Xamorgenzo [18]

365 19 3
                                    

"Sialan! Lo mau mati, Hah?!" Bentak Hades. Kini tangannya mecengkram kuat bahu Reva.

Reva menatap Hades dengan tubuh yang bergetar hebat. "Hades tadi aku dengar..."

"Bangsat. Lo kalau mau mati, mati sendiri anjing!! Lo harus ingat ini baik-baik. Lo boleh mati atas kecerobohan lo sendiri setelah ngelahirin anak Devron," bentak Hades tepat di depan wajah Reva. Hades bahkan tidak memperdulikan perasaan Reva saat mendengar kalimat kejam yang terlontar dari mulutnya.

Masa bodoh. Gadis bodoh ini harus di kasih peringatan berulang-ulang kali agar dia paham. Jika terlambat satu detik saja gadis sialan ini pasti sudah mati bersimbah darah. Masalahnya bukan terletak pada nyawa si bodoh itu, melainkan anak Devron yang sedang di kandungnya.

Devron sialan, bisakah mencari perempuan tidak goblok seperti ini!

Hades menyugar rambutnya kasar apalagi mendengar ucapan gadis bodoh itu, "M-maaf, udah buat kamu khawatir."

"Cih, jijik gue sampe bisa khawatir sama lo. Sadar bangsat! Apapun yang gue buat ke lo itu bukan buat diri lo sendiri. Kalau bukan karna anak Devron udah dari dulu gue tendang lo dari sini." Emosi Hades semakin tidak terkontrol. Melihat wajah Reva hanya mengundang kemarahannya. Entah kenapa ia sangat tidak suka melihat wajah gadis sok polos ini. Cih, wajah manusia yang hanya butuh dikasihani.

Reva berusaha menahan air matanya. Sungguh rasanya sakit sekali. Yang Reva maksud---membuat Hades khawatir --- bukanlah untuk dirinya, namun Hades malah berfikir sebaliknya.

Reva tidak punya kekuatan sekedar membalas perkataan Hades karna nyatanya ia yang salah disini. Reva bahkan tidak sanggup memikirkan  yang akan terjadi nanti jika saja Hades tidak menolongnya, tapi suara tadi terdengar begitu jelas didekatnya. Andai Hades mau mempercayainya.

Hades mengambil handphonenya yang sedari tadi bergetar. Melihat nama kontak yang tertera di layar. Hades mengatur nafasnya sebelum mengangkat telfon.

"Udah siap?"

Terdengar suara halus seorang gadis di semberang telfon.

"Gue jemput sekarang!" kata Hades sembari mematikan telfonnya lalu berjalan masuk ke kamar. Sedangkan Reva hanya berdiam diri di tempat hingga Hades kembali dan melewatinya begitu saja.

Isak tangis yang tadinya di tahan, terdengar. Reva mengigit bibir bawahnya berusaha untuk meredam suara sembari menyentuh perutnya yang sudah sedikit membesar seraya mengucapkan kata maaf berkali-kali atas kecerobohannya.

Terima kasih Hades.

Hanya suara hati kecil Reva yang tak dapat di dengar.

...

Alarm berdering ribut sedari tadi, Reva berusaha untuk bangun walaupun tubuhnya sangat lelah. Reva menyibak selimut lalu mematikan alarmnya. Reva menoleh dan mendapati sisi lain yang kosong tanda tidak ada yang tidur disana.

Reva memutuskan untuk turun ke dapur meminum susu ibu hamil miliknya, tanpa ada niatan untuk sekedar mencuci muka. Hari ini hari sabtu, tidak adanya jadwal ekstra membuat Reva bisa bangun agak kesiangan seperti sekarang.

Reva menuruni tangga, dan betapa terkejutnya ia melihat teman-teman Hades yang tidur di sofa bahkan ada yang di karpet. Masalahnya karpet itu belum ia cuci. Namun semuanya terlihat nyenyak---seperti sudah terbiasa atau terlalu lelah. Reva takut membangunkan mereka, jadi Reva berinisiatif untuk masak terlebih dahulu, siapa tau saat bangun nanti mereka lapar. Walaupun kecil kemungkinan mereka mau makan. Sebaiknya Reva menjaga kemungkinan itu.

Setelah meminum susunya, Reva mulai berkutat dengan peralatan dapur dan sayur mayur yang ia beli di mang Jaenal--pedagang sayur keliling. Ditengah kesibukannya, Reva menoleh kala mendengar decitan pintu kulkas dibuka---ini menjadi kebiasaan mengagetkan Reva di pagi hari---lebih kaget saat melihat wajah pelakunya.

Masih pagi, dan sepertinya Reva sudah merusak suasana hati Hades, terlihat dari pancaran kurang sedap raut wajah Hades.

Reva sadar betul. Hanya diam saja ia tidak disukai apalagi saat berbuat suatu kesalahan yang fatal. Rasa tidak suka itu mungkin berada di tingkat paling tinggi sekarang. Reva akan lebih berhati-hati lagi dengan kecerobohannya sendiri.

"Bu bos masak ape nih pagi-pagi?" Reva terlonjak kaget mendengar suara Toretto.

"Bilang aja lo mau nebeng makan disini, biasa anak pungut." Orlando mengedipkan matanya berusaha memprovokasi si bangsat Toretto. Dendamnya masih tersimpan apik dalam naluri jiwanya.

Toretto menaruh botol air di meja setelah meneguknya. "Lo pada tau nggak, ada yang bakal jadi gelandangan nih."

"Bangsat!!"

"Perlu gue bantu?" Diego berjalan melewati Toretto dan Orlando yang masih beradu, dengan senyum menawannya di pagi hari.  Pantas bagi Diego meyandang gelar prince charming Glambora.

Toretto sedikit menatap waspada saudara satu-satunya itu.

"Jangan bilang brother Diego suka lagi sama istrinya bang Hades."

Mendengar bisikan maut Orlando, Toretto tampak mengangguk mengiyakan. "Bisa jadi."

"Kayaknya bakal seru nih, udah ada second leadnya," julid Orlando, matanya masih menatap dua sejoli yang tengah memasak, dengan raut wajah malu-malu Reva yang kentara.

"Karena si bos kaku, gue yakin Reva gak bakal betah. Carilah dia suami baru."

Seketika Orlando takjub. "Lo setuju?"

"Ya iy---nggak boleh gitu anjing!" bentak Toretto tidak berbisik lagi, membuat Orlando menatapnya heran apalagi melihat bola mata kelereng Toretto yang bergerak seolah menunjuk ke sampingnya.

Orlando menoleh, dan mendapati Hades yang berjalan menjauh dari mereka.

"Gak mungkin." Orlando menarik leher Toretto dan mencekiknya. "Jealous?"

"Bangsat, leher gue."

...

Aku bakal tambah semangat up nih kalau dapat vote + coment dari kalian semua.

Moodboosterku

XAMORGENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang