumaman Wildan.

"Oh kalau gitu gue duluan. Assalamu'alaikum." Pamit Wildan

"Yuk nar, Lo di depan." Lanjut Wildan

"M-maaf. Wildan, t-tapi lelaki selalu iman, kamu ajah yang duluan." Balas anara gugup.

"Oh. oke deh, tapi Lo ngikut di belakang yah"ucap Wildan di balas anggukan kepala oleh anara.

Sedangkan Fira dan sahabat nya melangkahkan kakinya pergi dari tempat mereka, karena terlalu malu.

   ******

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu
Itu ajah sih hehe
Lopee merah hati buat yg baca and vote💗💗💗🫂
Yang udah puasa semangat yah....
Semoga Allah menjagamu.









Ajari Aku. Mencintai Kamu Dalam IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang