"Oi Erich!" Sapa Joachim membuat Erich berbalik untuk melihat sahabatnya yang duduk santai di samping dermaga Tanjung Priok bersama dengan para pelaut Jerman yang lain. Angin sepoi-sepoi laut membawa aroma asin yang khas, menciptakan suasana yang santai di pelabuhan.
Joachim bangkit dari tempat duduknya dan menyambut Erich dengan memberikannya sebuah kursi lipat. "Bagaimana kencanmu, Erich? Kami sudah menunggu ceritamu."
Udara lembut yang bercampur dengan asap rokok menyapu wajah mereka, menciptakan nuansa kebersamaan di antara pelaut-pelaut yang telah berbagi banyak cerita dan petualangan.
"Bir?" Ucap Gerhard sembari menyodorkannya sebuah botol kaca bir kepadanya. "Terima kasih." Jawab Erich meraih botol itu dan membukanya.
"Apakah gadis Belanda lebih enak dari pada gadis Perancis?" Ucap Hans yang duduk di antara mereka melemparkan lelucon dengan candaan khasnya, membuat semua orang di sekitar tertawa.
Erich hanya menghela nafas sambil meneguk bir.
"Kenapa Erich?" Sambar Albert bertanya yang kebingungan melihat raut Erich yang dipenuhi rasa ketidakpastian.
Erich tersenyum singkat, mencoba menyembunyikan kekhawatiran yang menyelubungi wajahnya. "Ah, bukan apa-apa. Hanya memikirkan beberapa hal," jawabnya sambil menatap cakrawala pelabuhan yang terbentang di depan mereka.
Joachim yang peka terhadap perubahan suasana, menepuk bahunya dengan ramah. "Kau selalu bisa berbagi dengan kami, Erich. Apa yang ada di benakmu?"
Erich mengangguk menghargai, lalu berbicara dengan suara yang sedikit serak. "Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal pada gadis itu. Seakan masa lalunya menjadi bayangan yang mengikuti setiap langkah kami berdua."
Para pelaut yang duduk di sekitar Erich menjadi serius, menyadari bahwa sahabat mereka membawa beban pikiran yang mendalam. Gerhard meletakkan botol birnya dan menatap Erich dengan perhatian. "Kau bisa berbicara dengan kami, Erich. Mungkin kita bisa membantu."
Erich tersenyum pahit, "Ini adalah masalah pribadi. Aku hanya perlu beberapa waktu untuk meresapi dan mencari jawabannya sendiri."
Joachim memahami bahwa Erich membutuhkan waktu untuk merenungkan dan menjawab pertanyaan dalam pikirannya. Pelaut-pelaut Jerman di sekitarnya menghormati keputusan Erich dan terus menikmati suasana santai di pelabuhan.
Sementara angin laut memainkan rambut mereka, para pelaut Jerman kembali berbagi cerita dan tawa, menciptakan kenangan yang mengikat erat persaudaraan mereka. Hans melemparkan lelucon satu per satu, menciptakan atmosfer yang riang di antara mereka.
"Ada kabar dari Pich?" Tanya Erich kepada mereka di sela-sela obrolan.
"Ya, kita akan berpatroli di laut jawa dua hari lagi. Mungkin setelah itu kita bisa pulang ke Jerman." Jawab Albert.
Erich tau bahwa peperangan masih harus berlanjut, di lain sisi hati Erich yang setia kepada negara, Ia juga ingin melindungi Imelda. Erich pun menatap botol bir yang ia genggam ditemani dengan ocehan tawa teman-teman disekelilingnya. Sesekali mata birunya menatap orang-orang lokal dan Prajurit Jepang yang lalu lalang di pelabuhan itu.
Hingga pandangannya tertuju memperhatikan kearah sekumpulan gadis Belanda yang mencurigakan. Mereka semua berjalan di dekat dermaga Erich dengan terbatah-batah, seolah dikejar oleh hal sebuah hal yang mengerikan. Aneh, sejak Hindia-Belanda jatuh ke tangan Jepang, semua orang Belanda yang ada di Nusantara menyembunyikan dirinya dan takut untuk melangkah keluar. Bahkan seperti yang sudah diketahui, beberapa dari mereka juga ada yang di tangkap.
Erich menyipitkan matanya, ia pun berdiri dan meninggalkan teman-temannya itu meninggalkan raut penasaran pada mereka.
"Kenapa dia itu?" Tanya Gerhard,
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of Shadows
Historical FictionErich Jacob, seorang awak kapal selam angkatan laut Jerman pada perang dunia kedua. Unitnya ditugaskan untuk melintasi Hinda hingga ke Hinda-Belanda untuk membantu sekutunya, Jepang dalam menaklukan asia. Dalam perjalanan tempurnya, ia bertemu denga...