Sinar pagi yang lembut merayapi geladak dingin kapal selam, menemui wajah Erich yang masih terlelap bersama peralatan besi dan meriam-meriam penghancur pesawat yang kokoh. Cahaya matahari perlahan menyelinap, menciptakan kontras antara sinar keemasan dan dinginnya logam di sekitarnya. Pantulan cahaya di permukaan laut memberikan sentuhan indah pada pagi di tengah dermaga Tanjoeng Priok.
Erich terbangun dari tidurnya dengan keras oleh semburan air dingin yang menyiram wajahnya. Air itu mengalir ke mata dan bibirnya, membuatnya spontan melompat dari tempat tidur. Joachim, yang sedang tertawa terbahak-bahak, memegang sebuah ember besi dengan wajah penuh kemenangan.
"Haha, selamat pagi, Oberleutnant!" seru Joachim di antara tawaannya.
Erich memandang Joachim dengan pandangan yang masih setengah terbangun, "Kau benar-benar tahu cara membangunkan seseorang, Joachim," ucapnya sambil mengusap wajahnya yang basah.
"Kapan lagi aku bisa mengguyur perwira yang sedang tertidur?" Ejek Joachim sambil melempar ember besi itu ke tumpukan peralatan kapal selam.
Erich pun tersenyum, "Untung kau teman satu angkatan saat akademi." Ujar Erich.
Ia pun duduk dengan perlahan di atas geladak yang sedikit basah karena ulah nakal temannya. Menatap lantai geladak kapal selam, jarinya menyusuri setiap detil permukaan logam yang terasa dingin di bawah sentuhan. Dalam momen keheningan, ia mencoba kembali mengingat apa yang terjadi semalam. Kegelisahan tiba di jiwanya, namun ia tidak tau apa.
"Aku melihatmu keluar dari kedai semalam, kemana kau pergi Erich?" Tanya Joachim yang menyandarkan punggungnya pada gagang geladak.
Erich mengernyitkan dahi, meresapi pertanyaan Joachim yang menusuk ke dalam ingatannya. Seketika kilasan kenangan semalam perlahan muncul, memenuhi pikirannya dengan kehadiran sosok yang memikat. Wajah cantik gadis misterius semalam itu, tercermin di air yang membasahi wajahnya ketika terbangun, membawa kehangatan di pagi yang dingin ini.
"Erich?" Panggil Joachim lagi melihat temannya yang hanya melamun ketika diajak bicara.
Erich masih larut dalam kerinduannya terhadap kenangan semalam, seolah terperangkap dalam dunianya sendiri di atas geladak kapal selam pada pagi yang tenang.
Joachim menyodorkan sebotol air minum, "Nampaknya ada sesuatu yang berbeda. Ceritakan, Erich. Apa yang terjadi semalam?"
Erich mengambil botol air dan meneguknya sejenak sebelum bercerita.
Joachim, dengan rasa heran yang terpancar di matanya, bertanya, "Kau jatuh cinta pada wanita penghibur?" Suaranya bergetar antara keheranan dan ketertarikan.
"Entahlah Joachim, aku masih bingung." Jelasnya dengan tenang.
"Kau memang aneh Erich." Ejek Joachim sambil tertawa.
"Selamat pagi pak pelaut!" Sapa Soetrisno yang dari tadi tegak di papan dermaga yang terbentang di bawah mereka, membuat Erich dan Joachim serentak mendogok ke bawah melihat anak kecil itu yang sedang hormat.
Mata Erich dan Joachim saling berpandangan satu sama lain, menciptakan lekukan senyuman pada bibir Joachim, "Lihat, teman kecilmu datang." Ejek Joachim sambil tertawa kecil.
"Halo sobat kecil!" Ucap Erich membalas sapaan Soetrisno sambil memberikan hormat kepadanya dari atas geladak.
Erich tersenyum melihat keceriaan Soetrisno yang begitu tulus. Tanpa ragu, ia turun dari geladak kapal selam dengan gesit. Seiring langkahnya yang mendekati anak kecil itu, Soetrisno dengan penuh semangat menghampirinya.
"Pagi, Oberleutnant." Ucap Hans sempoyongan dengan rambut acak-acakannya serta beberapa kancing baju yang terlepas.
"Hans." Balas Erich kepadanya, Hans pun duduk diatas besi pengikat tali kapal yang berada di samping Erich.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade of Shadows
Ficción históricaErich Jacob, seorang awak kapal selam angkatan laut Jerman pada perang dunia kedua. Unitnya ditugaskan untuk melintasi Hinda hingga ke Hinda-Belanda untuk membantu sekutunya, Jepang dalam menaklukan asia. Dalam perjalanan tempurnya, ia bertemu denga...