Pintu kedai bergeser ketika lima puluh lima pelaut Jerman satu persatu memasukinya, menimbulkan derap langkah dan cekikan kayu di lantai kayu tua. Kedai itu sendiri terang benderang oleh cahaya lampu temaram yang tergantung di langit-langit. Alkohol dan tembakau menyambut mereka begitu pintu tertutup.
"Selamat datang, Kapal selam U-168." Ucap salah seorang Prajurit Jepang disana dengan senyuman hangat di wajahnya.
Hans menghirup nafas dalam-dalam, "Aroma surgawi." Ujarnya gembira sambil tersenyum kepada rekan-rekannya. Semangat dan kegembiraan terasa begitu kental di udara, merayakan keberhasilan mereka meraungi Samudera Hindia.
Pelayan-pelayan lokal mulai memberikannya makanan mewah dan segelas kaca yang penuh berisi bir atas meja-meja mereka. Suara ketukan sendok pada gelas pun terdengar nyaring mengheningkan tempat itu. Dari mejanya, Pich berdiri mengangkat gelas kacanya, "Untuk keberhasilan U-168, menghancurkan 4 kapal di Samudera Hindia! Bersulang!" Teriaknya.
Para pelaut Jerman lainnya segera mengikuti, mengangkat gelas mereka dengan semangat. "Untuk U-168!" seru mereka bersama-sama, merayakan kemenangan mereka di tengah atmosfer yang penuh kegembiraan. Pemusik lokal pun mulai memainkan alat musiknya menciptakan aliran lagu yang indah, membuat kebahagiaan di kedai itu semakin kental.
Pelayan-pelayan dengan sigapnya menyambut pesanan mereka, menyuguhkan hidangan lezat dan minuman beralkohol. Kedai itu menjadi sorotan, diisi oleh tawa dan canda para pelaut yang merayakan prestasi mereka di laut. Kebersamaan dan semangat perayaan begitu terasa di antara rekan-rekan ini, menciptakan momen yang tak terlupakan dalam perjalanan mereka di Batavia.
Wanita-wanita penghibur dengan pakaian yang memikat memasuki kedai dengan gerakan anggun. Wajah mereka dipenuhi senyuman ramah, berusaha menyenangkan para pelaut Jerman yang tengah merayakan keberhasilan mereka. Suara langkah kaki mereka yang lembut melengkapi keheningan yang tercipta setelah ucapan Joachim.
Prajurit Jepang yang membuka pintu tersenyum kecil melihat reaksi gembira para pelaut. "Ini hadiah dari Laksamana kami, selamat menikmati," Ucapnya sambil meninggalkan kedai puluhan wanita penghibur itu di dalam kedai.
"Ini dia kawan, Jepang tau apa yang kita inginkan, selama seratus tiga puluh hari tidak melihat wanita!" Ujar Joachim girang.
"Bahkan diantara mereka ada orang Eropa!" Gumam Hans gembira sambil memandangi satu persatu wanita penghibur yang masuk.
Lukas yang duduk disampingnya tersenyum lebar, "Aku cinta Jepang." Ujarnya membuat mereka ber-enam tertawa di meja kecil itu.
"Katakan padaku, berapa wanita yang sudah kalian tiduri selama perang?" Tanya Joachin kepada mereka ber enam yang duduk di sekitarnya, sambil menyeka saus daging yang ada di mulutnya.
"4, semuanya wanita Perancis." Jawab Gerhard sambil tertawa.
"Oh kawan, memang wanita Perancis tidak tertandingi." Saut Hans gembira, "Aku berapa ya.. 5 mungkin. Salah seorangnya adalah Polandia." Lanjutnya.
Sementara suasana keceriaan terus berlangsung di kedai, obrolan para pelaut bergeser ke kisah-kisah pribadi mereka. Albert yang tengah menyantap makanan dengan lahapnya mengangkat alis mendengar jawaban mereka.
Hans tersenyum memandang Albert, "Dan kau Albert, berapa banyak wanita selama perang ini?"
Albert tersenyum, "Aku sudah punya pacar." Jawabnya sambil tersenyum mengeluarkan foto kekasihnya dari dalam saku seragam.
Para pelaut Jerman yang duduk di sekitar meja langsung tertarik melihat foto kekasih Albert. "Persetan dengannya Albert, aku juga memiliki pacar di Jerman, dan tentu, persetan juga untuk pacarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of Shadows
Historical FictionErich Jacob, seorang awak kapal selam angkatan laut Jerman pada perang dunia kedua. Unitnya ditugaskan untuk melintasi Hinda hingga ke Hinda-Belanda untuk membantu sekutunya, Jepang dalam menaklukan asia. Dalam perjalanan tempurnya, ia bertemu denga...