Xamorgenzo [15]

418 10 1
                                    

Di unit apartemen mewah milik seorang selebgram ternama, terdapat enam pemuda tampan. Entah apa yang dilakukan para pemuda ini. 

"Soal Damrols, kapan kita ambil alih?" tanya Diego. 

"Beberapa hari kedepan," jawab Arkael seadanya sembari mengembuskan asap rokoknya sengaja mengenai wajah seseorang.

"Uhuk, bangsat!" maki Toretto. Tangannya meraih sekumpulan kulit kacang lalu melempar mengenai baju mahal Arkael.

"Bocah sialan!!"

"Gimana?" tanya Xaviero pada seseorang yang enggan membuka kedua matanya. Hades terlihat nyaman besandar di sofa.

"Kalau bos nggak bisa, biar gue yang handle," ujar Toretto. Arkael mau muntah mendengarnya.

"Arkael sialan!!"

Arkael menguap malas. "Eh, btw Denz tadi gue ketemu cupu kesayangan lo," ucap Arkael sempat lupa memberitahu Denzel. "sama cowo, kelihatan seumuran kita." lanjutnya.

Mendengar hal itu Denzel segera menutup buku yang ia baca lalu berjalan menjauh sembari mengutakngatik handphone-nya.

"Kukira hanya Xaviero, eh pangeran es kutub kita juga udah cair ternyate," julid Toretto.

Arkael terkekeh. "Kasihan banget jomblo."

"Lebih kasihan yang susah move on."

Skakmat for Arkael.

"Fuck!!"

Ke-enam pemuda kurang kerjaan ini berada di apartemen milik selebgram Orlando. Sedangkan si selebgram sendiri lagi syuting iklan. Inilah akibat dari percaya pada seorang bernama Toretto.

"Lusa, di Blackstreet." Satu kalimat dari Hades, mampu membangkitkan rasa lapar yang lainnya.

"Oke."

Terdengar dentingan pintu aparteman di buka. Semuanya menoleh ke sumber suara, kecuali Hades yang enggan sekedar membuka kedua matanya.

Semua menunggu reaksi Orlando namun terdiam kala melihat adegan di depan mereka.

Sepasang muda-mudi berjalan dengan bibir saling bertautan, berciuman liar tanpa menyadari adanya orang lain di ruangan yang sama.

Sang pemuda meraup habis bibir merona di depannya. Tangannya bergerak melepas baju sang gadis hingga retina matanya menangkap sesuatu yang tidak asing lagi baginya. Tautan itu pun terlepas, sang gadis terlihat kecewa.

"BANGSAT!! LO PADA NGAPAIN DI APARTEMEN GUE, ANJINK!!" teriak Orlando murka menyadari keberadaan teman-teman brengseknya itu. Dari mana mereka tau password apartemennya. Pasti dari...

"Binal banget loh," ucap Toretto yang sedari tadi sibuk merekam kegiatan Orlando. "Aduh, tangan gue, yaa videonya malah terkirim ke tante Ningrum."

Orlando menarik napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Toretto bocah sialan, mati aja lo bangsat!!"

...

Rintik hujan mebasahi jalanan, semakin besar dan lebat. Reva sendiri terlihat risau memikirkan alternatif terbaik untuk bisa segera pulang.

Reva masih berada di depan minimarket. Jarak minimarket lumayan jauh dari rumah Hades jika dilalui dengan berjalan kaki, pantas saja ketika pertama kali datang ke tempat ini Reva nyaris tersesat.

Reva tidak membawa payung lantaran sebelum sampai di minimarket, langit tidak menandakan akan turun hujan. Reva menunggu hingga hujan sedikit redah hanya menyisahkan rintik saja.

Tidak ada cara lain selain menerobos. Reva menenteng plastik belanjaan miliknya melewati jalanan yang sepi. Suasana malam ini terasa seram dan mencekam apalagi Reva berjalan seorang diri. Reva menoleh kala mendengar suara deru motor dari kejauhan. Dapat ia lihat satu titik cahaya lampu motor.

Tetapi, Reva sedikit was-was kala satu titik cahaya tadi berubah banyak dalam sekejab mata.

Jangan sampai itu tukang begal.

...

Hades mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Setelah dari apartemen Orlando mereka bergegas ke markas besar yang dapat di akses seluruh anggota DrakeZeus guna membahas mengenai Damrols.

Hades menajamkan pandangan nya agar melihat sesuatu di depan sana. Terlihat seperti seorang perempuan. Hades tidak peduli, itu bukan urusannya---ia bukan pria murah hati, hatinya terlalu mahal.

Citttttttttttt

Hades mendadak merem motornya alhasil beberapa motor sport di belakangnya dengan keras menabrak bagian belakang motor Hades.

"Bos ada masalah?"

Hades membuka helm fullfacenya, tatapan nya mengarah pada wajah gadis bodoh di ujung jalan.

Jantung Reva berdegub kencang melihat Hades berjalan ke arahnya. Reva tidak menduga jika itu adalah Hades dan teman-temannya.

"Mau mati lo disini!!"

Bulu kuduk Reva meremang mendengar suara dingin Hades yang mampu mengalahkan dinginya malam.

Reva menggeleng. "Ti---"

Hades menghela nafas kasar. "Bisa nggak sih lo satu hari aja nggak nyusahin?!"

Reva menunduk takut.

"Sialan, sini lo!" Hades menyeret Reva, membawanya menuju motor sport miliknya yang pasti sudah rusak di beberapa bagian belakang.

"Hades motor lo rusak parah," lapor Xavier sedikit melirik ke arah Reva.

"Tunggu gue di markas," ucap Hades.

"Pake motor gue aja, biar motor lo di bawa sama anak-anak." Arkael melempar kunci motor miliknya dan di tangkap Hades.

"Thanks," ucap Hades, "Xav atur semuanya." Xavier mengangguk.

Hades menaiki motor sport milik Arkael.
Tatapan tajam Hades kini beralih mengarah ke Reva.

"Naik!"

Reva gelagapan, ia sedikit trauma menaiki motor tinggi seperti ini, apalagi Reva merasa berbagai macam tatapan menatap ke arahnya, hal itu membuatnya gugup setengah mati.

"Ha-Hades a--"

"Sini biar gue bantu," Reva menoleh, melihat uluran tangan seseorang.

"Astaga bang Diego! Gue takut kehilangan lo sumpah," heboh Toretto sembari melirik ekspresi Hades yang terlihat biasa saja.

"Ayo." Dengan ragu Reva menggapai uluran tangan Diego lalu naik ke atas motor, tanpa menyadari tangan nya yang lain menyanggah pada bahu Hades. "Terima kasih," ucapnya tulus sembari tersenyum ke arah Diego.

Diego membalas senyuman Reva.

Dan interaksi itu terlihat jelas di kaca spion seseorang.

XAMORGENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang