Desember 2014
Los Angeles, Universitas LympusKami memasuki libur musim dingin. Hampir sebagian besar mahasiswa kembali ke kediaman utama mereka. Meski begitu beberapa tetap tinggal di asrama. Tidak ada aturan yang mewajibkan untuk mengosongkan asrama selama musim dingin. Hal tersebut melegakan.
Tiga hari yang lalu Dad meneleponku. James akan pulang ke rumah untuk merayakan natal. Aku bahkan tidak tahu jika selama ini dia berkeliaran di Oregon. Bukannya aku tidak menyukai ide merayakan natal bersama keluarga, tetapi aku ragu jika keberadaanku benar-benar diinginkan.
Mereka adalah keluarga. James tidak rajin berkumpul. Momen natal tentu saja momen yang sangat berharga bagi ketiganya, jadi aku tidak akan menganggu. Lagipula apa yang akan aku lakukan di sana? Menceritakan kehidupanku di Surabaya? Kehidupan kelamku dan bagaimana aku diabaikan oleh Ibuku sepanjang waktu. Aku tidak siap dan mereka membuang-buang waktu untuk mendengarkan ceritaku.
"Joana, kau yakin tidak mau ikut?"
"Apa yang akan aku lakukan dengan keluargamu? Aku akan terlihat seperti alien di sana." Aku cemberut. Jean terlalu aneh dengan mengajaku ikut pulang ke kediamannya. Aku bahkan tidak pernah mengenal keluarganya. Aku hanya tahu jika Jean memiliki dua adik laki-laki dan satu kakak perempuan.
"Hugo akan menghabiskan liburan musim dingin untuk menyelesaikan penelitiannya."
"Dia bilang akan kembali ke kediamannya juga."
"Hanya beberapa saat. Kau tidak mungkin mengikutinya, kan?"
"Apakah orangtuanya tidak menyukai orang Asia sepertiku juga?"
"Dibandingkan itu mereka bahkan tidak peduli dengan Hugo. Mereka hanya berkumpul untuk formalitas. Publikasi kepada orang-orang bahwa setidaknya mereka masih manusiawi."
"Orang kaya memang sibuk, ya."
Jean meletakkan kotak kado merah berpita hijau. Aku langsung tertawa melihatnya. "Kau tidak mungkin memberikanku hadiah natal, kan?"
"Aku tidak pandai memilih hadiah. Tidak tahu apakah kau suka atau tidak." Jean mengelus belakang lehernya. Aku tertawa lagi. Ternyata dia masih saja secanggung ini padaku.
"Boleh aku buka sekarang?"
"Terserahmu."
"Aku tersanjung mendapatkan kado natal lebih awal semacam ini," ujarku. Dulu bahkan aku tidak pernah merayakan natal. Ibu akan pergi beribadah sendiri dan merayakan natal bersama keluarganya. Ketika ia pulang aku baru merayakannya dengan beberapa kue. Hanya itu.
"Astaga, ini Ipad."
"Kau seiring membuat gambar digital di Ipad Hugo. Jadi aku pikir akan lebih baik jika kau memilikinya sendiri."
"Ini pasti mahal sekali."
"Tidak juga."
"Terima kasih. Apakah aku boleh memelukmu?"
"Terserah." Jean menatap pintu. Astaga, dia manis sekali. Aku memeluk lehernya, memejamkan mata dan menikmati rasanya sebentar.
"Aku bahkan belum menyiapkan hadiah apapun untuk kalian berdua."
"Aku tidak meminta balasan." Jean memeriksa jam tangannya. "Aku harus berangkat sekarang. Kau tidak apa-apa sendiri di sini?"
"Hugo akan segera pulang."
"Kedua unit di sisi kita kosong."
"Tenanglah, aku akan baik-baik saja."
Aku mengantar Jean sampai ke pintu. Dia menolak ketika aku hendak membantunya menyeret koper.
![](https://img.wattpad.com/cover/363660613-288-k955829.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire |18+ END
RomansaJoana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya. Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...